Camilan manis adalah salah satu pemicu diabetes paling umum - AlteaCare | Foto: Envato

Di masa sekarang ini, diabetes bukan lagi penyakit yang diidap oleh para lansia. Seiring dengan waktu, diabetes pun bisa dialami oleh kelompok dewasa muda, bahkan anak sekolah. Sebab, pemicu diabetes, khususnya <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/diabetes-melitus-tipe-2-1663918915636" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">diabetes melitus tipe 2</a>, adalah gaya hidup yang tidak sehat.Sayangnya, begitu didiagnosis mengidap diabetes, kondisi penyakit ini akan terus dialami. “Yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes adalah adalah mengontrol gula darah agar tidak melonjak tinggi,” kata dr. Handry Pangestu, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Mitra Keluarga.Buat kita yang terbiasa makan atau minum yang manis-manis, bisa jadi ini adalah hal yang sulit dilakukan. Apalagi kalau kita terbiasa mengawali hari dengan segelas teh atau kopi manis, lalu sepanjang hari sering ngemil yang manis-manis. Mulai dari donat, kukis, kue bolu, wah!Menurut dr. Handry, kita tetap butuh gula setiap hari. “Namun, asupannya yang perlu diperhatikan. Dalam satu hari, sekitar 6-7 sendok teh saja sudah cukup,” ujarnya dalam live streaming AlteaTalk Episode 48 di Instagram AlteaCare (<a href="https://www.instagram.com/alteacare.id/" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">alteacare.id</a>), pada Jumat, 18 November 2022 lalu.Ikut berbincang bersama adalah Maria Fransisca, seorang diabetes survivor, yang membagikan pengalaman seputar hidup bersama diabetes. Yuk, kita simak apa saja faktor pemicu diabetes yang paling umum dialami orang berikut ini!<h2>4 Faktor Pemicu Diabetes yang Perlu Diketahui</h2>Berikut beberapa faktor yang bisa memicu seseorang mengalami kondisi diabetes:<h3>1. Faktor Genetik</h3>Faktor yang satu ini termasuk salah satu faktor pemicu diabetes tidak dapat dikontrol. Artinya, bila dalam keluarga ada yang mengidap diabetes, kemungkinan besar kita bisa mengalaminya.Menurut dokter Handry, jika diabetes sudah sampai tiga keturunan, misalnya dari nenek, orangtua, dan kita sendiri, besar kemungkinan keturunan kita akan mengalami diabetes.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a> 
<h3>2. Makanan dan Jajanan</h3>Makanan atau minuman kekinian yang super manis sangat menggiurkan. Tak heran jika kita jadi sering pura-pura lupa kalau kandungan gulanya tinggi sekali.Hal ini juga diceritakan oleh Maria, yang menuturkan bagaimana ia bisa mengonsumsi minuman manis seperti boba sampai empat kali seminggu. Apalagi, tambah Maria, pola makannya juga berantakan. Kadang skip sarapan dan banyak ngemil di malam hari.Hasilnya, pada usianya yang masih 20 tahun, Maria sudah didiagnosis dokter mengidap diabetes tipe 1.<h3>3. Kurang Gerak</h3>Sobat Altea siapa yang sedikit-sedikit bilang mager? Nah, kebiasaan ini perlu dibenahi, ya. Sebab, jarang beraktivitas juga bisa jadi pemicu diabetes.“Ketika jarang gerak atau malas olahraga, sensitivitas insulin kita pun bisa jadi berkurang. Akibatnya, kadar gula darah jadi tidak terkontrol”, kata dr. Handry.Nah, maka dari itu, pastikan Anda aktif bergerak setiap harinya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan supaya tubuh aktif. Mulai dari rajin beres-beres rumah, menyempatkan diri rehat dan berjalan di tengah kesibukan, sampai rutin berolahraga setiap hari.“Olahraga yang ringan seperti berjalan kaki juga baik dilakukan,” tambah dr. Handry.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/tips-olahraga-yang-aman-buat-pengidap-diabetes-anti-mager-1654271708426" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tips Olahraga yang Aman Buat Pengidap Diabetes. Anti Mager!</a> 
<h3>4. Pola Tidur Berantakan</h3>Bisa tidur selalu pada jam yang sama setiap malam sepertinya adalah idaman banyak orang. Tapi, sedikit yang bisa menaatinya. Maria Fransisca bercerita, dulu jam tidurnya juga tidak teratur. Saat orang lain sedang tidur di malam hari, ia masih bangun. Sebaliknya, saat orang lain bangun dan beraktivitas, dia malah masih tidur.Menurut dr. Handry, saat kualitas tidur kita berkurang, sensitivitas insulin juga bisa terganggu. Sebagai penutup sesi, dr. Handry memberikan beberapa tips untuk menjaga pola hidup agar lebih sehat. Pasalnya, diabetes bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti gangguan jantung, penyempitan pembuluh darah, gangguan penglihatan, hingga gangguan sensitivitas saraf.Buat Sobat Altea yang hingga hari ini belum mengidap diabetes, jangan sampai lengah. Tetap jalani gaya hidup yang sehat serta lakukan medical check up setidaknya setahun sekali untuk mengetahui status kesehatan, termasuk kadar gula darah.Itulah beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu diabetes. Bila Anda mengalami gangguan kesehatan atau ingin tahu lebih lanjut seputar diabetes, jangan ragu untuk video call dengan dokter spesialis di AlteaCare, ya!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan dokter andalan!

Hati-hati Jajan Manis, Ini Dia 4 Pemicu Diabetes Paling Umum

Ketoasidosis diabetik adalah kondisi komplikasi diabetes yang bisa berbahaya bila tidak segera ditangani - AlteaCare | Foto: Envato

<h2>Definisi Ketoasidosis Diabetik</h2>Ketoasidosis diabetik adalah salah satu komplikasi diabetes yang ditandai meningkatnya kadar keton dalam tubuh.Terganggunya produksi insulin yang dialami oleh pengidap diabetes mengakibatkan sel-sel tubuh secara alami mencari cara untuk bisa memenuhi kebutuhan energi. Salah satunya adalah dengan mengolah lemak menjadi energi.Keton adalah zat asam yang merupakan sisa hasil pengolahan lemak. Penumpukan keton di dalam tubuh pada akhirnya bisa menyebabkan kadar asam di dalam darah menjadi tinggi. Kondisi ini disebut juga asidosis.Umumnya, ketoasidosis diabetik dialami oleh orang dengan diabetes tipe 1. Namun, dalam beberapa kasus, pengidap diabetes tipe 2 juga dapat mengalami komplikasi ini.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a> 
<h2>Penyebab Ketoasidosis Diabetik 
</h2>Penyebab ketoasidosis diabetik dapat berawal dari kondisi diabetes melitus yang tidak terkendali dengan baik. Seperti kita tahu, diabetes berkaitan dengan gangguan produksi insulin dalam tubuh. Saat kadar insulin dalam tubuh kurang, pengolahan glukosa menjadi energi akan terhambat. Sebagai gantinya, organ hati lalu memecah lemak menjadi keton untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibatnya, terjadinya penumpukan keton di darah dan urine. Sifat asam dari keton membuat kadar asam di darah pun meningkat (asidosis). Anda pun dapat mengalami sejumlah gejala yang bisa memberi pertanda tingginya kadar asam dalam darah. <h2>Faktor Risiko Ketoasidosis Diabetik 
</h2>Secara spesifik, terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ketoasidosis diabetik pada pengidap diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.<h3>1. Diabetes Tipe 1</h3>Sebanyak 25% pengidap diabetes tipe 1 mengalami kondisi ketoasidosis diabetik akibat kekurangan insulin akut. Selain itu, beberapa hal lain yang juga bisa jadi pemicu antara lain adalah:<ul><li>tidak disiplin dalam jadwal penyuntikan insulin, yang bisa dipengaruhi rendahnya kesadaran atau akibat stres</li><li>
lupa suntik insulin</li><li>
infeksi bakteri atau penyakit lainnya</li><li>
stres, baik yang bersifat medis, akibat operasi, maupun emosional</li><li>
kerusakan pada alat penyuntik insulin</li></ul><h3>2. Diabetes Tipe 2</h3>Sementara faktor risiko ketoasidosis diabetik pada pengidap diabetes tipe 2 dapat berkaitan dengan:<ul><li>kondisi sedang mengalami gangguan penyakit lain, misalnya infeksi saluran kemih, pneumonia, radang kelenjar prostat, dan serangan jantung</li><li>
pengobatan, seperti konsumsi obat kortikosteroid, pentamidine, atau clozapine</li></ul>Ketoasidosis diabetik juga dilaporkan pada orang dengan diabetes tipe 2 yang mendapatkan pengobatan sodium-glucose cotransporter-2 (SGLT2) inhibitors.<h3>3. Kondisi Lainnya</h3>Faktor risiko lainnya yang juga dapat berkaitan dengan ketoasidosis diabetik adalah:<h4 style="margin-left: 30px;">a. Kehamilan</h4>Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan diduga dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik. Hal ini berlaku bagi bumil dengan kondisi diabetes sebelum hamil maupun yang terdiagnosis mengalami diabetes kehamilan.Kondisi ini harus segera ditangani karena bisa membahayakan kondisi ibu hamil dan janin.<h4 style="margin-left: 30px;">b. Terpapar COVID-19</h4>Menurut penelitian ketoasidosis diabetik dapat berkaitan dengan efek perusakan sel beta dari virus SARS-CoV-2, yang jadi penyebab COVID-19.<h4 style="margin-left: 30px;">c. Cedera</h4>Mengalami cedera fisik, misalnya akibat kecelakaan kendaraan, dapat meningkatkan risiko komplikasi ini.<h4 style="margin-left: 30px;">d. Gaya Hidup Tidak Sehat</h4>Konsumsi minuman beralkohol berlebihan atau obat-obatan terlarang meski mengidap diabetes dapat membuat Anda rentan terhadap ketoasidosis diabetik.<h4 style="margin-left: 30px;">e. Menstruasi </h4>Fluktuasi hormon yang dialami dalam siklus bulanan bisa berpengaruh pada sensitivitas terhadap insulin.<h2>Gejala Ketoasidosis Diabetik</h2>Kondisi ketoasidosis diabetik sebenarnya terjadi secara perlahan. Gejala yang mungkin dirasakan pada tahap awal adalah:<ul><li>sering merasa sangat haus</li><li>
sering buang air kecil </li></ul>Jika tidak segera diatasi, kita bisa mengalami gejala yang lebih berat, yang terjadi dengan lebih cepat. Gejala tersebut antara lain adalah:<ul><li>sesak napas atau irama napas jadi cepat</li><li>
kulit dan mulut kering</li><li>
bau napas seperti aroma buah</li><li>
sakit kepala</li><li>
otot terasa kaku atau nyeri</li><li>
merasa sangat lelah</li><li>
mual dan muntah</li><li>
nyeri perut</li><li>
penurunan kesadaran, hingga pingsan	</li></ul><h2>Diagnosis Ketoasidosis Diabetik</h2>Diagnosis ketoasidosis diabetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik serta pemeriksaan darah. Selain itu, Anda juga dapat direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan lainnya. Tujuannya agar dokter lebih dapat memahami apa yang menjadi penyebab kondisi ketoasidosis diabetik yang Anda alami.Jenis pemeriksaan yang mungkin perlu Anda jalani:<h3>1. Pemeriksaan Darah</h3>Pemeriksaan ini akan mengukur beberapa hal berikut:<ul><li>Kadar gula darah. Jika tubuh kekurangan insulin, kadar gula darah akan meningkat dan Anda mengalami kondisi hiperglikemia. Begitu juga saat tubuh memecah lemak dan protein sebagai sumber energi, kadar gula darah akan tetap tinggi.</li><li>Kadar keton. Saat tubuh memecah lemak dan protein untuk energi, zat asam yang disebut keton akan masuk ke dalam aliran darah.</li><li>
Kadar asam dalam darah. Kadar keton dalam darah yang terlalu tinggi akan mengakibatkan darah memiliki keasaman yang tinggi. Kondisi ini bisa berpengaruh pada kinerja organ-organ tubuh lainnya.</li></ul><h3>2. Pemeriksaan Lainnya</h3>Beberapa tes yang dapat direkomendasikan dokter untuk menemukan gangguan kesehatan yang bisa berpengaruh pada kondisi ketoasidosis diabetik antara lain adalah:<ul><li>Tes kadar elektrolit dalam darah</li><li>
Analisis urine</li><li>
Rontgen dada</li><li>
EKG atau elektrokardiogram</li></ul> Halaman selanjutnya:&nbsp;Pengobatan, Pencegahan, dan Kapan Harus ke Dokter &gt;&gt;

Ketoasidosis Diabetik

Walau rasanya pahit, ada banyak manfaat pare untuk kesehatan - AlteaCare | Foto: Envato

Banyak orang tidak suka dan tidak mau makan pare. Sebab, rasanya memang sangat pahit di lidah. Namun, penelitian membuktikan sejumlah manfaat pare untuk kesehatan.Memiliki nama spesies Momordica charantia, pare berasal dari Afrika dan kemudian menyebar sampai Asia Tenggara. Di Indonesia, pare dikenal dengan berbagai nama. Mulai dari paria, poya, pudu, papariane, hingga paya.Mengutip dari Proceedings of the National Academy of Sciences, di negeri asalnya pare digunakan sebagai bahan makanan dan juga tanaman obat. Pare kaya akan vitamin C, beberapa jenis mineral, dan karoten. Kalau kandungannya sudah super, pastinya manfaatnya juga besar buat kesehatan.Yuk, kita simak apa saja manfaat pare untuk kesehatan berikut ini!<h2>Khasiat Buah Pare untuk Kesehatan</h2>Berikut ini adalah beberapa khasiat pare yang bisa kita dapatkan untuk kesehatan tubuh sehari-hari:<h3>1. Menurunkan Gula Darah</h3>Menurut Asian Pacific Journal of Tropical Disease, pare bisa membantu mengatasi gangguan diabetes tipe 2. Ini karena buah ini mengandung zat yang sifatnya antidiabetik, seperti charatin, vicine, dan polypeptide-p. Ketiganya dapat memperbaiki sensitivitas kita terhadap insulin dan menurunkan kadar gula darah.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a> 
<h3>2. Mencegah Kanker</h3>Studi menyebutkan mengonsumsi pare bisa mencegah beberapa jenis kanker serta menghambat penyebaran sel kanker di tubuh.Mengutip studi yang dimuat di Chinese Journal of Natural Medicines, penggunaan ekstrak pare dapat membantu menghambat pertumbuhan sel kanker. Studi ini perlu dikembangkan dan didukung oleh penelitian lainnya untuk menemukan dengan jelas efek anti kanker dari pare terhadap pengidap kanker.<h3>3. Merampingkan Tubuh</h3>Sobat Altea punya masalah berat badan? Nah, pare bisa jadi salah satu pilihan menu diet. Sebab, pare sangat rendah kalori namun tinggi serat.Studi yang dimuat di Nutrition Journal menyebutkan, mengonsumsi pare dalam bentuk suplemen (bubuk yang dikemas dalam bentuk kapsul) setiap hari selama tujuh minggu bisa mengurangi ukuran pinggang.Ini karena serat yang ada dalam pare membuat kita tidak mudah lapar. Otomatis, asupan kalori pun jadi berkurangnya. <h3>4. Menurunkan Kadar Kolesterol</h3>Kolesterol jahat yang menumpuk di dalam pembuluh darah bisa menimbulkan plak, sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Ini bisa meningkatkan risiko Anda mengalami gangguan jantung. Sejumlah studi yang dilakukan pada hewan menemukan, pare bisa membantu menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol “jahat” LDL, dan trigliserida. Ini tentu kabar baik buat kesehatan jantung kita!Perlu dicatat, studi ini perlu didukung lagi oleh sejumlah penelitian yang dilakukan pada manusia. <h3>5. Menjaga Kesehatan Tulang</h3>Manfaat pare untuk kesehatan lainnya adalah menyehatkan tulang. Sebab, menurut studi di Journal of Osteoporosis pare juga punya kandungan vitamin K yang tinggi.Vitamin yang satu ini punya peran penting dalam kesehatan tulang. Rendahnya asupan vitamin K dapat berkaitan dengan risiko patah tulang, terutama tulang panggul. <h3>6. Meningkatkan imun tubuh</h3>Supaya tidak gampang sakit, kita butuh perkuat sistem imun tubuh. Riset membuktikan, salah satu cara yang bisa dilakukan dengan mengonsumsi pare.Di daerah pedalaman Filipina, bidan kerap memberikan ekstrak pare ke mulut bayi baru lahir untuk mengaktifkan sistem imunnya.Sementara itu, menurut studi di AIDS Asia terapi menggunakan ekstrak daun dan buah pare yang dijadikan jus bisa membantu mengatasi kondisi pria yang terinfeksi virus HIV.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/5-cara-meningkatkan-imunitas-tubuh-agar-tidak-mudah-sakit-1632713175127" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Cara Meningkatkan Imunitas Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit</a> 
<h3>7. Mengatasi Masalah Kulit</h3>Sering beraktivitas di bawah teriknya sinar matahari bisa berpengaruh pada kesehatan kulit. Begitu juga, pertambahan usia secara alami berdampak pada sel-sel kulit kita. Nah, menurut penelitian dari Botanical Studies, ekstrak daun pare bisa dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan kulit.&nbsp;Sebab, disebutkan bahwa ekstrak daun pare mengandung antioksidan yang mampu mencegah kerusakan sel pada kulit.Itulah beberapa manfaat pare untuk kesehatan.Perlu diperhatikan, mengonsumsi pare secara berlebihan tidak dianjurkan. Sebab, buah ini bukannya tanpa efek samping.Meski banyak manfaat bagi kesehatan, pare tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari dalam jangka waktu lama, sebab ada efek samping yang ditimbulkan. Misalnya saja, diare, muntah-muntah, dan sakit perut.Selain itu, mengonsumsi pare secara khusus, misalnya dalam bentuk ekstrak, tidak direkomendasikan untuk ibu hamil. Ini mengingat belum ada penelitian lengkap seputar dampak jangka panjangnya.Sobat Altea yang ingin tahu lebih lanjut seputar khasiat pare dan cara konsumsi yang aman, jangan ragu untuk lakukan video call dengan dokter spesialis di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan dokter andalan sekarang! Sumber:<ul><li>Renner, S. S. (2020). Bitter gourd from Africa expanded to Southeast Asia and was domesticated there: A new insight from parallel studies. Proceedings of the National Academy of Sciences, 117(40), 24630-24631.</li><li>Dandawate, P. R., Subramaniam, D., Padhye, S. B., &amp; Anant, S. (2016). Bitter melon: a panacea for inflammation and cancer. Chinese journal of natural medicines, 14(2), 81–100. </li><li>
Rebultan S. P. (1995). Bitter melon therapy: an experimental treatment of HIV infection. Aids Asia : voice of the Asian solidarity against AIDS, 2(4), 6–7.</li><li>
Rodríguez-Olleros Rodríguez, C., &amp; Díaz Curiel, M. (2019). Vitamin K and bone health: a review on the effects of vitamin K deficiency and supplementation and the effect of non-vitamin K antagonist oral anticoagulants on different bone parameters. Journal of osteoporosis, 2019.</li><li>
Tsai, C. H., Chen, E. C. F., Tsay, H. S., &amp; Huang, C. J. (2012). Wild bitter gourd improves metabolic syndrome: a preliminary dietary supplementation trial. Nutrition Journal, 11(1), 1-9.</li><li>
Tsai, T-H., Huang, C-J., Wu, W-H., Huang, W-C., Chyuan, J-H., &amp; Tsai, P-O. (2014). Antioxidant, cell-protective, and anti-melanogenic activities of leaf extracts from wild bitter melon (Momordica charantia Linn. var. abbreviata Ser.) cultivars. Botanical Studies, 55: 78</li><li>
Healthline. Diakses pada November 2022.6 Benefits of Bitter Melon (Bitter Gourd) and Its Extract</li><li>Joseph, B., &amp; Jini, D. (2013). Antidiabetic effects of Momordica charantia (bitter melon) and its medicinal potency. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 3(2), 93–102.</li></ul>

7 Manfaat Pare untuk Kesehatan. Wajib Dicatat!

Cabai bisa membantu mencegah beberapa penyakit kronis - AlteaCare | Foto: Envato

Kecil-kecil cabai rawit. Biarpun kecil, ternyata cabai punya banyak manfaat buat tubuh kita, lo! Jadi, bukan rasa pedasnya saja yang perlu harus kita kejar. Cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah salah satu sayuran yang paling sering dikonsumsi di Indonesia. Rasa pedas yang kita rasakan berasal dari kandungan capsaicin di dalam cabai.Secara umum, cabai punya banyak kandungan gizi dan vitamin. Mulai dari kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, vitamin B6, vitamin K, dan vitamin C. Selain itu, cabai juga kaya mineral, seperti kalium dan copper. Lalu, apa saja khasiatnya kalau dimakan? Yuk, simak lengkap apa saja manfaat cabai berikut ini!<h2>Manfaat Cabai yang Tak Boleh Dilewatkan</h2>Berikut ini adalah beberapa khasiat cabai yang sudah didukung oleh sejumlah penelitian:<h4>1. Menjaga Kesehatan Jantung</h4>Sobat Altea tahu tidak, ternyata sering makan cabai bisa menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung, lo!Ini dibuktikan dari penelitian dari Journal of the American College of Cardiology. Menurut studi jangka panjang ini, responden yang mengonsumsi cabai selama lebih dari 4 kali seminggu mengalami penurunan risiko gangguan jantung.Yang menarik, konsumsi cabai sangat berkaitan dengan rendahnya tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular pada mereka yang tidak punya gangguan hipertensi. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/infografik-8-langkah-cegah-penyakit-jantung-koroner-1648003911948" target="_blank">8 Langkah Cegah Penyakit Jantung Koroner</a> 
<h4>2. Mencegah Kanker</h4>Perkembangan dan penyebaran sel kanker di tubuh kita bisa dicegah dengan cabai. Kok, bisa?Ini karena kandungan capsaicin, yang menurut studi dari Marshall University memiliki kemampuan antikanker. Sementara penelitian lain menyebutkan, cabai dapat menurunkan risiko kematian akibat kanker hingga 23%.<h4>3. Obat Alternatif Batuk Pilek</h4>Pilek sering bikin hidung kita tersumbat, ya. Ternyata, keluhan ini bisa diatasi dengan makan cabai.Menurut penelitian yang dilakukan University of Cincinnati, kandungan dalam cabai dapat membantu membersihkan jenis peradangan sinus.Caranya bukan dengan masukkan cabai ke hidung, ya. Tapi, gunakan semprot hidung yang mengandung capsicum. <h4>4. Menghalau Virus</h4>Cabai mengandung vitamin C, yang disebut juga sebagai antioksidan alami. Nah, ini bisa berfungsi untuk meningkatkan imun tubuh, Sobat Altea. Jadi, virus yang mau masuk ke tubuh bisa dihalau dan imun kita pun tahan terhadap gempuran penyakit.<h4>5. Menurunkan Berat Badan </h4>Makan cabai bisa bikin kurus, masa sih? Anda tidak salah baca!Menurut penelitian, kandungan capsaicin pada cabai bisa membakar lemak di perut. Studi yang dimuat di Journal Bioscience Reports ini menunjukkan, konsumsi cabai berhubungan erat dengan penurunan lemak di area perut. Tentu saja, hasil yang didapat tidak instan. Anda juga tidak mungkin makan cabai sekilo sehari. Karenanya, masukkan cabai ke dalam pola makan harian dan jalani secara rutin.<h4>6. Mengendalikan Kadar Gula Darah</h4>Orang dengan diabetes tidak perlu khawatir makan cabai. Sebab, makanan yang satu ini aman untuk dikonsumsi.Mengutip News Medical &amp; Life Science, mengonsumsi cabai bisa membantu mengontrol gula darah. Namun, perhatikan jumlahnya ya. Dalam penelitian di Australia, para responden baru mendapatkan hasil setelah mengonsumsi 30 gr cabai berbentuk pasta setiap hari.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/seperti-ini-perbedaan-prediabetes-dan-diabetes-1648005188999" target="_blank">Seperti Ini Perbedaan Prediabetes dan Diabetes</a> 
<h4>7. Menyehatkan Mata</h4>Manfaat terakhir yang kita dapat dari cabai adalah mata yang lebih sehat.Mengutip Healthline, ini karena cabai, terutama cabai hijau yang masih muda, punya kandungan lutein. Sedangkan lutein banyak dikaitkan dengan kesehatan mata. Semakin tinggi asupan lutein dalam tubuh, semakin sehat mata kita. Bahkan, asupan lutein bisa menghambat proses kerusakan mata akibat penuaan.Itulah beberapa manfaat cabai yang perlu Anda ketahui.Perlu diingat, agar cabai tidak malah menimbulkan efek samping, sebaiknya konsumsi dalam jumlah yang wajar.Efek samping cabai antara lain adalah sakit perut, sensasi panas di usus, kram perut, dan diare.Sobat Altea yang mengalami masalah pencernaan sebaiknya jangan ragu untuk periksakan diri ke dokter. Anda bisa lakukan video call dengan dokter spesialis di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi AlteaCare dan buat janji dengan dokter andalan segera! Sumber:<ul><li>Healthline. Diakses pada Juni 2022. Chili Peppers 101: Nutrition Facts and Health Effects</li><li>
Insider. Diakses pada Juni 2022. People who eat chili peppers may be less likely to die of heart disease and cancer, research shows</li><li>
Zheng, J., Zheng, S., Feng, Q., Zhang, Q., &amp; Xiao, X. (2017). Dietary capsaicin and its anti-obesity potency: from mechanism to clinical implications. Bioscience reports, 37(3).</li><li>
Bonaccio, M., Di Castelnuovo, A., Costanzo, S., Ruggiero, E., De Curtis, A., Persichillo, M., ... &amp; Iacoviello, L. (2019). Chili pepper consumption and mortality in Italian adults. Journal of the American College of Cardiology, 74(25), 3139-3149.</li><li>
Marshall University Joan C. Edwards School of Medicine. (2022). New study reviews anti-cancer activity of sustained release capsaicin formulations. ScienceDaily</li><li>
News Medical &amp; Life Science. Diakses pada Juni 2022. Chillies for diabetes: Study</li><li>
University of Cincinnati Academic Health Center. (2011). Heat in chili peppers can ease sinus problems, research shows. ScienceDaily</li></ul>

7 Manfaat Cabai. Bisa Sehatkan Jantung!

Mandi air dingin tidak hanya bikin segar tapi juga sehat - AlteaCare | Foto: Envato

Selain membersihkan tubuh dari kotoran, ternyata mandi juga memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan, lo. Begitu juga jika kita mandi dengan air dingin.
Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa mandi air dingin baik untuk tubuh. Ini tidak peduli apakah kita mandi air dingin di pagi hari atau malam hari sebelum tidur.
Lantas, apa saja manfaat mandi air dingin untuk kesehatan kita?
Yuk simak selengkapnya berikut ini!
<h2>Manfaat Mandi Air Dingin Untuk Kesehatan</h2>
Berikut ini adalah sejumlah keuntungan yang bisa kita peroleh dari kebiasaan mandi malam:
<h4>1. Meningkatkan Imun</h4>
Penelitian yang dimuat di jurnal PLoS One menyebutkan, orang yang mandi air dingin berpeluang lebih kecil untuk jatuh sakit. Ini dilihat dari penurunan angka ketidakhadiran di tempat kerja yang mencapai hingga 29%. 
 Menurut peneliti, mandi air dingin dapat membantu meningkatkan sel darah putih, sehingga respons imun pun meningkat. Hasilnya, tubuh lebih terlindungi dari penyakit. 
 <h4>2. Suasana Hati Lebih Positif 
 </h4>Mood lagi buruk? Coba mandi air dingin. Dijamin jadi lebih baik! 
 Menurut penelitian dari jurnal Medical Hypotheses, mandi air dingin dapat mengaktifkan saraf simpatetik di otak. Efeknya bagaikan obat antidepresi, yang menenangkan pikiran, sehingga bisa dianggap sebagai obat alami. 
 Supaya lebih optimal, penelitian menganjurkan kita mandi dengan air bersuhu 20° Celcius selama lima menit. Ini bisa membantu buat Anda yang cenderung gampang cemas atau stres. 
 Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-mood-booster-supaya-suasana-hati-anda-selalu-positif-1650890994926" target="_blank">5 Mood Booster Supaya Suasana Hati Anda Selalu Positif</a> 
 <h4>3. Pemulihan Fisik 
 </h4>Berendam air dingin sering dilakukan oleh para atlet setelah latihan. Mereka melakukannya dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi fisik yang lelah setelah berolahraga. 
 Kebiasaan ini sejalan dengan penelitian di Journal of Athletic Training, yang menemukan bahwa berendam di air dingin dapat membantu meningkatkan pemulihan dan mengurangi rasa lelah. 
 Namun, tidak semua orang bisa mengikuti cara ini, karena berendam air dingin dalam waktu lama bisa membuat sebagian sangat kedinginan, bahkan mengalami hipotermia. 
 <h4>4. Mengurangi Rasa Sakit 
 </h4>Kaki atau tangan terbentur? Atasi sakit menyengat itu dengan merendamnya di air dingin. 
 Menurut studi yang dimuat di North American Journal of Medical Science, air dingin dapat memberi efek seperti anestesi yang menghilangkan rasa sakit. 
 Air dingin dapat menyempitkan pembuluh darah, sehingga dapat membantu mengurangi pembengkakan pada bagian tubuh yang terbentur dan terasa sakit. 
 <h4>5. Melancarkan Peredaran Darah 
 </h4>Pertama kali badan terguyur atau terendam di air dingin, pasti rasanya kaget. Sebab, tubuh yang dalam kondisi hangat harus menyesuaikan dengan suhu air. 
 Tapi, mengutip dari Healthline, air dingin dapat membuat sirkulasi darah jadi lebih lancar. Sebagai bonus, tekanan darah dan kadar gula darah jadi lebih terkendali, serta kulit pun jadi lebih mulus. 
 Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/6-cara-mengatasi-darah-rendah-yang-mudah-1664180310370" target="_blank">6 Cara Mengatasi Darah Rendah yang Mudah</a> 
 
 <h2>Jangan Mandi Air Dingin Kalau… 
 </h2>Meski mandi air dingin bisa jadi terapi bagi sebagian orang, tidak semua orang boleh melakukannya. Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan seseorang untuk mandi air dingin. 
 Misalnya, jika kita memiliki gangguan jantung. Perubahan suhu tubuh yang drastis saat mandi air dingin bisa membuat jantung berdetak lebih cepat. 
 Jika dipaksakan untuk mandi menggunakan air dingin, membuat perubahan suhu tubuh secara drastis sehingga bisa membuat jantung berdetak lebih cepat. Wah, ini jelas bisa jadi kabar buruk kalau kita tetap nekat melakukannya! 
 Itulah beberapa manfaat dari mandi air dingin. 
 Sobat Altea yang ingin tahu apakah kondisi kesehatan Anda memungkinkan untuk mandi air dingin, jangan ragu untuk bertanya pada ahlinya, ya! Anda bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare! 
 Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan atur jadwal telekonsultasi segera!
 
 
 
Sumber:
<ul><li>Butts, C. L., McDermott, B. P., Buening, B. J., Bonacci, J. A., Ganio, M. S., Adams, J. D., ... &amp; Kavouras, S. A. (2016). Physiologic and perceptual responses to cold-shower cooling after exercise-induced hyperthermia. Journal of Athletic Training, 51(3), 252-257.</li><li>
 Buijze, G. A., Sierevelt, I. N., van der Heijden, B. C., Dijkgraaf, M. G., &amp; Frings-Dresen, M. H. (2016). The effect of cold showering on health and work: a randomized controlled trial. PloS one, 11(9), e0161749.</li><li>
 Healthline. Diakses pada Juli 2022. Cold Shower Benefits for Your Health</li><li>
 Mooventhan, A., &amp; Nivethitha, L. (2014). Scientific evidence-based effects of hydrotherapy on various systems of the body. North American journal of medical sciences, 6(5), 199.</li><li>
 Shevchuk, N. A. (2008). Adapted cold shower as a potential treatment for depression. Medical hypotheses, 70(5), 995-1001.</li></ul>

5 Manfaat Mandi Air Dingin. Bisa Bikin Good Mood!

Sebagai makanan khas Indonesia, tempe memiliki banyak manfaat buat kesehatan - AlteaCare | Foto: Envato

Tempe bisa jadi adalah salah satu makanan yang Indonesia banget. Seiring dengan waktu, makanan yang satu ini jadi tenar mendunia. Sehari-hari, kita bisa temukan banyak olahan dari tempe. Mulai dari tempe mendoan, tempe goreng, tempe bacem, sampai tempe orek. Dimasak seperti apa pun, rasanya tetap enak. Harganya yang murah bikin kita cenderung berpikir tempe adalah makanan remeh. Tapi, siapa sangka tempe ternyata punya manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Ini karena tempe termasuk makanan fermentasi, yang kandungannya sangat dibutuhkan tubuh.Yuk, kita intip apa saja manfaat tempe berikut ini!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Gizi%20dan%20Nutrisi/artikel/5-makanan-sumber-probiotik-ini-manfaatnya-buat-kesehatan-1646117570428" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">5 Makanan Sumber Probiotik, Ini Manfaatnya Buat Kesehatan!</a> 
<h2>Manfaat Tempe untuk Kesehatan</h2>Berikut ini adalah beberapa manfaat yang tersimpan dalam tempe:<h4>1. Mencegah Kanker</h4>Menurut studi dari the Journal of the American Medical Association, tempe memiliki kandungan protein dan isoflavon tinggi, sehingga dapat menurunkan risiko kematian akibat kanker payudara.Nah, ini bisa jadi langkah pencegahan yang praktis dan lezat buat para perempuan. Yuk, rajin makan tempe supaya terhindar dari kanker payudara!<h4>2. Menurunkan Tekanan Darah</h4>Tempe juga direkomendasikan buat orang dengan masalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.Sebab, kandungan protein pada kacang kedelai, yang jadi bahan utama tempe, bisa mengontrol tekanan darah, dan mencegah timbulnya penyakit komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung.Penelitian yang dimuat di Annals of Internal Medicine menyebutkan, mengonsumsi kedelai selama 12 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik hingga 7,88 mm Hg. Penelitian ini masih dilakukan pada hewan, namun tidak mustahil hasilnya juga dapat sama pada manusia. 
<h4>3. Menjaga Kesehatan Tulang</h4>Selain protein, tempe juga mengandung kalsium, yaitu jenis mineral yang dapat membantu menjaga tulang tetap kuat dan sehat.Ketika tulang mendapatkan kalsium yang cukup, risiko pengeroposan tulang atau osteoporosis dapat diturunkan.<h4>4. Menyehatkan Usus</h4>Makan tempe setiap hari bisa bikin pencernaan lebih sehat. Sebab, tempe termasuk jenis makanan probiotik, yang dapat memengaruhi mikroba di dalam usus. Saat mikroba di dalam usus seimbang, sistem pencernaan pun bekerja lebih lancar.<h4>5. Menurunkan Kadar Gula Darah</h4>Orang dengan diabetes perlu cermat pilih makanan. Nah, tempe adalah salah satu jenis makanan yang disarankan.Mengapa demikian? Mengutip dari jurnal Nutrients, tempe kaya akan kandungan protein dan genistein. Keduanya dapat mengontrol kadar gula darah dan bahkan bisa mencegah diabetes.Selain itu, tempe juga mengandung serat dan kalori yang dapat membantu mengenyangkan perut. Jadi, kita tidak mudah lapar lagi setelah makan.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Gizi%20dan%20Nutrisi/artikel/cepat-lapar-padahal-baru-makan-ini-penyebabnya-1663929689679" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Cepat Lapar Padahal Baru Makan? Ini Penyebabnya!	</a> 
<h4>6. Mengatasi Gangguan Perimenopause</h4>Perimenopause adalah masa-masa sebelum seorang wanita mengalami menopause atau berhenti datang bulan. Dalam masa ini, ada banyak keluhan yang dapat dirasakan. Di antaranya adalah hot flashes, yaitu sensasi rasa panas di tubuh.Menurut studi yang dimuat di the Journal of The North American Menopause Society, makan tempe bisa mengurangi gangguan hot flashes atau sensasi rasa panas yang kerap dirasakan oleh perempuan di masa perimenopause.Itulah beberapa manfaat dari tempe.Sobat Altea yang butuh saran dan rekomendasi seputar pengaturan menu makanan sehari-hari agar tetap sehat, jangan ragu untuk lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis gizi yang berpengalaman di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>American Society of Clinical Oncology. Diakses pada Juli 2022. Can Eating Soy Cause Breast Cancer?</li><li>
Barnard, N. D., Kahleova, H., Holtz, D. N., Del Aguila, F., Neola, M., Crosby, L. M., &amp; Holubkov, R. (2021). The Women's Study for the Alleviation of Vasomotor Symptoms (WAVS): a randomized, controlled trial of a plant-based diet and whole soybeans for postmenopausal women. Menopause (New York, NY), 28(10), 1150.</li><li>
Rozen, G. S., Rennert, G., Dodiuk-Gad, R. P., Rennert, H. S., Ish-Shalom, N., Diab, G., ... &amp; Ish-Shalom, S. (2003). Calcium supplementation provides an extended window of opportunity for bone mass accretion after menarche. The American journal of clinical nutrition, 78(5), 993-998.</li><li>
Hamer, H. M., Jonkers, D. M. A. E., Venema, K., Vanhoutvin, S. A. L. W., Troost, F. J., &amp; Brummer, R. J. (2008). The role of butyrate on colonic function. Alimentary pharmacology &amp; therapeutics, 27(2), 104-119.</li><li>
Healthline. Diakses pada Juli 2022. Why Tempeh Is Incredibly Healthy and Nutritious</li><li>
He, J., Gu, D., Wu, X., Chen, J., Duan, X., Chen, J., &amp; Whelton, P. K. (2005). Effect of soybean protein on blood pressure: a randomized, controlled trial. Annals of internal medicine, 143(1), 1-9.</li><li>
Huang, Y. C., Wu, B. H., Chu, Y. L., Chang, W. C., &amp; Wu, M. C. (2018). Effects of tempeh fermentation with Lactobacillus plantarum and Rhizopus oligosporus on streptozotocin-induced type II diabetes mellitus in rats. Nutrients, 10(9), 1143.</li></ul>

6 Manfaat Tempe yang Murah dan Kaya Gizi

Makan sambil kerja bisa bikin kita cepat lapar lagi - AlteaCare | Foto: Envato

Makanan baru saja masuk, tapi perut terasa sudah keroncongan lagi? Wah, kenapa bisa jadi cepat lapar seperti itu, ya? 
Tenang saja, Anda bukan satu-satunya orang yang merasakan hal seperti ini.Sebenarnya, rasa lapar adalah sinyal dari saraf vagus di dalam perut yang memberi tahu bahwa perut dalam keadaan kosong. Sinyal ini lalu disusul dengan keluarnya hormon ghrelin, yang berkaitan dengan rasa lapar, serta turunnya kadar gula darah.Nah, bila kita cepat lapar, apa itu tanda metabolisme di tubuh sebegitu cepatnya sehingga perut bisa kosong dalam waktu singkat?Yuk, kita cari tahu apa sebenarnya yang bikin kita cepat merasa lapar!<h2>7 Penyebab Cepat Lapar Lagi Sehabis Makan</h2>Beberapa hal berikut ini dapat menimbulkan rasa lapar padahal Anda belum lama makan. Mana yang berhubungan dengan kondisi Anda?<h4>1. Kurang Asupan Protein</h4>Coba ingat lagi, apa yang barusan Anda makan. Jangan-jangan proteinnya kurang!Pasalnya, mengonsumsi protein memang bisa bikin kita merasa lebih kenyang dibanding karbohidrat dan lemak. Selain itu, protein juga berperan agar penggunaan energi menjadi lebih efisien.Jadi, jangan cuma makan nasi atau mi saja, ya. Makan juga ikan, daging, dan telur!Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Gizi%20dan%20Nutrisi/artikel/pola-hidup-sehat-bisa-atasi-emotional-eating-begini-caranya-1642997046601" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Pola Hidup Sehat Bisa Atasi Emotional Eating, Begini Caranya</a> 
<h4>2. Kurang Tidur</h4>Habis begadang rasanya jadi lebih cepat lapar. Apa ada hubungannya? Iya, ada!Menurut penelitian, kurangnya waktu tidur bisa pengaruhi produksi hormon leptin dan ghrelin yang meningkatkan rasa lapar.Ketika rasa lapar tiba, Anda jadi makin nafsu buat makan banyak. Wah, kalau setiap hari seperti ini, lama-lama berat badan Anda bisa bertambah dan berbagai penyakit bisa mampir!<h4>3. Terlalu Banyak Makan Karbohidrat</h4>Sobat Altea yang hobi makan nasi goreng, mi goreng, atau mi instan, mana suaranya? Harap waspada, ya. Sebab, jenis makanan ini termasuk tinggi karbohidrat.Sementara itu, konsumsi karbohidrat yang berlebihan bisa bikin kadar gula darah dalam tubuh cenderung tinggi. Ini tentu bisa berdampak buruk bagi insulin, hormon yang bertugas mengubah gula darah menjadi energi.Saat gula darah tinggi, insulin harus kerja keras supaya bisa menyeimbangkan. Akibatnya, kadar gula darah yang naik drastis akan turun drastis, lalu bikin kita cepat lapar lagi.Maka dari itu, ikuti anjuran porsi seimbang dan pastikan asupan karbohidrat diimbangi dengan makanan mengandung protein dan lemak.<h4>4. Dehidrasi</h4>Kondisi kekurangan air tanpa sadar sering bikin kita jadi cepat lapar.Menurut berbagai studi, banyak minum bisa bikin kita kenyang. Sebaliknya, jika kekurangan air, kita pun akan lapar terus-menerus.Saat perut keroncongan, bisa jadi sebenarnya tubuh kita cuma perlu asupan cairan. Karenanya, coba dulu minum dua-tiga gelas air lalu tunggu sebentar. Kalau setelahnya rasa lapar tidak terasa lagi, bisa jadi Anda tadi alami dehidrasi.<h4>5. Tidak Fokus Buat Makan</h4>Terkadang kita merasa butuh hiburan, sehingga sering makan sambil nonton TV atau video di ponsel. Atau, terpaksa makan sambil bekerja karena merasa tidak punya banyak waktu.Nah, menurut berbagai studi, berkurangnya fokus pada makanan yang sedang disantap juga bisa jadi penyebab cepat lapar.Saat makan sambil bekerja, memori tentang makanan yang kita konsumsi akan berkurang. Inilah yang lalu memicu kita jadi lapar dan makan lagi tak lama kemudian.<h4>6. Terlalu Stres</h4>Stres berat juga ternyata dapat menjadi penyebab cepat lapar. Ini karena hormon kortisol, yang dikeluarkan saat stres dan bisa menimbulkan rasa lapar.Tak heran kalau kita sering lihat teman yang stres lantas makan lebih banyak dari biasanya. Solusinya, jauhkan dia dari makanan dan ajak refreshing sejenak dari rutinitas untuk menurunkan stres.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Gizi%20dan%20Nutrisi/artikel/tips-makan-sehat-dari-ahlinya-supaya-tidak-terjebak-diet-yoyo-1655731665751" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Tips Makan Sehat Dari Ahlinya Supaya Tidak Terjebak Diet Yoyo</a> 
<h4>7. Sedang Minum Obat Dokter</h4>Beberapa jenis obat dapat pengaruhi nafsu makan, misalnya saja obat kategori antipsikotik atau obat diabetes. Keduanya diketahui dapat meningkatkan rasa lapar.Jika merasa cepat lapar saat minum obat tersebut, diskusikan dengan dokter yang merawat Anda. Dokter mungkin dapat beri rekomendasi obat lain supaya Anda tidak mudah lapar.Itulah sejumlah penyebab cepat lapar yang harus Anda ketahui.Sobat Altea yang mengalami gangguan kesehatan akibat pola makan yang buruk, jangan ragu untuk lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare, ya!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>dan segera buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Amin, T., &amp; Mercer, J. G. (2016). Hunger and satiety mechanisms and their potential exploitation in the regulation of food intake. Current obesity reports, 5(1), 106-112.</li><li>
Paddon-Jones, D., Westman, E., Mattes, R. D., Wolfe, R. R., Astrup, A., &amp; Westerterp-Plantenga, M. (2008). Protein, weight management, and satiety. The American journal of clinical nutrition, 87(5), 1558S-1561S.</li><li>
Knutson, K. L. (2007). Impact of sleep and sleep loss on glucose homeostasis and appetite regulation. Sleep medicine clinics, 2(2), 187-197.</li><li>
Yu, D., Shu, X. O., Li, H., Xiang, Y. B., Yang, G., Gao, Y. T., ... &amp; Zhang, X. (2013). Dietary carbohydrates, refined grains, glycemic load, and risk of coronary heart disease in Chinese adults. American journal of epidemiology, 178(10), 1542-1549.</li><li>
Healthline. Diakses pada Juli 2022. 14 Reasons Why You’re Always Hungry</li><li>
Robinson, E., Aveyard, P., Daley, A., Jolly, K., Lewis, A., Lycett, D., &amp; Higgs, S. (2013). Eating attentively: a systematic review and meta-analysis of the effect of food intake memory and awareness on eating. The American journal of clinical nutrition, 97(4), 728-742.</li><li>
Groesz, L. M., McCoy, S., Carl, J., Saslow, L., Stewart, J., Adler, N., ... &amp; Epel, E. (2012). What is eating you? Stress and the drive to eat. Appetite, 58(2), 717-721.</li><li>
Healthline. Diakses pad Juli 2022. 14 Reasons Why You’re Always Hungry</li></ul>

Cepat Lapar Padahal Baru Makan? Ini Penyebabnya!

Diabetes melitus tipe 2 adalah tipe diabetes yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup - AlteaCare | Foto: Envato

<h2>Definisi Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Diabetes melitus adalah kelainan metabolisme yang bersifat kronik dengan kondisi kadar gula dalam darah yang selalu tinggi. Kelainan ini bisa terjadi akibat kegagalan produksi insulin dalam sistem tubuh, atau insulin yang diproduksi tidak berfungsi semestinya. Insulin adalah hormon yang dibuat di pankreas, yang bertugas mengantar gula di dalam darah agar dapat masuk ke sel tubuh, untuk kemudian digunakan sebagai sumber energi.Diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 kerap dihubungkan dengan kondisi autoimun atau gangguan pada sistem imun. Sementara diabetes tipe 2 lebih banyak berkaitan dengan faktor gaya hidup dan pola makan.<h2>Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Normalnya, pankreas melepaskan insulin untuk membantu tubuh menyimpan dan menggunakan gula dan lemak dari makanan yang kita santap. Diabetes dapat terjadi ketika:<ul><li>	pankreas tidak memproduksi insulin sama sekali</li><li>
	pankreas memproduksi insulin tetapi terlalu sedikit</li><li>
	sel-sel tubuh tidak memberi respons terhadap insulin sebagaimana mestinya. Kondisi ini disebut juga resistensi insulin </li></ul>Gangguan diabetes melitus tipe 2 lebih banyak berkaitan dengan kondisi resistensi insulin. Resistensi insulin dapat menyebabkan gula dalam darah jadi tinggi, sehingga kemudian dapat membahayakan tubuh dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penyebab diabetes melitus tipe 2 dapat berkaitan dengan faktor gaya hidup atau pola makan. Namun, diabetes tipe ini juga dapat berkaitan dengan faktor genetik. Ketika faktor genetik ini dikombinasikan dengan faktor lingkungan atau gaya hidup, seseorang dapat mengalami diabetes. <h2>Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Beberapa faktor berikut ini membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena diabetes melitus tipe 2:<ul><li>	Usia: anak, remaja hingga dewasa muda bisa terkena diabetes melitus tipe 2, namun gangguan ini lebih sering dialami mereka yang berusia di atas 45 tahun</li><li>
	Kondisi prediabetes: kondisi ini terjadi saat kadar gula darah lebih tinggi dari normal namun belum cukup tinggi disebut sebagai diabetes</li><li>
	Riwayat diabetes: pernah mengalami diabetes saat hamil maupun ada riwayat diabetes dalam keluarga</li><li>
	Berat badan: memiliki badan yang overweight atau obesitas</li><li>
	Pola aktivitas: termasuk jarang melakukan aktivitas fisik</li><li>
	Kondisi kesehatan: memiliki gangguan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol baik yang rendah dan trigliserida yang tinggi</li><li>
	Ada penyakit lainnya: mengidap penyakit jantung, stroke, polycystic ovary syndrome, atau depresi </li></ul>
<h2>Gejala Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Pada diabetes melitus tipe 2, tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara maksimal untuk membawa gula masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan energi yang didapatkan jaringan, otot dan organ-organ tubuh hanya sedikit, sehingga fungsinya pun menurun. Berikut gejala-gejala yang dapat dialami:<ul><li>	terus-menerus merasa lapar</li><li>
	kurang berenergi</li><li>
	badan terasa lemah</li><li>
	penurunan berat badan</li><li>
	haus yang berlebihan</li><li>
	sering berkemih</li><li>
	mulut kering</li><li>
	kulit gatal</li><li>
	penglihatan buram</li></ul><h2>Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Saat berkonsultasi dokter terkait keluhan yang mengarah ke diabetes melitus tipe 2, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.Ada beberapa jenis tes kadar gula darah yang bisa dilakukan, antara lain:<ul><li>	Tes HbA1c test: tes ini akan mengukur rata-rata kadar gula darah Anda dalam 3 bulan terakhir</li><li>
	Gula darah puasa: bertujuan mengukur kadar gula darah Anda saat ini. Anda perlu berpuasa sekitar delapan jam sebelum pemeriksaan</li><li>
	Gula darah sewaktu: tes ini dilakukan ketika Anda memiliki gejala diabetes melitus dan tenaga medis ingin langsung memeriksa kadar gula darah pada saat itu juga. </li></ul><h2>Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Pada sebagian orang, mengubah gaya hidup saja sudah cukup untuk mengontrol gangguan diabetes melitus tipe 2. 
Namun, bila kadar gula darah tidak dapat dikendalikan, dokter dapat menganjurkan pemberian obat-obatan anti-diabetes. Jenis obat yang diresepkan oleh dokter akan disesuaikan dengan indikasi.Beberapa jenis obat anti diabetes ini diberikan sesuai dengan kondisi kesehatan, antara lain:<ul><li>	Obat untuk menurunkan gula darah dan meningkatkan respon tubuh terhadap insulin. Obat ini banyak digunakan sebagai terapi untuk diabetes melitus. Namun, penggunaan dan dosisnya harus sesuai indikasi supaya tidak menimbulkan dampak buruk</li><li>
	Obat untuk membantu tubuh menghasilkan insulin lebih</li><li>
	Obat untukmembantu tubuh lebih sensitif terhadap insulin</li></ul>Setiap obat diabetes melitus memiliki fungsi yang berbeda-beda dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi medis setiap orang. Tidak disarankan untuk membeli secara mandiri dan mengonsumsi obat anti diabetes tanpa pemantauan dari dokter.<h2>Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2</h2>Gangguan diabetes melitus dapat meningkatkan risiko kerusakan pada organ-organ tubuh seperti jantung, ginjal, bahkan otak. Sedangkan gaya hidup yang tidak sehat berhubungan erat dengan meningkatnya kadar gula dalam darah. Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup yang disarankan untuk mencegah diabetes melitus:<h4>1. Perbaiki Pola Makan</h4>Selalu pilih jenis makanan sehat dan makanlah sesuai kebutuhan tubuh. Orang dengan diabetes disarankan untuk memperbanyak makan buah, sayur dan gandum. Selain itu, kurangi konsumsi susu dan produk olahannya, seperti keju dan yogurt <h4>2. Rutin Berolahraga</h4>Pastikan Anda rajin melakukan aktivitas fisik agar bisa menjaga kondisi kadar gula darah tetap terkendali.Anda bisa lakukan latihan fisik selama 30 menit dengan intensitas yang tetap dalam seminggu. Tambahkan beban latihan sedikit demi sedikit setiap minggunya.<h4>3. Lakukan Pemeriksaan Rutin Secara Berkala</h4>Periksakan kesehatan Anda secara menyeluruh, mulai dari tekanan darah, kadar gula darah, profil lemak, dan lain lain. Lakukan medical check up setidaknya dua kali setahun<h4>4. Kendalikan Stres</h4>Saat Anda stres, kadar gula dalam darah akan meningkat. Pelajari teknik manajemen stres dan cara mengatur emosi. <h4>5. Jauhi Kebiasaan Buruk</h4>Berhenti merokok dan hindari paparan asap rokok di sekitar Anda. Stop juga konsumsi minuman beralkohol. 
<h2>Kapan Harus ke Dokter?</h2>Seiring perjalanan penyakit, gejala diabetes melitus dapat memberat dan membahayakan. Kondisi gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan beberapa gejala, seperti:<ul><li>	infeksi jamur</li><li>
	luka yang sulit atau lama untuk sembuh</li><li>
	muncul bercak kehitaman pada kulit</li><li>
	rasa nyeri pada kaki</li><li>
	sensasi kebas pada anggota tubuh</li></ul>Jika Anda mengalami dua atau lebih gejala di atas, segeralah datangi fasilitas kesehatan terdekat.Anda juga dapat lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>untuk mendapat rujukan pemeriksaan yang dibutuhkan. 
 Referensi:<ul><li>Goyal R, Jialal I. Diabetes Mellitus Type 2. [Updated 2022 Jun 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. </li><li>
Centers for Disease Control and Prevention Diakses Juni 2021. Diabetes-Basics</li><li>
MedlinePlus. Diakses 2021. Diabetestype2</li><li>
Healthline. Diakses 2021.Health-type2diabetes</li><li>
Toharin, S. N., Cahyati S.KM, M.Kes, W., &amp; Zainafree MH.Kes., dr I. (2015). Hubungan Modifikasi Gaya Hidup dan Kepatuhan Konsumsi Obat Antidiabetik dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rs Qim Batang Tahun 2013. Unnes Journal of Public Health, 4(2).</li><li>
Webmd. Diakses Juni 2021.Diabetes-lifestyle</li><li>
WebMD. Diakses pada November 2021. Diabetes Basics</li></ul>

Diabetes Melitus Tipe 2

Bila diolah dengan tepat, kentang bisa bermanfaat buat kesehatan - AlteaCare | Foto: Envato

Di Indonesia, hidangan dari kentang begitu beragam. Mulai dari kentang goreng, kentang kukus, kentang balado, dan lain-lain. Bahkan, banyak yang sering mengonsumsi kentang sebagai pengganti nasi. Tak hanya jenis olahannya, manfaat kentang juga ternyata segudang!Tentu saja, seperti halnya bahan makanan lain, cara pengolahan kentang haruslah tepat supaya bisa membantu kita jadi lebih sehat. Bila tidak, justru bisa berdampak buruk buat kesehatan. Sebagai contoh: menurut studi dari British Medical Journal, kentang yang diolah dengan cara dipanggang atau digoreng bisa meningkatkan risiko hipertensi.Supaya lebih sehat, kita perlu ubah cara pengolahannya. Misalnya, kentang boleh dipanggang bersama dengan kulitnya, lalu disajikan bersama yogurt tanpa lemak – bukannya ditaburi keju. Atau, buat kentang tumbuk dengan tambahan bawang putih dan irisan daun bawang. Nah, kalau masaknya sudah benar, manfaatnya pun akan didapat. Yuk, simak lebih lanjut untuk tahu manfaat kentang buat tubuh kita!<h2>Ini Dia Manfaat Kentang Buat Tubuh Kita</h2>Berikut ini beberapa kelebihan dari mengonsumsi kentang:<h4>1. Mengontrol Gula Darah</h4>Kentang punya indeks glikemik yang rendah, sehingga kadar glukosa tidak melonjak setelah makan. Selain itu, kentang juga mengandung pati resisten, yang menurut studi dari Journal Medicine, bisa membantu menurunkan kadar gula darah pada orang dengan diabetes tipe 2.<h4>2. Menguatkan Tulang</h4>Kentang yang kaya zat besi, fosfor, kalsium, dan magnesium, dapat membantu menyehatkan struktur tulang.Ini sejalan dengan studi yang dimuat di Advance in Nutrition Research. Disebutkan, kalsium dan fosfor dapat meningkatkan massa tulang, sehingga dapat memperlambat terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/osteoartritis-1652874689052" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Osteoartritis</a> 
 <h4>3. Menjaga Berat Badan</h4>Banyak orang yang sedang menjalani program diet menjadikan kentang sebagai pengganti sumber karbohidrat selain nasi. Ternyata, kentang punya kandungan serat yang baik untuk pencernaan. Jadi, makan kentang bisa membuat kita jadi lebih kenyang lebih lama. Selain itu, nafsu makan pun jadi berkurang.<h4>4. Mencegah Kanker</h4>Di dalam kentang terdapat senyawa bernama flavonoid, karotenoid, dan asam fenolik. Menurut penelitian, semuanya adalah jenis antioksidan yang baik untuk tubuh.Ketiga senyawa tersebut bisa menetralkan atau menghalau radikal bebas, sehingga membantu memperlambat pertumbuhan sel kanker.Studi yang dimuat Preventive Nutrition and Food Science merekomendasikan kentang berwarna lain dibandingkan kentang putih. Sebab, dibanding kentang putih yang biasa kita makan, kentang berwarna lain punya kandungan antioksidan lebih tinggi.<h4>5. Menyehatkan Jantung</h4>Kentang juga bisa membantu menjaga kesehatan jantung, lo!Ini karena perpaduan serat, potassium, vitamin C, dan vitamin B6 yang ada dalam kentang. Penelitian di Archive Internal Medicine menyebutkan, potassium dapat mengurangi risiko penyebab kematian akibat penyakit jantung.<h4>6. Mengontrol Tekanan Darah</h4>Penelitian yang dilakukan oleh dr. Joe Vinson, Profesor dari University Scranton, Amerika Serikat, menemukan bahwa mengonsumsi kentang dapat menurunkan tekanan darah.Meski penelitian tersebut menggunakan varietas kentang ungu, peneliti juga percaya jenis kentang lain dapat memiliki manfaat yang sama.<h4>7. Merawat Kulit</h4>Manfaat kentang lain adalah membantu merawat kulit. Mengutip dari Medical News Today, kentang kaya vitamin C, yang sebagai antioksidan dapat mencegah kerusakan kulit akibat sinar UV dan polusi.Selain itu, vitamin C juga bisa membantu produksi kolagen, sehingga dapat menghaluskan kerutan pada kulit. Selain itu, vitamin C juga dapat memperbaiki tekstur kulit secara keseluruhan. Jadi, Sobat Altea sekarang tidak heran lagi ya kenapa banyak produk perawatan kulit yang pakai kentang, misalnya masker.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/ini-alasan-kenapa-kulit-perempuan-jepang-glowing-1655475774418" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Ini Alasan Kenapa Kulit Perempuan Jepang Glowing</a> 
Itulah beberapa manfaat kentang yang baik untuk kesehatan kita secara menyeluruh.Sobat Altea yang sedang mencari program diet yang tepat atau ingin tahu lebih banyak seputar sumber karbohidrat pengganti nasi selain kentang, bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis. Anda bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis gizi di AlteaCare untuk dapatkan saran dan rekomendasi sesuai kondisi kesehatan.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>dan atur jadwal telekonsultasi segera! Sumber:<ul style=""><li style="">
Lin, C. H., Chang, D. M., Wu, D. J., Peng, H. Y., &amp; Chuang, L. M. (2015). Assessment of blood glucose regulation and safety of resistant starch formula-based diet in healthy normal and subjects with type 2 diabetes. Medicine, 94(33).</li><li style="">
Borgi, L., Rimm, E. B., Willett, W. C., &amp; Forman, J. P. (2016). Potato intake and incidence of hypertension: results from three prospective US cohort studies. bmj, 353.</li><li style="">
Calvo, M. S. (1994). The effects of high phosphorus intake on calcium homeostasis. Nutrition and osteoporosis, 183-207.</li><li style="">
Medical News Today. Diakses pada Juni 2022. How can potatoes benefit my health?</li><li style="">
Medical News Today. Diakses pada Juni 2022. Potatoes Can Reduce Blood Pressure</li><li style="">
Yang, Q., Liu, T., Kuklina, E. V., Flanders, W. D., Hong, Y., Gillespie, C., ... &amp; Hu, F. B. (2011). Sodium and potassium intake and mortality among US adults: prospective data from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. Archives of internal medicine, 171(13), 1183-1191.</li><li style="">
Lee, S. H., Oh, S. H., Hwang, I. G., Kim, H. Y., Woo, K. S., Woo, S. H., ... &amp; Jeong, H. S. (2016). Antioxidant contents and antioxidant activities of white and colored potatoes (Solanum tuberosum L.). Preventive nutrition and food science, 21(2), 110.</li></ul>

7 Manfaat Kentang, Tak Cuma Sebagai Pengganti Nasi

Pengolahan brokoli yang tepat bisa memberikan banyak manfaat sehat - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea mungkin sering dengar, kalau mau sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, makanlah sayuran berwarna hijau tua. Nah, brokoli ini adalah salah satunya. Meski sebagian orang segan karena baunya, manfaat brokoli yang begitu berlimpah tidak boleh dilewatkan!Sehari-hari, kita biasa mengolah brokoli dengan berbagai cara. Bisa ditumis, direbus, ditumis bersama sayuran lain, bahkan digoreng. Nah, supaya manfaatnya bisa diperoleh secara maksimal, pengolahannya harus tepat, lo. Idealnya, brokoli dimasak hanya dengan cara disiram air panas. Atau, direbus sebentar tapi airnya jangan sampai mendidih.Dengan begitu, kandungan nutrisi dan vitamin di dalam brokoli tidak hilang. Lantas, apa saja manfaat brokoli buat kesehatan kita? Yuk, simak selengkapnya di sini!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Gizi%20dan%20Nutrisi/artikel/mau-masak-sehat-5-teknik-ini-perlu-dipelajari-1643169528385" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Mau Masak Sehat? 5 Teknik Ini Perlu Dipelajari</a> 
<h2>Manfaat Brokoli Buat Kesehatan</h2>Berikut ini beberapa manfaat yang bisa Sobat Altea dapat dari mengonsumsi brokoli: 
<h4>1. Menyehatkan Mulut</h4>Kandungan nutrisi dan vitamin dalam brokoli dapat membantu menjaga kesehatan mulut. Vitamin C, kalsium, kaempferol dan flavonoid, misalnya, dapat menurunkan risiko periodontitis atau infeksi area mulut termasuk bagian gusi dan tulang rahang.Selain itu, mengutip penelitian di Cancer Prevention Research, kandungan lain pada brokoli, yaitu sulforaphane dapat mengurangi risiko kanker mulut.<h4>2. Memperlambat Penuaan</h4>Penuaan tak hanya dilihat secara fisik, seperti kerutan pada kulit. Tapi, juga bagaimana organ-organ perlahan mulai mengalami penurunan fungsi.Selain faktor usia, stres oksidatif juga memengaruhi penuaan dan ini terjadi secara alami. Tapi tenang saja, ini bisa diatasi dengan rutin mengonsumsi brokoli.Studi dari Journal of Experimental Biology menyebutkan, brokoli mengandung senyawa yang terbukti dapat memperbaiki sel yang sudah menurun. Karena itu, bisa membantu mencegah penyakit yang muncul seiring dengan pertambahan usia.<h4>3. Menurunkan Kadar Gula Darah</h4>Sayuran hijau seperti brokoli aman untuk dikonsumsi mereka dengan kondisi diabetes tipe-2.Bahkan, menurut studi dari International Journal of Food Science and Nutrition, mengonsumsi brokoli setiap hari selama satu bulan dapat menurunkan resistensi insulin secara sangat signifikan.Selain itu, brokoli juga tinggi serat. Jadi, meski dikonsumsi sedikit sudah bisa membuat perut terasa kenyang.<h4>4. Mencegah Kanker</h4>Manfaat brokoli sebagai makanan anti-kanker itu bukan mitos, Sobat Altea! Sebab, menurut penelitian yang dikutip dari Journal of Oral and Maxillofacial Pathology, brokoli memiliki kandungan bioaktif yang dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker di tubuh. Penelitian tersebut juga menyebutkan, meski kita tidak mengonsumsinya setiap hari, manfaat dari brokoli masih bisa kita dapatkan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Gizi%20dan%20Nutrisi/artikel/5-makanan-karsinogenik-yang-sering-dikonsumsi-setiap-hari-1655950089638" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">5 Makanan Karsinogenik yang Sering Dikonsumsi Setiap Hari</a> 
<h4>5. Melindungi Kulit</h4>Selain menggunakan krim tabir surya, sebenarnya ada cara alami juga untuk melindungi kulit dari sengatan matahari. Rajin saja makan brokoli!Menurut studi, kandungan sulforaphane pada brokoli mampu memproteksi kulit dari sinar UV, bahkan mencegah terjadinya kanker kulit. Kandungan ini bekerja sebagai antioksidan, serta dapat memperbaiki sel-sel kulit yang mati akibat paparan sinar matahari.<h4>6. Meningkatkan Imun</h4>Manfaat lain yang bisa kita dapat dari brokoli adalah sistem kekebalan tubuh yang makin meningkat.Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology. Menurut ahli, kandungan sulforaphane pada brokoli dapat mendukung sistem imun tubuh. Hasilnya, tubuh lebih kuat melawan radikal bebas dan terhindar dari penyakit. Itulah beberapa manfaat brokoli yang perlu kita ketahui.Sobat Altea yang sedang cemas karena asupan nutrisi dan vitaminnya kurang sehingga sering sakit, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Anda bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis gizi di AlteaCare dari rumah saja.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Nandini, D. B., Rao, R. S., Deepak, B. S., &amp; Reddy, P. B. (2020). Sulforaphane in broccoli: The green chemoprevention!! Role in cancer prevention and therapy. Journal of oral and maxillofacial pathology: JOMFP, 24(2), 405.</li><li>
Bauman, J. E., Zang, Y., Sen, M., Li, C., Wang, L., Egner, P. A., ... &amp; Johnson, D. E. (2016). Prevention of carcinogen-induced oral cancer by sulforaphane. Cancer Prevention Research, 9(7), 547-557.</li><li>
Daniel, M., &amp; Tollefsbol, T. O. (2015). Epigenetic linkage of aging, cancer and nutrition. Journal of Experimental Biology, 218(1), 59-70.</li><li>
Talalay, P., Fahey, J. W., Healy, Z. R., Wehage, S. L., Benedict, A. L., Min, C., &amp; Dinkova-Kostova, A. T. (2007). Sulforaphane mobilizes cellular defenses that protect skin against damage by UV radiation. Proceedings of the National Academy of Sciences, 104(44), 17500-17505.</li><li>
UCLA Health. Diakses pada Juni 2022. Study finds that broccoli may help boost the aging immune system</li><li>
Bahadoran, Z., Tohidi, M., Nazeri, P., Mehran, M., Azizi, F., &amp; Mirmiran, P. (2012). Effect of broccoli sprouts on insulin resistance in type 2 diabetic patients: a randomized double-blind clinical trial. International journal of food sciences and nutrition, 63(7), 767-771.</li></ul>

6 Manfaat Brokoli: Tidak Cuma Cegah Kanker!

Beruntung sekali kita tinggal di negara tropis seperti Indonesia, karena pohon pepaya bisa tumbuh di mana-mana. Mau makan juga tidak perlu tunggu musim. Sudah tidak ada alasan lagi buat tidak makan pepaya. Sebab, buah ini kaya manfaat.Kelebihan utama buah pepaya adalah mengandung banyak serat, air, vitamin, dan antioksidan. Wah, bukannya itu yang kita butuhkan setiap hari? Ternyata sudah lengkap ada dalam satu buah!Lalu, apa saja manfaatnya buat tubuh kalau kita rajin makan pepaya? Yuk, simak uraian lengkapnya di bawah ini!<h2>Ini Dia Rahasia Sehat di Balik Manisnya Pepaya!</h2>Berikut ini beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari makan pepaya:<h4>1. Menyehatkan Jantung</h4>Rutin makan pepaya bisa bikin jantung lebih sehat. Sebab, pepaya mengandung potasium, magnesium, pantothenic acid, dan antioksidan yang tinggi. Semua kandungan ini bisa membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung. Selain itu, mengutip Healthline, mengonsumsi makanan yang kaya antioksidan bisa meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL. Dengan begitu, peredaran darah ke jantung juga jadi lancar.<h4>2. Bikin Kulit Sehat</h4>Banyak produsen kecantikan menggunakan ekstrak pepaya di dalam produknya, misalnya sabun badan atau sabun wajah.Ternyata, ini bukannya tanpa alasan. Sebab, pepaya juga mengandung vitamin C dan likopen. Menurut studi yang dimuat di jurnal Dermato-endocrinology, keduanya dapat membantu mengurangi tanda-tanda penuaan dini.Sementara itu, penelitian lain membuktikan, bahwa konsumsi vitamin C dan likopen bisa membantu produksi kolagen di kulit. Hasilnya, garis kerutan pada wajah bisa disamarkan dan kulit pun tampak lebih kencang serta awet muda.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/ciri-ciri-kulit-sehat-dan-cara-merawatnya-lakukan-setiap-hari-1653612443256" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Ciri-ciri Kulit Sehat dan Cara Merawatnya. Lakukan Setiap Hari!</a> 
<h4>3. Melancarkan Pencernaan</h4>Pepaya mengandung enzim bernama papain, yang dapat membantu kerja sistem pencernaan. Selain itu, mengutip Everyday Health, kandungan air yang tinggi di pepaya dapat mengurangi masalah perut kembung dan sembelit.Semua kandungan dalam pepaya tersebut bisa meningkatkan aktivitas usus, sehingga pada akhirnya dapat menurunkan risiko kanker usus besar.<h4>4. Mengontrol Gula Darah</h4>Kebanyakan pepaya yang sudah matang rasanya manis, karena mengandung gula buah alami. Namun, banyak orang ragu buat makan buah ini karena khawatir gula darah bisa melonjak tinggi. Ternyata, indeks glikemik pepaya termasuk sedang, sementara kandungan seratnya tinggi. Jadi aman buat orang dengan gangguan diabetes. Menurut penelitian yang dikutip oleh Medical News Today, orang dengan diabetes tipe 1 yang menjalani diet tinggi serat, salah satunya dengan makan pepaya, memiliki kadar glukosa lebih rendah. Sementara pada orang dengan diabetes tipe 2, konsumsi makanan tinggi serat bisa membantu memperbaiki kadar gula darah, lipid, serta insulin. <h4>5. Mencegah Kanker</h4>Salah satu cara untuk mencegah kanker adalah menekan jumlah radikal bebas dalam tubuh. Untuk itu, kita butuh makanan yang kaya antioksidan, seperti pepaya. Kandungan antioksidan dalam pepaya termasuk sangat tinggi, sehingga dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan sel kanker.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kehamilan%20dan%20Kesehatan%20Reproduksi/artikel/seperti-ini-gaya-hidup-untuk-mencegah-kanker-payudara-1645757175851" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Seperti Ini Gaya Hidup Untuk Mencegah Kanker Payudara</a> 
<h4>6. Mencegah Alzheimer</h4>Stres oksidatif dapat memicu munculnya gangguan alzheimer. Nah, ini bisa dicegah dengan mengonsumsi pepaya. Studi yang dimuat di Mediators of Inflammation menyebutkan, pemberian ekstrak pepaya dapat membantu memperbaiki sel-sel di otak.Dalam penelitian, orang dengan Alzheimer yang mengonsumsi ekstrak pepaya selama enam bulan dapat mengalami penurunan kadar stres oksidatif di dalam otaknya. Itulah beberapa rahasia sehat yang bisa kita dapat dari buah pepaya.Penting untuk diingat, segala yang berlebihan bisa menimbulkan efek tidak baik buat tubuh. Jadi, tetaplah konsumsi sewajarnya. Selain itu, bagi sebagian orang pepaya bisa menimbulkan efek sampingnya berupa reaksi alergi.Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau segera ke instalasi gawat darurat bila mengalami reaksi negatif setelah makan pepaya. Anda juga bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis gizi berpengalaman di AlteaCare untuk dapatkan saran dan rekomendasi menu yang tepat sesuai dengan kebutuhan.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber: <ul><li>Everyday Health. Diakses pada Juni 2022. All About Papaya: Nutrition Facts, Health Benefits, Side Effects, How to Eat It, and More</li><li>
Jenkins, G., Wainwright, L. J., Holland, R., Barrett, K. E., &amp; Casey, J. (2014). Wrinkle reduction in post‐menopausal women consuming a novel oral supplement: a double‐blind placebo‐controlled randomized study. International journal of cosmetic science, 36(1), 22-31.</li><li>
Barbagallo, M., Marotta, F., &amp; Dominguez, L. J. (2015). Oxidative stress in patients with Alzheimer’s disease: effect of extracts of fermented papaya powder. Mediators of Inflammation, 2015.</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Juni 2022. What are the health benefits of papaya?</li><li>
NDTV Food. Diakses pada Juni 2022. 6 Side Effects Of Papayas You Should Know</li><li>
Schagen, S. K., Zampeli, V. A., Makrantonaki, E., &amp; Zouboulis, C. C. (2012). Discovering the link between nutrition and skin aging. Dermato-endocrinology, 4(3), 298-307.</li><li>
Verywell Fit. Diakses pada Juni 2022. Papaya Nutrition Facts and Health Benefits</li></ul>

6 Rahasia Sehat Buah Pepaya. Bagus Buat Kulit!

Sering bolos olahraga bisa berdampak buruk bagi kesehatan - AlteaCare | Foto: Envato

Seniat-niatnya kita mengatur jadwal dan berusaha untuk olahraga secara teratur, selalu ada saatnya kita tidak latihan. Satu-dua hari cuti tentu tidak masalah, tapi bagaimana kalau lebih dari itu? Tidak mustahil bolos latihan ini bisa berpengaruh pada tubuh.Sobat Altea yang pernah ikut program bersama pelatih profesional pasti ingat, betapa ketat jadwal latihannya. Skip sehari saja serasa dikejar-kejar debt collector! Ini karena sang Pelatih mau memastikan Anda rutin olahraga, supaya hasilnya optimal.Bahkan, saat kita mau cuti sebentar untuk liburan, pelatih tidak lupa berpesan supaya tetap berusaha latihan tipis-tipis. Meski hanya jalan kaki atau gerakan senam ringan. Keteraturan adalah kunci supaya kerja keras kita saat berolahraga bisa mencapai hasil yang memuaskan. Sebab, kalau kita sampai skip atau berhenti olahraga, dampaknya pun bisa serius bagi kesehatan.Yuk, simak apa saja yang terjadi pada tubuh jika kita sering bolos olahraga.<h2>Dampak Sering Bolos Olahraga</h2>Ketika komitmen berolahraga mulai kendur dan latihan mulai on-off tak karuan, beberapa hal ini bisa terjadi pada tubuh kita:<h4>1. Tekanan Darah Naik</h4>Sudah rutin olahraga, lalu tiba-tiba mandek sampai dua minggu? Ayo, yang seperti ini jangan sampai jadi kebiasaan. Apalagi kalau Anda sudah mulai punya masalah dengan tekanan darah dan kolesterol tinggi.Menurut penelitian dari jurnal PLoS ONE, berolahraga secara rutin selama enam bulan bisa membantu menurunkan tekanan darah pada orang yang tergolong prehipertensi. Namun, ketika mereka berhenti berolahraga selama dua minggu, tekanan darahnya bisa mengalami peningkatan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/olahraga-bisa-bikin-burnout-kenali-tanda-tandanya-1661007511410" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Olahraga Bisa Bikin Burnout, Kenali Tanda-tandanya!</a> 
<h4>2. Tubuh Tidak Sebugar Dulu</h4>Mereka yang sedang ingin membentuk otot perlu latihan teratur supaya level kebugaran tubuh semakin meningkat. Lalu, apa dampaknya bila latihannya sering skip?Menurut Scott Weiss, ahli fisiologi dari Amerika Serikat, melalui dua minggu tanpa latihan sama sekali bisa menurunkan level kebugaran kita. Sementara itu, bergantung pada kondisi masing-masing, dua hingga delapan bulan skip olahraga bisa membuat tubuh Anda akan kembali pada kondisi seperti orang yang tidak pernah berolahraga sebelumnya.Tanda lain yang mudah terlihat adalah massa otot yang menyusut dan lemak tubuh yang meningkat. Selain itu, Anda juga bisa kehilangan beberapa hal yang sudah berhasil dicapai lewat kerja keras saat latihan. Kecepatan, daya tahan, hingga kekuatan Anda bisa menurun 25-30% dalam 2-3 minggu.<h4>3. Berat Badan Bertambah</h4>Sobat Altea yang sedang berdiet pasti dianjurkan juga untuk rajin berolahraga. Kalau sampai sering skip, bisa jadi dietnya gagal.Hal ini dikarenakan proses pembakaran lemak dan metabolisme tubuh jadi melambat. Hasilnya, lemak jadi menumpuk, ukuran perut jadi tambah mekar.Ini sejalan dengan studi yang dilakukan pada para perenang dan dimuat di Journal of Strength &amp; Conditioning Research. Menurut ahli, cuti latihan selama lima minggu bisa meningkatkan massa lemak sampai 12%. <h4>4. Gampang Capek</h4>Di dunia fitness, kita mengenal istilah VO2 max, atau volume maksimum O2 (oksigen) yang bisa digunakan oleh otot saat kita latihan olahraga. Semakin tinggi VO2 max, semakin bugar juga tubuh kita. Namun, tahukah Anda, skip olahraga selama dua minggu saja sudah bisa bikin level VO2 max tubuh menurun. Akibatnya, tubuh jadi mudah lelah dari biasanya. Sebagai contoh, bila rutin berolahraga kita bisa berlari 1 km dalam 10 menit saja. Namun, ketika VO2 max kita turun, kita butuh waktu lebih lama untuk menempuh jarak yang sama. Plus, setelah itu badan juga jadi lebih capek. <h4>5. Kadar Gula Darah Naik</h4>Orang dengan diabetes dianjurkan buat tetap berolahraga. Kenapa? Karena aktivitas fisik bisa membantu mengendalikan kadar gula darah di dalam tubuh. Alaminya, kadar glukosa darah biasanya naik setelah makan, kemudian turun setelah digunakan oleh otot dan jaringan tubuh lain sebagai energi untuk beraktivitas atau berolahraga.Nah, kalau kita tidak olahraga, level aktivitas pun jadi turun. Otomatis, gula darah tidak digunakan otot karena tidak ada kegiatan fisik berarti. Tak heran kalau akhirnya gula darah kita jadi tinggi. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/tips-olahraga-yang-aman-buat-pengidap-diabetes-anti-mager-1654271708426" style="color: rgb(74, 134, 232);">Tips Olahraga yang Aman Buat Pengidap Diabetes. Anti Mager!</a> 
<h4>6. Memperburuk Kondisi Depresi</h4>Studi yang dimuat di Journal of Affective Disorders menyebutkan, aktivitas fisik dan olahraga yang cukup penting buat kesehatan tubuh dan jiwa kita. Buat kita yang sehat, berolahraga dengan intensitas sedang selama setidaknya 150 menit per minggu adalah rekomendasi standar untuk menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, kebiasaan ini juga bisa mencegah depresi. Yang menarik, menurut studi olahraga teratur ternyata juga bisa mengurangi dan memulihkan gejala depresi. Sebaliknya, berhenti olahraga selama tiga hari saja sudah bisa meningkatkan gejala depresi, demikian menurut para ahli dari University of Adelaide. <h2>Tips Mulai Olahraga Lagi</h2>Setelah skip berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, tubuh berat banget buat lanjut olahraga. Nah, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan saat mau olahraga lagi:<ul><li>Cari yang mudah. Sempat ikut half-marathon sebelum cuti? Nah, sekarang mulai dari jarak pendek dulu, ya. Atau, pilih latihan simpel seperti joging atau lari di treadmill.</li><li>
Sesuaikan tubuh. Bersabar jalani proses dari awal sampai akhirnya stamina, kecepatan, dan kebugaran tubuh kembali. Tambah porsi latihan sedikit demi sedikit, jangan ngoyo. </li><li>
Jeda boleh lebih panjang. Awal mulai olahraga lagi, selipkan beberapa hari ekstra buat istirahat di antara jadwal latihan. Ingat, badan Anda tidak seperti dulu jadi butuh waktu lama buat pemulihan otot dan rasa pegal-pegal.</li></ul>Itulah sejumlah dampak yang bisa terjadi bila kita berhenti dari rutinitas olahraga.Sobat Altea yang ingin tahu program latihan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber: <ul><li>Moker, E. A., Bateman, L. A., Kraus, W. E., &amp; Pescatello, L. S. (2014). The relationship between the blood pressure responses to exercise following training and detraining periods. PloS one, 9(9), e105755.</li><li>
Men's Health. Diakses Pada Juni 2022. 6 Ways Your Health Suffers When You Stop Working Out</li><li>
Men's Journal. Diakses pada Juni 2022. What Happens to Your Body When You Stop Working Out for 2 Weeks</li><li>
University of Adelaide. 2018. Stopping exercise can increase symptoms of depression. Sciencedirect</li><li>
WebMD. Diakses pada Juni 2022. Exercise Tips for Type 2 Diabetes</li><li>
Moker. E., A., Bateman, L., A., Kraus, W., E., &amp; Pescatello, L., S. (2014). The Relationship between the Blood Pressure Responses to Exercise following Training and Detraining Periods. PLoS One</li></ul>

Ini Dia Alasan Tidak Boleh Sering Bolos Olahraga

Sindrom metabolik dapat dikenali melalui bentuk tubuh yang cenderung buncit di bagian perut - AlteaCare | Foto: Envato

<h2>Definisi Sindrom Metabolik</h2>Sindrom metabolik, atau sering disebut juga Sindrom X, bukanlah suatu penyakit. Namun, lebih merupakan kondisi yang berkaitan dengan sejumlah faktor risiko.Faktor risiko yang dimaksud adalah tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol yang tidak sehat, serta adanya lemak berlebih di bagian perut. Memiliki beberapa faktor risiko tersebut sekaligus bisa meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit pembuluh darah dan jantung hingga dua kali lipat. Sindrom metabolik dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah arteri, yang disebut juga aterosklerosis. Tumpukan plak ini terjadi akibat lemak, kolesterol, dan senyawa lainnya menempel pada dinding arteri, sehingga pembuluh darah ini jadi tersumbat dan rapuh. Ketika dinding arteri rusak, gumpalan darah pun dapat terbentuk dan akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung maupun stroke. Selain itu, sindrom metabolik bisa membuat risiko seseorang terhadap diabetes tipe 2 juga meningkat lima kali lipat. Kabar baiknya, sindrom metabolik bisa dikendalikan, sebagian besar melalui perubahan gaya hidup. <h2>Penyebab Sindrom Metabolik</h2>Sindrom metabolik berkaitan erat dengan kondisi berat badan yang sangat berlebihan (overweight) maupun obesitas, serta kurangnya aktivitas fisik. 
Selain itu, sindrom metabolik juga berkaitan dengan kondisi resistensi insulin. Itu sebabnya, sindrom metabolik sering disebut juga sindrom resistensi insulin. Normalnya, sistem pencernaan memroses makanan dan mengubahnya menjadi gula (glukosa). Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas, yang berfungsi untuk membantu gula masuk ke dalam sel, sehingga bisa menjadi energi. Ketika seseorang mengalami resistensi insulin, sel-selnya tidak memberi respons normal terhadap insulin, sehingga glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dengan mudah. Hasilnya, kadar gula darah meningkat dan sebagai dampaknya tubuh akan memroduksi lebih banyak insulin untuk menekan kadar gula darah tersebut.Studi memperlihatkan bahwa kadar insulin yang tinggi dalam tubuh dapat mendahului munculnya berbagai aspek lain yang dapat menjadi faktor risiko sindrom metabolik, seperti hipertensi, kadar trigliserida yang tinggi, dan kadar kolesterol HDL yang rendah. <h2>Faktor Risiko Sindrom Metabolik</h2>Hingga kini para ahli masih belum menemukan apakah sindrom ini dapat ditimbulkan oleh hanya satu faktor risiko saja. Namun, umumnya orang yang mengalami sindrom metabolik memiliki beberapa faktor risiko sekaligus.Memiliki setidaknya tiga dari sejumlah faktor risiko ini sudah mengindikasikan Anda mungkin mengalami sindrom metabolik:<ul><li>Pinggang yang lebar, yang sering juga disebut obesitas abdominal. Terlalu banyaknya lemak di sekitar perut dapat menjadi pemicu penyakit jantung, dibandingkan memiliki banyak lemak di bagian tubuh lainnya.</li><li>Kadar trigliserida yang tinggi. Trigliserida adalah jenis lemak yang banyak ditemukan dalam darah.</li><li>
Kadar kolesterol HDL yang rendah. Kolesterol HDL sering juga disebut kolesterol “baik”.</li><li>
Tekanan darah yang tinggi. Angka tekanan darah yang selalu tinggi bisa merusak jantung dan menimbulkan gangguan kesehatan lain.</li><li>
Kadar gula darah yang tinggi. Hasil tes yang menunjukkan sedikit tinggi saja sudah bisa menjadi indikasi awal gangguan diabetes.</li></ul>Faktor risiko lain yang juga dapat berpengaruh adalah:<ul><li>Gaya hidup sedentari atau kurang aktif bergerak</li><li>Resistensi insulin, yang dapat menyebabkan kadar gula darah, kadar insulin, serta lemak tubuh jadi tinggi</li><li>
Pertambahan usia </li><li>
Faktor genetik, seperti ras atau riwayat dalam keluarga</li><li>
Perubahan gaya hidup</li><li>
Stres </li></ul>Orang dengan sindrom metabolik seringkali juga mengalami gangguan penggumpalan darah yang berlebihan dan peradangan di seluruh tubuhnya. Para ahli masih belum mengetahui apakah kondisi ini dapat menyebabkan atau memperburuk sindrom metabolik. <h2>Gejala Sindrom Metabolik</h2>Orang yang mengalami sindrom metabolik tidak memperlihatkan gejala tertentu. Tekanan darah dan kadar kolesterol biasanya tidak kasat mata dan baru diketahui saat seseorang menjalani pemeriksaan.Namun, beberapa indikasi yang dapat berkaitan dengan sindrom metabolik antara lain adalah:<ul><li>Berat badan yang semakin bertambah, terutama di area perut</li><li>
Pinggang makin lebar dan bentuk badan menyerupai apel</li><li>
Jika kadar gula darah Anda tinggi, beberapa gejala yang menyerupai diabetes akan dirasakan, seperti sering haus, penglihatan kabur, sakit kepala, dan lelah</li><li>
Nyeri dada atau sesak napas, hal ini bisa mengarah pada gangguan kardiovaskular maupun komplikasi lainnya</li></ul> Halaman selanjutnya: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Kapan Harus ke Dokter &gt;&gt;

Sindrom Metabolik

Pola makan sehat dan menurunkan berat badan dapat membantu mengatasi sindrom metabolik - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea mungkin sering dengar banyak nama penyakit yang disebut dengan sindrom. Nah, sindrom metabolik ini adalah salah satunya. Sudah pernah tahu?Mengutip dari WebMD sindrom metabolik disebut sebagai “silent epidemic”. Wah, berarti ini sudah jadi masalah kesehatan utama, ya! Sayangnya, masih banyak orang belum memahami seperti apa sindrom metabolik itu.Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, prevalensi sindrom metabolik di dunia antara 20-25%. Sedangkan di Indonesia sendiri angkanya adalah 23,34%, dengan komposisi pria (26,2%) lebih tinggi daripada wanita (21,4%).Yuk, kita kenali lebih jauh seputar sindrom metabolik lewat sejumlah fakta di bawah ini!<h2>Fakta Tentang Sindrom Metabolik yang Harus Anda Ketahui</h2>Sindrom metabolik adalah suatu kondisi yang dialami seseorang ketika ia mengalami sejumlah gangguan, yang oleh dokter sering disebut dengan istilah faktor risiko.Ada lima hal yang bisa menjadi faktor risiko sindrom metabolik:<ul><li>Berat badan berlebih atau obesitas</li><li>
Tekanan darah tinggi</li><li>
Kadar gula darah tinggi</li><li>
Kadar trigliserida tinggi</li><li>
Kadar kolesterol HDL atau kolesterol baik, rendah</li></ul>Anda bisa dianggap mengidap sindrom metabolik jika mengalami setidaknya tiga dari faktor risiko tersebut.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/sindrom-metabolik-1655353128549" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Sindrom Metabolik</a> 
Berikut ini adalah beberapa fakta penting lain yang berkaitan dengan sindrom metabolik berdasarkan sejumlah penelitian: <h4>1. Dapat Dialami Siapa Saja </h4>Sindrom metabolik memang dapat dialami sejalan dengan pertambahan usia. Namun, bukan berarti yang masih muda tidak bisa mengalaminya, lo!Menurut penelitian di Journal of the International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine, sindrom metabolik dialami oleh 40% orang yang berusia 60an. Sementara pada kelompok usia 20an, persentasenya kurang dari 10%. Namun, jangan salah. Menurut studi ini, sekitar 1 dari 8 anak sekolah memiliki setidak tiga atau lebih faktor risiko yang mengarah ke sindrom metabolik.<h4>2. Faktor Keturunan Berpengaruh</h4>Seperti halnya diabetes, sindrom metabolik juga bisa diwariskan dalam keluarga melalui genetik.Menurut studi yang dimuat di Current Opinion in Lipidology, bahwa besar kemungkinan sindrom metabolik akan diturunkan dalam keluarga. Persentasenya bahkan bisa mencapai lebih dari 50%.<h4>3. Punya Perut Buncit Lebih Berisiko</h4>Ingin tahu apa Anda termasuk berisiko? Coba periksa perut sendiri. Perut yang tergolong besar adalah salah satu tanda yang mudah dikenali dari sindrom metabolik.Penumpukan lemak di area perut membuat ukuran pinggang juga jadi lebih lebar. Mengutip dari Medline Plus, seseorang lebih berisiko mengalami sindrom metabolik jika ukuran pinggangnya lebih dari 90 cm untuk pria, atau 80 cm untuk wanita. Melansir dari Johns Hopkins Medicine, lemak di perut ini berkaitan erat dengan sindrom metabolik karena bisa mengarah ke risiko obesitas.<h4>4. Berhubungan Dengan Diabetes</h4>Salah satu faktor risiko yang memicu sindrom metabolik adalah tingginya kadar gula darah. Jadi, kalau Sobat Altea baru saja melakukan medical check up, lalu melihat angka glukosa puasa sudah mencapai 100 mg/dL atau lebih tinggi, ayo mulai perbaiki pola makan dan gaya hidup sebelum terlambat. Penelitian yang dimuat oleh Journal of Diabetes &amp; Metabolic Disorder memaparkan, sekitar 42% responden dengan diabetes juga mengalami sindrom metabolik. Yang menarik, sebagian besar responden yang mengalami sindrom metabolik berjenis kelamin perempuan. <h4>5. Dapat Menyebabkan Gangguan Kardiovaskular</h4>Sering mengeluh tensi tinggi? Nah, menurut salah satu studi, tekanan darah yang melewati 130/80 dapat jadi salah satu ciri seseorang mengalami sindrom metabolik.Mengutip dari jurnal Metabolic Syndrome and Related Disorder, lebih dari 85% orang dengan sindrom metabolik memiliki tekanan darah yang tinggi atau hipertensi.Dampaknya bisa serius, lo. Sebab, hipertensi juga menjadi salah satu risiko penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung atau stroke.<h4>6. Dapat Mengganggu Fungsi Otak</h4>Mengalami sindrom metabolik yang tidak terkendali dengan baik pada akhirnya bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya, termasuk otak.Hingga kini, penelitian seputar kaitan sindrom metabolik dengan fungsi kognitif otak masih belum mencapai titik terang. Namun, menurut penelitian yang dimuat dari Journal of the American Heart Association, gangguan pada fungsi kognitif dan otak terkait dengan sindrom metabolik dapat terjadi akibat sinergi beberapa faktor risiko yang diderita.Menurut studi, orang dengan sindrom metabolik antara lain berisiko mengalami penurunan fungsi otak, gangguan daya ingat, hingga demensia atau pikun.Studi menyebutkan, kondisi menurunnya fungsi otak tidak dialami oleh orang dewasa saja, tapi juga anak-anak dan remaja. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/5-cara-mencegah-pikun-di-usia-muda-perbaiki-gaya-hidup-1645615896611" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">5 Cara Mencegah Pikun di Usia Muda. Perbaiki Gaya Hidup!</a> 
<h4>7. Berisiko Terhadap Gangguan Berat Saat COVID</h4>Penelitian dari Tulane University memaparkan, sebagian besar orang yang mengalami sindrom metabolik lebih berisiko mengalami gangguan pernapasan berat saat terkena COVID. Risikonya cukup besar, yaitu lebih dari 36%, hingga dapat membuat orang tersebut harus dirawat di ICU, membutuhkan alat bantu napas dari mesin ventilator, bahkan meninggal saat dalam perawatan.Sindrom metabolik juga memengaruhi sebagian besar pasien COVID yang dirawat di rumah sakit, sehingga dampaknya kondisi pasien kritis atau mengalami gangguan pernapasan.<h4>8. Bisa Dikendalikan Dengan Komitmen Tinggi</h4>Meski dampaknya bikin ngeri, bahkan bisa menyebabkan kematian, Sobat Altea yang sudah telanjur mengalami sindrom metabolik tidak perlu putus asa.Sebab, menurut National Health Service sindrom metabolik bisa dikendalikan. Caranya dengan mengubah pola hidup jadi lebih sehat. Dengan begitu, faktor risiko yang dialami bisa terkendali, seperti tekanan darah, kadar kolesterol, atau kadar gula darah. Yuk, lakukan ini: <ul><li>Rajin berolahraga </li><li>
Selalu makan sehat </li><li>
Stop merokok dan hindari alkohol</li><li>
Minum obat yang diresepkan dokter</li></ul>
Itulah beberapa fakta tentang sindrom metabolik.Bila Sobat Altea butuh saran profesional seputar pola makan atau gangguan kesehatan yang dialami, jangan ragu untuk lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis yang berpengalaman di AlteaCareYuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan buat janji telekonsultasi segera! Sumber:<ul><li>Abou Ziki, M. D., &amp; Mani, A. (2016). Metabolic syndrome: genetic insights into disease pathogenesis. Current opinion in lipidology, 27(2), 162–171. </li><li>
Medline Plus. Diakses pada Juni 2022. Metabolic Syndrome</li><li>
John Hopkins Medicine. Diakses pada Juni 2022. Metabolic Syndrome</li><li>
James, M., Varghese, T. P., Sharma, R., &amp; Chand, S. (2020). Association between metabolic syndrome and diabetes mellitus according to International Diabetic Federation and National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III criteria: a Cross-sectional study. Journal of Diabetes &amp; Metabolic Disorders, 19(1), 437-443.</li><li>
Franklin S. S. (2006). Hypertension in the metabolic syndrome. Metabolic syndrome and related disorders, 4(4), 287–298. https://doi.org/10.1089/met.2006.4.287</li><li>
Yates, K. F., Sweat, V., Yau, P. L., Turchiano, M. M., &amp; Convit, A. (2012). Impact of metabolic syndrome on cognition and brain: a selected review of the literature. Arteriosclerosis, thrombosis, and vascular biology, 32(9), 2060-2067.</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Juni 2022. Prediktor Sindrom Metabolik : Studi Kohor Prospektif Selama Enam Tahun di Bogor, Indonesia</li><li>
National Health Service. Diakses pada Juni 2022. Metabolic syndrome</li><li>
Denson, J. L., Gillet, A. S., Zu, Y., Brown, M., Pham, T., Yoshida, Y., ... &amp; Martin, B. C. (2021). Metabolic syndrome and acute respiratory distress syndrome in hospitalized patients with COVID-19. JAMA network open, 4(12), e2140568-e2140568.</li><li>
Web MD. Diakses pada Juni 2022. Metabolic Syndrome: The Silent Epidemic</li></ul>

8 Fakta Seputar Sindrom Metabolik. Anak-anak Juga Berisiko!

Buah yang terlalu matang termasuk yang mengandung tinggi fruktosa - AlteaCare | Foto: Envato

Buah yang rasanya manis, hampir semua orang pasti suka. Itu karena ada kandungan gula alami di dalam buah tersebut, yang dikenal juga dengan sebutan fruktosa. Hampir semua bahan pangan punya kandungan gula alami, jadi tidak hanya buah. Fruktosa juga terdapat pada beberapa jenis sayuran dan madu.Pasalnya, banyak dari kita berpikir buah itu sehat. Jadi, tidak masalah kalau kita makan buah-buahan yang tinggi fruktosa dalam jumlah banyak. ‘Kan, ini buah. Sehat, dong, pastinya?Tidak sedikit juga yang lantas mengonsumsi buah-buahan dalam bentuk selain buah segar, misalnya buah kalengan. Atau, buah kering. Mengacu pada anjuran Kementerian Kesehatan RI, setiap harinya konsumsi gula kita sebaiknya tidak lebih dari 4 sendok makan atau setara dengan 50 gram per hari. Gula ini dapat berasal dari glukosa atau makanan yang mengandung karbohidrat, bisa juga dari fruktosa. Asupan fruktosa yang berlebihan bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Yuk, kita simak apa saja efek buruknya bagi tubuh kita!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/6-produk-mengandung-hidden-sugar-mana-favorit-anda-1648038328151" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">6 Produk Mengandung Hidden Sugar, Mana Favorit Anda?	</a> 
<h2>Efek Buruk Mengonsumsi Fruktosa Secara Berlebihan</h2>Inilah yang terjadi pada tubuh kita jika setiap hari terlalu banyak mengonsumsi fruktosa:<h4>1. Resistensi Insulin</h4>Studi yang dimuat di jurnal Nutrients menyebutkan konsumsi fruktosa secara berlebihan bisa menimbulkan inflamasi, yang kemudian bisa berujung pada resistensi insulin.Sementara studi lain di Taiwan menyebutkan, konsumsi minuman yang kaya fruktosa dapat meningkatkan kadar resistensi insulin dalam tubuh. <h4>2. Risiko Gangguan Kardiovaskular Meningkat</h4>Studi lain yang dimuat di jurnal Nutrients menyebutkan, pola makan yang tinggi fruktosa dalam jangka waktu lama bisa meningkatkan kadar trigliserida. Konsumsi fruktosa berlebihan bisa membuat massa lemak total dalam tubuh makin tinggi. Di samping itu, dapat terjadi juga penebalan pada dinding aorta. Kondisi seperti ini berhubungan dengan sejumlah faktor risiko gangguan kardiovaskular. <h4>3. Menyebabkan Obesitas</h4>Penelitian yang dimuat di the American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan bahwa naiknya angka penyakit yang berkaitan dengan gangguan kronis dapat berhubungan dengan asupan fruktosa yang berlebihan.Salah satu kondisi yang disorot adalah obesitas, yang juga berkaitan dengan gangguanlain seperti hipertensi, sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan gangguan ginjal. Tingginya asupan fruktosa dapat berpengaruh terhadap terbentuknya lemak di dalam tubuh. Hal ini juga dapat mengubah cara kerja tubuh dalam memecah asupan lemak dan karbohidrat. Selain itu, konsumsi fruktosa dapat mendorong kita untuk mengonsumsi lebih banyak makanan. Sebab, asupan manis umumnya tidak membuat orang gampang merasa kenyang.<h4>4. Kinerja Otak Menurun</h4>Melansir dari University of California, kadar fruktosa berlebih dapat mengganggu komunikasi sel saraf, sehingga dalam jangka panjangnya bisa mengganggu kemampuan belajar dan daya ingat kita.Para ahli neurologi dari universitas ini juga menemukan adanya kaitan antara tingginya asupan fruktosa dengan perubahan gen di otak. Menurut studi, ratusan gen dalam otak bisa rusak akibat gula, termasuk yang berasal dari fruktosa.<h4>5. Masalah Pencernaan</h4>Ada yang berpikir, kalau sulit buang air besar harus banyak makan buah biar lancar. Tapi apakah benar demikian?Ternyata, menurut beberapa penelitian, fruktosa yang berlebihan bisa menyebabkan gangguan pada usus, serta masalah pencernaan lainnya seperti perut kembung, sakit perut, sembelit, diare.Studi yang dimuat di jurnal Medical Hypotheses menyebutkan, gangguan sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome) dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan fruktosa dalam tubuh. Sementara itu, terjadinya gangguan penyerapan ini berkaitan dengan tingginya asupan fruktosa dalam tubuh, yang berasal dari makanan.<h4>6. Gangguan Kesehatan Mental Pada Anak</h4>Fakta mengejutkan lainnya terkait konsumsi fruktosa berlebih adalah potensi munculnya gangguan kejiwaan pada anak. Menurut studi di Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, anak-anak yang mengalami gangguan penyerapan fruktosa memiliki risiko 28,5% lebih tinggi untuk mengalami depresi.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/awas-7-makanan-ini-bisa-gagalkan-diet-anda-ayo-cek-kulkas-1648695585744" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Awas, 7 Makanan Ini Bisa Gagalkan Diet Anda. Ayo, Cek Kulkas!</a> 
<h2>Cara Mencegah Konsumsi Fruktosa yang Berlebihan</h2>Beberapa tips berikut ini bisa Anda lakukan untuk menjaga supaya pola makan sehari-hari tidak sampai terdiri dari terlalu banyak fruktosa:<ul><li>Perhatikan porsi makan. Meski kandungan vitamin di dalam buah menyehatkan, sebaiknya hindari makan terlalu banyak.</li><li>
Cermat pilih jenis buah. Sebaiknya kita membatasi konsumsi buah yang rasanya sangat manis dan rendah serat. Sebab, jenis buah yang sangat manis biasanya tinggi fruktosa dan glukosa. </li><li>
Hindari buah yang terlalu matang. Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat, semakin tinggi kandungan fruktosa dan glukosanya. Biasanya, tingkat kematangan buah ditandai oleh rasa yang semakin manis.</li></ul>Sobat Altea yang ingin tahu lebih lanjut jenis buah-buahan rendah fruktosa, supaya bisa hidup lebih sehat dapat melakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis gizi di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare </a>sekarang dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Juni 2022. Berapa anjuran konsumsi Gula, Garam, dan Lemak per harinya?</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Juni 2022. Tingkatkan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat</li><li>
Pereira, R. M., Botezelli, J. D., da Cruz Rodrigues, K. C., Mekary, R. A., Cintra, D. E., Pauli, J. R., da Silva, A., Ropelle, E. R., &amp; de Moura, L. P. (2017). Fructose Consumption in the Development of Obesity and the Effects of Different Protocols of Physical Exercise on the Hepatic Metabolism. Nutrients, 9(4), 405.</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Juni 2022. Is fructose bad for you?</li><li>
Johnson, R. J., Segal, M. S., Sautin, Y., Nakagawa, T., Feig, D. I., Kang, D. H., Gersch, M. S., Benner, S., &amp; Sánchez-Lozada, L. G. (2007). Potential role of sugar (fructose) in the epidemic of hypertension, obesity and the metabolic syndrome, diabetes, kidney disease, and cardiovascular disease. The American journal of clinical nutrition, 86(4), 899–906</li><li>
DiNicolantonio, J. J., &amp; Lucan, S. C. (2015). Is fructose malabsorption a cause of irritable bowel syndrome?. Medical hypotheses, 85(3), 295–297.</li><li>
Healthy Eating. Diakses pada Maret 2022. Does Fructose Affect Children's Behavior?</li><li>
India. Diakses pada Maret 2022. 5 Side Effects of Excess Consumption of Fructose in Fruits</li><li>
University of California. Diakses pada Maret 2022. Fructose alters hundreds of brain genes, which can lead to a wide range of diseases</li></ul>

Gula Alami Buah Belum Tentu Sehat, Ini Efek Buruknya di Tubuh

Makanan cepat saji yang biasa kita pesan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan - AlteaCare | Foto: Envato

Meski rasanya enak dan penyiapannya juga cepat, makanan cepat saji atau fast food bisa menyebabkan masalah kesehatan. Bahayanya tidak hanya dalam jangka pendek, namun juga bisa dialami dalam beberapa dekade mendatang.Mie instan, mie ayam, burger, pizza, nuget, kentang goreng. Ini adalah beberapa jenis fast food yang mungkin sering Sobat Altea makan. Bisa jadi, Anda punya daftar fast food favorit sendiri. Apabila terbiasa menyantap makanan ini setiap minggu, bahkan setiap hari, sebaiknya segera kurangi atau hindari. Pasalnya,&nbsp;fast food hampir sama sekali tidak memiliki cukup gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.Melansir dari Medical News Today, makanan cepat saji selain minim nutrisi juga dapat mengandung berbagai bahan yang tidak sehat. Mulai dari tambahan gula, garam, lemak trans, hingga zat aditif dan bahan pengawet. Bayangkan bila semuanya menumpuk di dalam tubuh. Dampak tentu buruk terhadap kesehatan kita. Bukan mustahil, berbagai risiko gangguan penyakit serius bisa kita miliki. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/mau-masak-sehat-5-teknik-ini-perlu-dipelajari-1643169528385" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">Mau Masak Sehat? 5 Teknik Ini Perlu Dipelajari</a> 
<h2>Seperti ini bahaya di balik makanan cepat saji!</h2>Sobat Altea mungkin pernah dengan ungkapan, “You are what you eat”. Apa yang kita makanan memperlihatkan seperti apa kita. Dalam hal ini, seperti apa kondisi kesehatan kita. Jika Anda ingin hidup lebih sehat, salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan lebih cermat pilah-pilih jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh. Bila setiap hari Anda sudah makan sehat, lanjutkan! Tapi jika belum, coba simak beberapa riset seputar dampak mengonsumsi fast food secara berlebihan berikut ini:<h3>1. Obesitas</h3>Kalau sudah makan fast food, sedikit itu rasanya tanggung. Bahkan, ketika sudah makan banyak pun kita rasanya masin ingin tambah. Soalnya enak banget! Eits, tunggu dulu. Sobat Altea sebaiknya waspada. Pasalnya, produsen fast food biasanya tidak gampang memberitahu bahan yang digunakan dalam produknya. Juga, berapa jumlah kalori untuk setiap porsi makanan yang mereka jual.Kalau kita kurang teliti, bisa-bisa asupan kalori kita berlebihan dan melewati batas normal yang dibutuhkan tubuh.Hasilnya? Bukannya tambah sehat, kita malah lebih berisiko mengalami obesitas!<h3>2. Kadar gula darah bisa melonjak</h3>Setiap potongan pizza, burger, atau fast food yang masuk ke dalam mulut kita dapat mengandung karbohidrat berlebihan.Melansir dari Healthline, di dalam tubuh karbohidrat akan dicerna dan diproses menjadi glukosa, yang kemudian dilepaskan ke aliran darah. Hasilnya, kadar gula darah makin tinggi.Bila kita terlalu sering makan yang tinggi karbohidrat, lonjakan kadar gula darah pun terjadi secara berulang. Insulin yang diproduksi oleh pankreas untuk menurunkan kadar gula darah pun lama-kelamaan tidak bisa bekerja dengan optimal. Kondisi menyebabkan Anda jadi berisiko terhadap beberapa gangguan kesehatan, seperti resistensi insulin dan diabetes tipe 2.<h3>3. Sakit kepala</h3>Sobat Altea sering pusing atau sakit kepala saat bekerja atau sebelum tidur? Bisa jadi ini karena terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji. Sebab, dalam fast food terdapat banyak zat aditif dan pengawet, yang bisa memicu sakit kepala pada sebagian orang. Contoh beberapa zat aditif dan pengawet yang sering digunakan dalam fast food adalah nitrat, nitrit, monosodium glutamat (MSG), serta pemanis buatan.<h3>4. Rawan jerawatan</h3>Munculnya jerawat tidak hanya terkait dengan masalah hormon atau masa pubertas. Makanan pun bisa punya peranan. Tingginya indeks glikemik dari sejumlah makanan cepat saji bisa berpengaruh pada cepatnya kenaikan kadar gula darah dalam tubuh. Fast food juga bisa mengubah metabolisme tubuh, sehingga tubuh mengalami resistensi insulin. Dampaknya bisa membuat kulit tampak jadi lebih kering, lebih tebal, dan bersisik. Selain itu, konsumsi makanan cepat saji bisa meningkatkan hormon androgen, baik pada wanita maupun pria, sehingga kelenjar sebasea dalam kulit memroduksi lebih banyak minyak. Hasilnya, Anda jadi rentan berjerawat.<h3>5. Kerusakan gigi</h3>Tingginya karbohidrat dan gula dalam fast food dan minuman bersoda bisa meningkatkan jumlah asam di dalam mulut kita. Lambat laun, asam ini akan mengikis enamel di gigi, sehingga Anda lebih berisiko mengalami masalah gigi dan mulut. Misalnya saja, gigi berlubang, kerusakan gigi, dan penyakit gusi. <h3>6. Gampang bad mood</h3>Tidak hanya berdampak terhadap fisik, fast food juga berpengaruh pada kondisi mental kita. Kurangnya vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya dalam makanan cepat saji dapat berpengaruh negatif terhadap mood. Penelitian yang dimuat di jurnal Public Health Nutrition menemukan adanya kaitan antara konsumsi fast food dengan semakin tingginya risiko mengalam depresi. Dalam studi ini, jenis makanan cepat saji yang diteliti antara lain adalah burger, sosis, dan pizza. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/infografik-6-fakta-seputar-depresi-1643611890980" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">INFOGRAFIK: 6 Fakta Seputar Depresi</a> 
Demikian beberapa masalah yang dapat dialami akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji.Sobat Altea perlu selalu memerhatikan asupan gizi yang seimbang agar tubuh selalu sehat. Jika Anda ingin tahu pola dan jadwal makan seperti apa yang sesuai dengan kondisi tubuh, jangan ragu untuk lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(74, 134, 232);">AlteaCare</a> sekarang dan buat janji dengan dokter andalan! 

 Sumber:<ul><li>ABC Health &amp; Wellbeing. Diakses pada Maret 2022. Can eating junk food give you pimples?</li><li>
Healthline. Diakses pada Maret 2022. Effect on the digestive and cardiovascular systems</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Maret 2022. Is fast food bad for you? All you need to know about its nutrition and impacts</li><li>
News Medical. Diakses pada Maret 2022. Obesity and Fast Food</li><li>
The Quint. Diakses pada Maret 2022. The Junk We Eat</li><li>
eMedicine Health. Diakses pada Juni 2022. 13 Things Fast Food Does to Your Body</li><li>
Sánchez-Villegas, A., Toledo, E., De Irala, J., Ruiz-Canela, M., Pla-Vidal, J., &amp; Martínez-González, M. A. (2012). Fast-food and commercial baked goods consumption and the risk of depression. Public health nutrition, 15(3), 424-432.</li></ul>

Bahaya di Balik Makanan Cepat Saji. Stop Sekarang Juga!

Pengidap diabetes perlu berolahraga supaya kondisinya terkontrol - AlteaCare | Foto: Envato

Olahraga sangat penting untuk siapa pun, termasuk bagi orang dengan diabetes. Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan aktivitas fisik, supaya tidak berdampak buruk bagi kesehatan.Ketika Anda mengidap diabetes, gaya hidup yang aktif bisa membuat tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Bila kondisi ini tercapai, kadar gula darah pun relatif stabil dan diabetes Anda lebih terkontrol. Mengutip dari Centers for Disease Control and Prevention, aktivitas fisik juga bisa membantu menurunkan risiko komplikasi diabetes, seperti gangguan jantung dan kerusakan saraf. Gaya hidup aktif juga bermanfaat untuk:<ul><li>	Menjaga berat badan yang sehat</li><li>
	Menurunkan berat badan, jika dibutuhkan</li><li>
	Bikin mood jadi lebih positif</li><li>
	Tidur lebih berkualitas</li><li>
	Daya ingat lebih tajam</li><li>
	Tekanan darah terkendali</li><li>
	Menurunkan kolesterol jahat LDL dan menaikkan kolesterol baik HDL</li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/penderita-penyakit-jantung-aman-buat-berolahraga-ini-tipsnya-1651137482613" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Penderita Penyakit Jantung Aman Buat Berolahraga. Ini Tipsnya!	</a> 
<h2>Olahraga seperti apa yang dibutuhkan pengidap diabetes?</h2>Target untuk orang dengan diabetes adalah melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit per minggu. Sementara jenis aktivitas yang dianjurkan adalah yang berintensitas sedang.Ini contoh beberapa aktivitas berintensitas sedang:<ul><li>	Jalan cepat</li><li>
	Membereskan rumah</li><li>
	Memotong rumput di halaman</li><li>
	Berdansa</li><li>
	Berenang</li><li>
	Bersepeda</li><li>
	Olahraga permainan, seperti bulutangkis</li></ul>Jangan dirapel semua dalam satu hari, ya, Sobat Altea! Bagi-bagi waktu 150 menit itu menjadi beberapa hari. Misalnya, setiap hari setidaknya Anda beraktivitas selama 20-25 menit. Selain itu, jadwalkan setidaknya 2 hari dalam seminggu untuk melakukan latihan fisik yang berfokus untuk mengaktifkan otot-otot besar. Misalnya seperti otot kaki, pinggang, punggung, perut, dada, bahu, dan lengan.<h2>Tips olahraga bagi pengidap diabetes </h2>Olahraga bisa jadi tantangan sendiri buat orang dengan diabetes. Apalagi, buat mereka yang sejak pandemi sudah jarang bahkan hampir tidak pernah lagi berolahraga. Sebaiknya, Anda buat rencana atau jadwal olahraga yang teratur. Sebab, ini bisa mencegah Anda hipoglikemia atau kadar gula darah yang turun drastis.Kondisi hipoglikemia bisa bikin tubuh jadi lemas dan gemetar. Nah, supaya hal ini tidak sampai terjadi, sebaiknya persiapkan diri Anda dengan baik sebelum berolahraga.Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan:<h3>1. Cek kadar gula darah sebelum olahraga</h3>Ini adalah langkah pertama dan sangat penting dilakukan untuk memantau kadar gula darah Anda dan memastikan kondisi Anda memadai untuk berolahraga.Batalkan rencana latihan bila hasil tes gula darah Anda di bawah 100 mg/dL atau lebih dari 250-300 mg/dL. Konsultasikan kondisi dengan dokter Anda bila perlu.<h3>2. Mulai dari yang ringan-ringan</h3>Olahraga berat tidak disarankan untuk pengidap diabetes. Sebab, semakin tinggi intensitas olahraga Anda, semakin besar energi yang dibutuhkan. Ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kondisi hipoglikemia. Karena itu, sebaiknya Anda mulai dari latihan yang ringan, lalu perlahan tingkatkan hingga mencapai intensitas sedang. Anda juga bisa dahului dan akhiri sesi olahraga dengan peregangan simpel. Ini berguna untuk melemaskan otot dan mencegah badan sakit-sakit setelah olahraga.<h3>3. Pilih aktivitas fisik yang Anda sukai</h3>Olahraga akan jadi lebih menyenangkan bila dijadikan sebagai hobi. Untuk itu, Anda bisa pilih apa yang Anda suka. Entah itu berenang, menari, atau bermain bola.Memilih aktivitas yang sesuai dengan preferensi selain bisa membantu mengelola diabetes, juga bisa membuat Anda happy saat berlatih. Anda juga cenderung lebih bisa berkomitmen untuk melakukannya secara teratur dan rutin.<h3>4. Ketahui waktu yang tepat untuk berolahraga</h3>Melansir dari Harvard Medical School, secara umum waktu terbaik untuk berolahraga adalah sekitar 1-3 jam setelah makan. Pada waktu ini, kadar gula darah cenderung lebih tinggi. <h3>5. Jangan suka bolos</h3>Banyak orang memulai program olahraga dengan motivasi tinggi, tapi lama-kelamaan semangatnya mulai kendur. Awalnya skip latihan 1 hari, akhirnya berhenti sama sekali.Saran Altea, kalau Anda sedang kurang fit atau banyak pekerjaan di kantor, boleh saja melewatkan satu hari jadwal olahraga. Tapi, sebaiknya jangan bolos lebih dari dua hari berturut-turut, ya!Melansir dari Live Strong, skip olahraga satu hari umumnya tidak berdampak buruk terhadap kesehatan dan kebugaran. Namun, ini bisa menurunkan motivasi dan memicu kebiasaan bolos yang lebih lama atau lebih sering.<h3>6. Stop bila badan rasanya tidak enak</h3>Orang dengan diabetes dapat mengalami pusing, rasa sakit, disorientasi, atau sesak napas saat berolahraga. Bila hal ini Anda alami, sebaiknya segera berhenti latihan. Dan, jika kondisi ini berlangsung berhari-hari, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis.<h3>7. Jaga asupan cairan tubuh</h3>Saat berolahraga, pastikan Anda tidak lupa minum. Memerhatikan asupan cairan di dalam tubuh dapat mencegah Anda mengalami dehidrasi.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/mau-kadar-gula-darah-normal-dan-stabil-stop-7-kebiasaan-ini-1652365075242" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mau Kadar Gula Darah Normal dan Stabil? Stop 7 Kebiasaan Ini!</a> 
<h3>8. Berikan hadiah buat diri sendiri</h3>Konsisten olahraga setiap hari bukanlah hal yang mudah. Ada banyak gangguan, salah satunya adalah rasa bosan. Supaya lebih semangat lagi, tidak ada salahnya Anda memanjakan diri. Berikan reward pada diri sendiri, misalnya dengan ngemil snack sehat sebelum atau setelah berolahraga. Atau, baju olahraga maupun matras yoga baru sesuai warna favorit Anda. <h3>9. Pantau kondisi Anda selesai olahraga</h3>Kenakan kaus kaki yang nyaman selama berolahraga, kemudian periksa kondisi kaki usai latihan. Perhatikan apakah ada luka atau iritasi pada kaki dan segera berkonsultasi dengan dokter jika tidak sembuh setelah dua hari.Itulah beberapa tips olahraga yang aman untuk pengidap diabetes.Anda dapat lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di AlteaCare untuk dapatkan rekomendasi program olahraga yang sesuai dengan kondisi Anda. Yuk, download aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>di sini dan buat janji dengan dokter andalan!! Sumber:<ul><li>Diabetes. Diakses pada Maret 2022. Diabetes and Exercise</li><li>
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Mei 2022. Get Active!</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Mei 2022. Exercise-induced hypoglycemia: What to know</li><li>
Everyday Health. Diakses pada Maret 2022. 7 Tips to Help You Stick With Exercise When Managing Type 2 Diabetes</li><li>
Harvard Medical School. Diakses pada Maret 2022. The importance of exercise when you have diabetes</li><li>
Live Strong. Diakses pada Mei 2022. Is Missing a Day of Exercise Bad?</li><li>
Web MD. Diakses pada Maret 2022. Smart Moves: Exercise Tips to Manage Your Diabetes</li></ul>

Tips Olahraga yang Aman Buat Pengidap Diabetes. Anti Mager!

Pengidap diabetes perlu jaga pola makan agar tidak sampai terkena COVID - AlteaCare | Foto: Envato

Mengidap diabetes saja sudah butuh komitmen besar untuk menjaga kondisi kesehatan dan kestabilan kadar gula darah. Bagaimana sampai terkena COVID-19 juga? Wah, sebisanya ini harus dicegah!Pasalnya, menurut penelitian dimuat di jurnal The Lancet Diabetes &amp; Endocrinology, COVID-19 bisa meningkatkan risiko diabetes sebesar 59%. Hal ini berlaku pada orang yang sebelumnya tidak punya risiko diabetes maupun yang tidak kelebihan berat badan. Sementara pada mereka dengan risiko diabetes rendah, risikonya bisa naik hingga 38%. Risiko lebih tinggi lagi dialami oleh para penyintas COVID-19 dengan gejala berat dan harus dirawat di rumah sakit atau di ICU.Nah, itu baru bicara soal orang-orang yang sebelumnya tidak punya kondisi diabetes. Bagaimana dengan para pengidap diabetes? Tentu semakin berisiko jika sampai terpapar virus corona.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/9-komplikasi-diabetes-melitus-yang-wajib-diwaspadai-1653873054694" target="_blank">9 Komplikasi Diabetes Melitus yang Wajib Diwaspadai	</a> 
<h2>Ini yang dialami saat orang diabetes terinfeksi COVID</h2>Orang yang punya riwayat diabetes kondisinya dapat lebih buruk bila terpapar COVID dibandingkan dengan yang tidak. Tidak hanya gejala COVID-nya, melainkan juga kondisi diabetesnya.Beberapa gejala perburukan bisa dialami oleh orang dengan diabetes saat terkena COVID, antara lain:<ul><li>	Kesulitan bernapas</li><li>
	Saturasi oksigen kurang dari 95%</li><li>
	Rasa sakit seperti tertekan pada bagian dada</li><li>
	Tidak mampu untuk bangun atau selalu merasa mengantuk</li><li>
	Badan gemetar</li></ul>Melansir dari laman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pengidap diabetes dengan kondisi hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi, kemudian ditambah dengan COVID, berisiko hingga 86% untuk mengalami kematian.Risiko lainnya adalah terjadinya gangguan pernapasan berat, cedera ginjal akut, hingga cedera jantung akut. <h2>Tips jaga kesehatan buat pengidap diabetes</h2>Hingga kini penyakit diabetes masih belum dapat disembuhkan. Para diabetesi perlu menjalani pola hidup yang sehat agar kadar gula darah selalu stabil. Inilah beberapa hal yang bisa dilakukan: <h3>1. Selalu pantau kadar gula darah</h3>Untuk memonitor kadar gula darah Anda secara berkala, dokter dapat menganjurkan Anda melakukan tes HbA1c. Tes ini akan memperlihatkan profil kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir. Penelitian menunjukkan bahwa kadar HbA1c yang tinggi bisa dapat membuat Anda berisiko mengalami sakit berat bila terpapar virus corona.<h3>2. Jaga pola makanan agar tetap sehat</h3>Penderita diabetes perlu memperhatikan asupan nutrisi melalui makanan sehari-hari. <ul><li>	Cermati dan hindari jenis-jenis makanan yang bisa berpotensi bikin kadar gula darah melonjak. </li><li>
	Konsumsi makanan yang bisa membantu memperkuat imun tubuh lewat menu dan porsi yang bergizi seimbang, serta kayak serat dan protein. </li><li>
	Batasi asupan lemak agar tidak berdampak buruk terhadap kadar gula darah.</li><li>
	Pastikan Anda punya jadwal makan teratur dan selalu pada jam yang sama supaya kadar gula darah stabil.</li></ul>Perbanyak juga minum air mineral, kecuali dibatasi oleh dokter Anda. <h3>3. Terapkan protokol kesehatan ketat</h3>Meski angka penularan COVID-19 sudah menurun, tetap ikuti protokol kesehatan di mana pun Anda berada. Beberapa yang perlu selalu Anda ingat:<ul><li>	Sering cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak memungkinkan, gunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol</li><li>
	Hindari menyentuh wajah, hidung, dan mata bila belum mencuci tangan</li><li>
	Jangan sentuh barang maupun permukaan yang sering disentuh di tempat umum, seperti tombol lift, gagang pintu, pegangan tangga.</li><li>
	Rutin bersihkan dan desinfeksi rumah. Bersihkan juga barang-barang pribadi yang sering Anda sentuh, seperti ponsel</li></ul><h3>4. Jaga jarak dan keamanan saat bepergian</h3>Penderita komorbid adalah salah satu kelompok yang masih dianjurkan untuk mengenakan masker saat keluar rumah, meski aturan penggunaan masker sudah dilonggarkan sejak awal 2022 lalu. Jadi, selalu gunakan masker saat akan bepergian. Pastikan Anda juga menjaga jarak dengan orang di sekitar, terutama yang terlihat sedang bersin atau batuk. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/perbedaan-pandemi-dan-endemi-apa-saja-yang-berubah-1652873701097" target="_blank">Perbedaan Pandemi dan Endemi, Apa Saja yang Berubah?	</a> 
<h3>5. Tetap lakukan aktivitas fisik</h3>Aktivitas fisik maupun olahraga tetap dibutuhkan oleh pengidap diabetes, karena dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. <h3>6. Tetap rutin konsumsi obat-obatan dari dokter</h3>Jangan lewatkan jadwal minum obat yang sudah dianjurkan oleh dokter spesialis Anda. Selain itu, jaga juga area kaki agar tetap bersih, untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan kaki. <h3>7. Waspadai gejala penyakit</h3>Orang dengan diabetes harus segera ke fasilitas layanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala seperti nyeri dada, sesak napas, pusing, lemas, dan muntah. Ini adalah tanda kondisi diabetes Anda memburuk.Selain itu, antisipasi juga gejala yang mengarah pada COVID-19. Segera berkonsultasi dengan dokter spesialis, jangan ditunda lagi.Pastikan anggota keluarga mengetahui secara detail kondisi diabetes yang Anda alami, sehingga bisa menyampaikannya pada tenaga kesehatan. Begitu juga dengan daftar obat-obatan yang selama ini Anda minum.Anda bisa lakukan telekonsultasi dari rumah dengan dokter spesialis COVID di AlteaCare. Dokter akan memberi saran pemeriksaan yang perlu dilakukan dan kapan harus ke rumah sakit. Yuk, unduh AlteaCare sekarang dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber: <ul><li>Xie, Y., &amp; Al-Aly, Z. (2022). Risks and burdens of incident diabetes in long COVID: a cohort study. The Lancet Diabetes &amp; Endocrinology, 10(5), 311-321.</li><li>
WebMD. Diakses pada April 2022. COVID-19 Ups Diabetes Risk 40% a Year Later</li><li>
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diakses pada April 2022. Penderita Diabetes tak Boleh Isoman Jika Alami Kondisi Ini</li><li>
Diabetes. Diakses pada April 2022. coronavirus and diabetes updates</li><li>
Diabetes. Diakses pada April 2022. diabetes when you're unwell</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Mei 2022. Langkah-Langkah Pencegahan bagi Penyandang Diabetes Melitus di Masa Pandemi Covid-19</li><li>
Verma, A. K., Beg, M. M. A., Bhatt, D., Dev, K., Alsahli, M. A., Rahmani, A. H., &amp; Goyal, Y. (2021). Assessment and Management of Diabetic Patients during the COVID-19 pandemic. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy, 14, 3131.</li><li>
American Diabetes Association. Diakses pada Mei 2022. Take Everyday Precautions</li></ul>

Orang Diabetes Jangan Sampai COVID-19, Cegah Dengan Ini

Bila diabetes tipe 1 banyak dipengaruhi genetik, diabetes tipe 2 berkaitan dengan pola makan - AlteaCare | Foto: Envato

Bukan cuma orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalami diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Bahkan, jumlah penderita diabetes pada anak di Indonesia makin tinggi, lo!Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per November 2021 sebanyak 1.346 anak di Indonesia mengalami diabetes. Tidak hanya itu, sebanyak 60%-70% dari jumlah anak dengan diabetes tersebut punya kadar gula darah yang tinggi.Ketua Umum IDAI, Piprim B Yanuarso, mengatakan bahwa sejak 2013 terjadi peningkatan kasus diabetes di seluruh dunia. Bahkan peningkatan tersebut terjadi tujuh hingga 10 kali lipat.Kondisi ini membuat kita perlu waspada akan datangnya penyakit ini. Kita juga perlu membekali diri dengan pemahaman seputar diabetes pada anak.Yuk, simak lebih lanjut penjelasan berikut!<h2>Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2 Pada Anak</h2>Apa ada perbedaan kondisi pada anak yang mengalami diabetes tipe 1 dengan tipe 2? Seperti apa gejalanya? Siapa saja yang berisiko terhadap setiap tipe diabetes ini?Ayo, kita ketahui perbedaan dua tipe diabetes pada anak berikut ini!<h3>1. Penyebabnya </h3>Dari aspek penyebab, berikut ini adalah perbedaan antara penyebab diabetes tipe 1 dan 2 pada anak:<h4>Diabetes Tipe 1:</h4><ul><li>	Diabetes tipe 1 identik dengan diabetes pada anak, karena umumnya dialami sejak masih anak-anak.</li><li>
	Tipe diabetes ini terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang berfungsi mengubah glukosa menjadi energi. Bila produksi insulin terganggu, gula akan menumpuk di aliran darah dan menyebabkan diabetes.</li><li>
	Sampai sekarang, penyebab diabetes tipe 1 pada anak masih belum diketahui. Beberapa kasus menemukan sistem imun orang dengan diabetes tipe 1 bukannya bertarung melawan bakteri dan virus, tetapi malah menghancurkan produksi insulin di pankreas.</li><li>
	Penyebab diabetes tipe 1 juga diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.</li></ul><h4>Diabetes Tipe 2:</h4><ul><li>	Meski kebanyakan dialami oleh orang dewasa, diabetes tipe 2 juga bisa dialami oleh anak-anak.</li><li>
	Penyebab diabetes tipe 2 pada anak adalah kadar gula darah dalam tubuh melebihi batas normal. Hal ini menyebabkan produksi insulin ikut terganggu.</li><li>
	Bila tidak ditangani, anak dengan diabetes tipe 2 juga dapat mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, pengelihatan kabur, mati rasa, dan lain-lain.</li><li>
	Pemicu diabetes tipe 2 pada anak umumnya disebabkan oleh obesitas, yang banyak berkaitan dengan pola makan dan pilihan makanan yang tidak sehat. Di samping itu, faktor genetik dan riwayat diabetes tipe 2 di keluarga juga berpengaruh.</li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/seperti-ini-perbedaan-prediabetes-dan-diabetes-1648005188999" target="_blank">Seperti Ini Perbedaan Prediabetes dan Diabetes</a> 
<h3>2. Gejalanya</h3>Bila dilihat dari sisi gejala, terdapat beberapa kesamaan gejala diabetes pada anak, baik tipe 1 maupun tipe 2, yaitu:<ul><li>	Sering haus</li><li>
	Sering buang air kecil</li><li>
	Cepat lapar</li><li>
	Cepat lelah</li><li>
	Penglihatan kabur</li><li>
	Berat badan menurun drastis</li></ul>Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan yang membedakan diabetes tipe 1 dan tipe 2:<h4>Diabetes Tipe 1:</h4><ul><li>	Gejalanya muncul dengan cepat, sehingga orangtua biasanya langsung melihat perubahan yang terjadi pada anaknya.</li><li>
	Gejala yang tidak segera dikenali bisa membuat anak mengalami komplikasi yang disebut ketoasidosis diabetik. Komplikasi ini terjadi akibat tingginya kadar keton dalam darah.</li><li>
	Saat mengalami ketoasidosis diabetik, ada beberapa ciri khas yang dialami anak, seperti napas yang berbau seperti buah, kulitnya kering atau memerah, mual atau muntah, sakit perut, sesak napas, atau sulit fokus. Bila mengalami gejala ini, sebaiknya segera bawa si Kecil ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.</li></ul><h4>Diabetes Tipe 2:</h4><ul><li>	Anak dengan tipe diabetes ini dapat mengalami penurunan berat badan, tapi hal ini jarang terjadi karena biasanya anak dalam kondisi obesitas.</li><li>
	Sebelum mengalami diabetes tipe 2, warna kulit anak dapat berubah menjadi lebih gelap, terutama di area leher dan di sekitar ketiak. Hal ini dikarenakan tubuh mengalami resistensi insulin. </li><li>
	Gejala diabetes tipe 2 pada anak sering terlewatkan karena munculnya perlahan. </li></ul><h3>3. Faktor Risikonya</h3>Berikut ini adalah beberapa perbedaan diabetes pada anak tipe 1 dan tipe 2 dilihat dari faktor risikonya:<h4>Diabetes Tipe 1:</h4><ul><li>	Ada anggota keluarga yang mengalami diabetes tipe 1</li><li>
	Dilahirkan oleh ibu yang mengalami gangguan preeklampsia selama kehamilan</li><li>
	Faktor lingkungan</li><li>
	Paparan infeksi dan alergi selama bulan-bulan pertama setelah anak dilahirkan</li><li>
	Durasi pemberian air susu ibu pada bayi kurang dari enam bulan</li></ul>
<h4>Diabetes Tipe 2:</h4><ul><li>	Kelebihan berat badan</li><li>
	Jarang berolahraga</li><li>
	Riwayat kesehatan keluarga</li><li>
	Usia dan jenis kelamin (anak perempuan berisiko lebih besar terkena diabetes tipe 2)</li><li>
	Lahir dengan berat badan rendah</li><li>
	Lahir dari ibu yang mengalami diabetes kehamilan</li><li>
	Lahir secara prematur</li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/8-pemeriksaan-kesehatan-penting-perlu-cek-secara-rutin-1652796919152" target="_blank">8 Pemeriksaan Kesehatan Penting. Perlu Cek Secara Rutin!</a> 
<h2>Cara Menangani Diabetes Tipe 1 dan 2 pada Anak</h2>Hingga sekarang, riset seputar diabetes tipe 1 dan 2, baik pada dewasa maupun anak, masih berlanjut. Para ahli masih berusaha untuk menemukan penyebab gangguan penyakit kronis ini. Harapannya, akan ada titik terang seputar perawatan dan pengobatan diabetes yang tepat. Mengingat diabetes tipe 1 dan 2 tidak dapat disembuhkan, yang bisa dilakukan adalah mengontrol kadar gula darah dalam tubuh. Dengan begitu, kondisi penyakit terkendali dan komplikasi bisa dihindari.Bagi anak dengan diabetes tipe 1, pengobatan yang terpenting adalah penyuntikan insulin dan pengecekan gula darah secara rutin. Selain itu, anak juga perlu memiliki pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dan rutin berolahraga.Sementara, untuk anak dengan diabetes tipe 2, ada beberapa agenda yang perlu dilakukan dengan pendampingan orangtua:<ol><li>Mengendalikan kondisi penyakit, yaitu dengan rutin mengecek kadar gula darah dan mengonsumsi obat dari dokter</li><li>
Menurunkan berat badan. Dokter dapat menyarankan membantu mengatur pola makan yang lebih sehat sesuai kebutuhan anak. Pada beberapa kasus, dokter dapat menyarankan tindakan operasi. </li><li>
 Perubahan pola makan, antara dengan memperbanyak asupan makanan sehat, mengurangi porsi nasi, mengganti snack manis dengan buah, dan menghindari makanan siap saji</li><li>
 Perubahan pola hidup, seperti mulai berolahraga rutin dan menghindari kebiasaan main gim atau nonton sambil makan camilan dalam jumlah banyak</li></ol>Itulah perbedaan antara diabetes tipe 1 dan 2 pada anak dari segi gejala, faktor risiko, dan cara menanganinya.Bila anak mengalami gejala yang mengarah pada gangguan diabetes, lakukan telekonsultasi saja dengan dokter spesialis di AlteaCare!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan dokter andalan! 
 Sumber:<ul><li>Mayo Clinic. Diakses pada Maret 2022. Type 1 Diabetes in Children</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Maret 2022. Type 2 Diabetes in Children</li><li>
VOA Indonesia. Diakses pada Maret 2022. IDAI Sebut 1.346 Anak di Indonesia Menderita Diabetes</li><li>
Republika. Diakses pada Maret 2022. IDAI: 1.346 Anak Indonesia Alami Diabetes Melitus Tipe 1</li><li>
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Diakses pada Maret 2022. Type 1 Diabetes</li><li>
Majeed, A. A. S., &amp; Mea, K. H. (2011). Risk factors for type 1 diabetes mellitus among children and adolescents in Basrah. Oman medical journal, 26(3), 189.</li><li>
Diabetes UK. Diakses pada Mei 2022. Differences Between Type 1 and Type 2 Diabetes</li></ul>

Penyebab Diabetes Pada Anak dan Cara Menanganinya

Anak dengan diabetes perlu diajarkan cara mengukur kadar gula darahnya sendiri - AlteaCare | Foto: Envato

Diabetes tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Anak-anak pun punya risiko yang sama. Bahkan, menurut Kementerian Kesehatan RI, jumlah pengidap diabetes pada anak semakin meningkat. Data yang dilansir oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 2018 menyatakan, angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun naik hingga sebesar 700% selama jangka waktu 10 tahun. Secara umum, diabetes dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memroduksi cukup insulin. Diabetes tipe ini banyak dialami oleh anak-anak. Namun, hingga kini angka anak dengan diabetes tipe 2 juga makin meningkat. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh gangguan kerja insulin, yang juga dapat disertai kerusakan pada sel pankreas. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/3-kunci-utama-seputar-perawatan-dan-obat-diabetes-1637292833008" target="_blank">3 Kunci Utama Seputar Perawatan dan Obat Diabetes	</a><h2>Seperti Apa Diabetes Pada Anak?</h2>Ada banyak hal yang bisa menyebabkan diabetes pada anak. Diabetes tipe 1 dapat disebabkan oleh kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun, dan sel pankreas. Sementara diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat seperti berat badan berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan pola makan tidak seimbang.Orangtua yang memiliki anak dengan diabetes mungkin sering khawatir. Bagaimana dengan masa depannya? Apakah mereka bisa mengalami komplikasi? Mungkin terdengar berlebihan, tapi inilah kenyataannya. Diabetes pada anak adalah penyakit yang sangat mengancam jiwa.<h2>Hidup Bersama Anak Dengan Diabetes</h2>Diabetes pada anak membuat orangtua pun perlu memberi perhatian khusus. Sebab, diabetes tidak bisa sembuhkan.Jalan satu-satunya yang bisa ortu lakukan adalah mendampingi dan mengajarkan pola hidup sehat pada anak. Apa saja yang bisa dilakukan? <h3>1. Perhatikan berat badannya</h3>Diabetes, terutama tipe 2, erat kaitannya dengan obesitas atau kelebihan berat badan. Bila si Kecil memiliki berat badan berlebih, upayakan untuk menguranginya sekitar 5-10%.Orangtua bisa mendampingi dengan:<ul><li>	memerhatikan asupan makanannya dengan memilihkan menu makanan yang rendah lemak dan kalori </li><li>
	mengajarkan anak tentang porsi makan yang sehat, dengan mengikuti panduan “Isi Piringku” yang dianjurkan Kementerian Kesehatan</li></ul><h3>2. Perbanyak makan buah dan sayur</h3>Bila si Kecil sangat suka makan nasi dan daging, serta jarang mengonsumsi buah dan sayuran, orangtua harus turun tangan. Pasalnya, karbohidrat yang berlebihan bisa meningkatkan kadar gula darah. Ini bisa berpengaruh pada kondisi diabetes pada anak.Orangtua bisa lakukan ini:<ul><li>	Mengutip dari Kids Health, sebaiknya ortu mendorong Si Kecil untuk banyak makan buah-buahan dan sayuran. Serat dan vitamin dapat membantu mengontrol kadar gula darah di dalam tubuh</li><li>
	Kurangi asupan karbohidratnya, misalnya dengan mengajaknya makan roti gandum alih-alih roti putih biasa, dan berhenti makan snack manis seperti permen.</li><li>
	Pelajari cara menghitung karbohidrat yang sesuai untuk anak, agar proporsi karbohidrat, protein, dan lemaknya dapat seimbang. </li></ul><h3>3. Hindari juga minuman manis dan bersoda</h3>Minuman yang dengan tambahan rasa, mulai dari leci, mangga, stroberi, sampai melaon, umumnya digemari anak-anak. Nah, ortu jangan sampai lengah, ya. Kalau sampai kecolongan, ini bisa memperparah kondisi diabetes anak.Menurut studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention, hampir seperempat anak-anak di Amerika Serikat berusia 12-19 tahun menderita diabetes tipe 2 karena terlalu sering minum soda.Tips: <ul><li>	Ganti minuman manis kesukaan si Kecil dengan jus buah yang memiliki kandungan gula yang alami</li><li>
	Ajak anak lebih banyak minum air putih </li></ul><h3>4. Aktif olahraga</h3>Berolahraga setidaknya 30 menit dalam sehari baik untuk siapa saja, termasuk anak-anak yang menderita diabetes.Melansir dari Diabetes UK, olahraga dapat menurunkan tekanan darah dan kadar lemak, menjaga kesehatan jantung, dan mengontrol kadar gula darah.Olahraga juga bisa mencegah penambahan berat badan berlebih dalam kasus diabetes pada anak.Orangtua bisa beri contoh dengan:<ul><li>	Rajin mengajak anak berolahraga secara teratur</li><li>
	Mendorong anak untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik ketimbang hanya main game </li><li>
	Mencari bentuk permainan yang bisa mendorong anak bergerak sekaligus merangsang kemampuan motoriknya</li></ul>Bila orangtua merasa ragu mengajak si Kecil berolahraga karena selama ini tidak pernah bergerak, silakan lakukan konsultasi dengan dokter spesialis terlebih dahulu, ya.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/manfaat-olahraga-buat-tumbuh-kembang-anak-1645430762008" target="_blank">Manfaat Olahraga Buat Tumbuh Kembang Anak</a> 
<h3>5. Batasi waktu penggunaan gadget</h3>Sebuah penelitian di Inggris telah membuktikan bahwa penggunaan gadget atau perangkat elektronik lainnya dapat meningkatkan risiko anak mengalami diabetes tipe 2.Anak-anak yang menghabiskan waktu lama melihat layar gadget setiap hari cenderung memiliki lemak tubuh, resistensi insulin, dan penambahan berat badan yang tinggi.Tips: <ul><li>	Ortu perlu kurangi waktu main gadget anak. Di luar keperluan sekolah, gadget bisa disimpan dan diberikan hanya dalam kurun waktu tertentu</li><li>
	Pilih gadget permainan yang membuat mereka bergerak, misalnya bermain tenis atau menari</li><li>
	Alihkan perhatian mereka dari gadget dengan mengajak mereka jalan-jalan di taman</li></ul><h3>6. Memantau gula darah secara rutin</h3>Diabetes pada anak mengharuskan orangtua memiliki alat cek gula darah, supaya bisa memantau kadar gula darah secara mandiri di rumah.Lakukan pengecekan di pagi hari setelah anak bangun tidur, agar mengetahui hasil gula darah secara maksimal. Tips: Seiring pertambahan usia, orangtua bisa mengajarkan anak untuk melakukan pemeriksaan darah sendiri. Beritahu padanya ambang batas ukuran yang diharapkan, serta apa yang harus dilakukan bila hasilnya tidak baik.<h3>7. Suntik insulin</h3>Bagi anak-anak yang mengidap diabetes, insulin adalah salah satu terapi yang harus rutin dilakukan. Menyuntikkan insulin secara berkala bisa membantu mengontrol kadar gula darah, terutama yang mengidap diabetes tipe 1 karen memerlukan terapi insulin rutin dan terkontrol. Pelan-pelan, orangtua perlu mengajarkan anak untuk bisa menyuntikkan insulin sendiri. Sehingga saat besar ia bisa hidup mandiri.Itulah yang harus dilakukan oleh orangtua bila dalam keluarga terdapat kasus diabetes pada anak.Perlu diingat, supaya anak dengan diabetes bisa hidup sehat seimbang, dibutuhkan dukungan menyeluruh dari orangtua, anggota keluarga, hingga tim medis.Apabila anak Anda saat ini mengalami masalah dengan gula darahnya, jangan ragu untuk lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare. Yuk download aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Diabetes. Diakses pada April 2022. physical activity and your child</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada April 2022. Anak Juga Bisa Diabetes</li><li>
Kids Health. Diakses pada April 2022. Eating Smart When Your Child Has Diabetes</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada April 2022. Type 1 diabetes in children</li><li>
The Irish Times. Diakses pada April 2022. Electronic devices 'may put children at risk of diabetes'</li><li>
The Mercury News. Diakses pada April 2022. Kids and soda: It’s even worse than we thought</li></ul>

Diabetes Pada Anak: Ini yang Harus Dilakukan Orangtua!

Kondisi diabetes yang tidak terkendali bisa menimbulkan komplikasi serius - AlteaCare | Foto: Envato

Orang yang mengidap diabetes harus mengendalikan kadar gula darahnya. Sebab, bila sering naik-turun tak terkontrol, kondisi penyakitnya akan semakin berat. Ujung-ujungnya, berbagai komplikasi diabetes pun bisa terjadi.Tentunya ini diharapkan tidak sampai terjadi. Lalu, apa yang bisa dilakukan agar tidak sampai terjadi komplikasi?Yuk, simak penjelasan mengenai sejumlah komplikasi diabetes dan cara mengatasinya berikut ini!<h2>9 Penyakit Komplikasi Diabetes Melitus</h2>Inilah beberapa gangguan kesehatan yang bisa dialami akibat diabetes. Ternyata sama beratnya dengan penyakit diabetes itu sendiri!<h3>1. Penyakit Jantung</h3>Kesehatan jantung harus dijaga saat Anda didiagnosis mengidap diabetes. Sebab, gangguan jantung, seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, stroke, dan arteroklerosis adalah salah satu komplikasi diabetes.Faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit ini adalah obesitas, tekanan darah terlalu tinggi, dan disiplidemia.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/mau-kadar-gula-darah-normal-dan-stabil-stop-7-kebiasaan-ini-1652365075242" target="_blank">Mau Kadar Gula Darah Normal dan Stabil? Stop 7 Kebiasaan Ini!	</a> 
<h3>2. Kerusakan Saraf (Neurofati)</h3>Kelebihan kadar gula dapat merusak dinding pembuluh darah yang memberi nutrisi dan membawa oksigen menuju saraf, terutama pada daerah kaki. Akibatnya, muncul rasa kesemutan, sensasi terbakar, atau nyeri. Biasanya, mulai terasa di daerah jempol kaki, kemudian menyebar ke bagian kaki lainnya.Yang berbahaya adalah jika kaki sampai terluka dan Anda tidak sadar. Bila sampai terjadi infeksi, dokter dapat merekomendasikan untuk operasi amputasi. Prosedur ini untuk mencegah infeksi menyebar ke organ tubuh lainnya.Hal berikut bisa dilakukan mereka yang sudah terkena komplikasi neurofati:<ul><li>	Cuci dan periksa kaki setiap hari, apakah ada luka atau tidak</li><li>
	Hati-hati saat memotong kuku kaki.</li><li>
	Bila ada kapalan, konsultasi dulu dengan dokter untuk menghilangkannya secara aman</li><li>
	Gunakan sepatu dengan ukuran yang tepat (tidak kebesaran atau kekecilan). </li><li>
	Lindungi kaki dari panas dan dingin</li><li>
	Hindari menggunakan kaus kaki ketat agar aliran darah berjalan lancar</li></ul><h3>3. Gangguan Ginjal (Nefrofati)</h3>Ginjal berperan penting menyaring kotoran dalam pembuluh darah. Namun, komplikasi diabetes melitus dapat merusak sistem penyaringan ini. 
Kondisi ini tentu dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Bahkan, tidak mustahil Anda membutuhkan transplantasi ginjal.Beberapa faktor risiko yang menyebabkan komplikasi ini adalah kebiasaan merokok, tingkat kolesterol yang tinggi, dan obesitas.<h3>4. Disfungsi Ereksi</h3>Disfungsi ereksi akibat diabetes bisa berawal dari kerusakan pada sistem saraf dan pembuluh darah yang disebabkan tidak terkendalinya kadar gula darah.Untuk pengidap diabetes yang mengalami disfungsi ereksi, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat. Selain itu, jika kadar testoteron rendah, dokter dapat menyarankan terapi penggantian testosteron.<h3>5. Kebutaan</h3>Keluhan khas orang dengan diabetes adalah penglihatan yang kabur. Hal ini terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina. Bila kondisi diabetes tidak terkontrol, pembuluh darah yang rusak dapat membengkak dan bocor. Akibatnya aliran darah ke mata terhenti dan lambat laun penglihatan bisa hilang.Sobat Altea yang mengidap diabetes sebaiknya rutin memeriksakan kesehatan mata untuk memantau kondisi penglihatan. Jaga juga tekanan darah dan kadar kolesterol agar penglihatan tetap baik.<h3>6. Alzheimer</h3>Sejumlah penelitian membuktikan bahwa diabetes tipe 2 dapat memicu alzheimer.Kondisi kadar gula darah tinggi serta diabetes tidak terkendali bisa memengaruhi sistem saraf pusat dan memperbesar risiko terkena stroke.Sementara jika terserang stroke, pengiriman neurotransmitter dan nutrisi ke otak jadi terganggu. Akibatnya bisa terjadi penurunan fungsi kognitif dan alzheimer.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/ini-dia-bahaya-hidden-sugar-hati-hati-bisa-diabetes-1648037626831" target="_blank">Ini Dia Bahaya Hidden Sugar. Hati-hati Bisa Diabetes! 	</a> 
<h3>7. Peradangan Kulit</h3>Orang yang diabetes sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang menyerang kulit. Bakteri tersebut berpotensi menyebabkan peradangan pada kulit sehingga warna kulit menjadi kemerahan.Selain itu, kadar gula yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan gatal.Supaya kondisi kulit tetap sehat, para diabetesi perlu melakukan hal berikut: <ul><li>	Mandi menggunakan sabun yang melembapkan dan basuh dengan air hangat</li><li>
	Keringkan kulit menggunakan handuk, tetapi tidak perlu digosok-gosok, ya!</li><li>
	Pakai pelembap tanpa wewangian dan mengandung emolien setelah mandi</li><li>
	Banyak minum air mineral untuk menjaga kulit tetap terhidrasi</li><li>
	Jika terluka, segera obati menggunakan antibiotik</li><li>
	Jaga kadar kelembapan udara di ruangan dengan humidifier </li></ul>
<h3>8. Kehilangan Pendengaran</h3>Kadar gula darah yang tinggi juga dapat merusak pembuluh darah yang mengalir ke arah telinga. Akibatnya sistem yang menghubungkan telinga dan otak juga terganggu.Efeknya, seiring waktu, Anda akan kehilangan pendengaran.Untuk menghindari komplikasi ini, periksalah telinga Anda secara rutin dan hindari tempat-tempat yang menjadi sumber kebisingan.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/3-cara-cegah-diabetes-mulai-hari-ini-1636949766741" target="_blank">3 Cara Cegah Diabetes Mulai Hari Ini</a> 
<h3>9. Gangguan di Mulut</h3>Tidak terkendalinya kadar gula darah membuat sel darah putih melemah sehingga bakteri lebih mudah menyerang melalui mulut. Akibatnya, mulut bisa kering, gampang radang dan sariawan. Luka di mulut pun sulit sembuh dan terkadang Anda bisa merasakan sensasi terbakar di sekitar mulut.Para diabetesi sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter spesialis penyakit dalam sebelum melakukan perawatan dengan dokter gigi. Selain itu, informasikan juga dokter gigi tentang semua perawatan yang sedang Anda jalani.<h2>Cara Mencegah Komplikasi Diabetes</h2>Beberapa langkah ini penting dilakukan untuk menghindari munculnya berbagai gangguan kesehatan yang muncul akibat diabetes:<ul><li>	Ubah pola hidup Anda. Tinggalkan berbagai kebiasaan yang tanpa sadar bisa meningkatkan kadar gula darah Anda. Contohnya merokok atau minuman beralkohol</li><li>
	Beralihlah ke pola makan yang lebih sehat. Konsumsi lebih banyak makanan bergizi dan hindari makanan yang tinggi gula</li><li>
	Rajin berolahraga. Aktivitas fisik dapat membantu menjaga kadar gula darah</li><li>
	Konsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, baik untuk diabetes maupun gangguan lain yang menyertainya</li><li>
	Lakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi kesehatan Anda, mulai dari kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah.</li></ul>Itulah sejumlah penyakit komplikasi diabetes melitus yang wajib kita waspadaiPastikan kondisi kesehatan dan kadar gula darah Anda selalu terkendali. Jika Anda punya keluhan terkait gejala diabetes, lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare saja!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Mayo Clinic. Diakses pada Maret 2022. Diabetes</li><li>
Leon, B. M., &amp; Maddox, T. M. (2015). Diabetes and cardiovascular disease: epidemiology, biological mechanisms, treatment recommendations and future research. World journal of diabetes, 6(13), 1246.</li><li>
Cleveland Clinic. Diakses pada Maret 2022. Diabetic Neuropathy</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Maret 2022. Diabetic nephropathy (kidney disease)</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Maret 2022. Erectile dysfunction and diabetes: Take control today</li><li>
Maiorino, M. I., Bellastella, G., &amp; Esposito, K. (2014). Diabetes and sexual dysfunction: current perspectives. Diabetes, metabolic syndrome and obesity: targets and therapy, 7, 95.</li><li>
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Maret 2022. Diabetes and Vision Loss</li><li>
Alzheimer's Association. Diakses pada Maret 2022. Diabetes and Cognitive Decline</li><li>
Medline Plus. Diakses pada Maret 2022. Diabetic Foot</li><li>
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Maret 2022. Diabetes and Hearing Loss</li><li>
Cleveland Clinic. Diakses pada Maret 2022. Oral Health Problems and Diabetes</li></ul>

9 Komplikasi Diabetes Melitus yang Wajib Diwaspadai

Pilihan asupan makanan yang tepat bisa membantu mencegah diabetes gestasional - AlteaCare | Foto: Envato

Masalah kadar gula darah tidak boleh disepelekan, apalagi oleh ibu yang sedang mengandung. Sebab, kadar glukosa yang terlalu tinggi selama kehamilan bisa menyebabkan diabetes gestasional.Diabetes yang dialami saat hamil ini bisa berbahaya baik bagi sang ibu maupun bayi dalam kandungannya. Tidak hanya itu, dampaknya juga bisa dialami hingga anak lahir dan besar nanti.Karena itu, ibu hamil perlu memerhatikan dan mengubah gaya hidupnya selama mengandung. Antara lain dengan menjaga asupan nutrisi agar kondisi gula darah tetap terkontrol dan pertumbuhan janin optimal.Abai soal asupan makanan bisa berbahaya. Sebab, menurut dr. Astrid Budiman, Sp.PD, spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Mitra Keluarga, bawaan ngidam makanan yang tinggi gula bisa bikin kondisi diabetes ibu hamil memburuk.Hal ini disampaikannya saat jadi narasumber di live streaming AlteaTalk Episode 23 di Instagram AlteaCare (@alteacare.id) pada Kamis, 19 Mei 2022 lalu. Diskusi kali ini mengangkat tema “Diabetes pada Kehamilan”.Yuk, simak apa saja yang jadi pembahasan dalam obrolan seputar diabetes pada kehamilan tersebut!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/ibu-hamil-alami-diabetes-gestasional-ini-6-risikonya-pada-bayi-1653057949094" target="_blank">Ibu Hamil Alami Diabetes Gestasional, Ini 6 Risikonya Pada Bayi</a><h2>Kenapa Bumil Jangan Sampai Alami Diabetes Saat Hamil?</h2>Kadar gula darah yang tidak terkontrol bisa membuat bumil mengalami diabetes gestasional. Bila kondisi ini tidak ditangani dengan baik, beberapa masalah bisa dialami oleh ibu maupun bayi dalam kandungannya.Berikut ini adalah beberapa di antaranya:<ol><li>Berat badan bayi tidak normal. Bayi normal umumnya lahir dengan berat sekitar 2,5-4 kg. Namun, bayi yang lahir dari ibu yang terkena diabetes kehamilan bisa lebih dari itu. Bahkan, bisa saja bayinya termasuk obesitas.</li><li>
Mempersulit persalinan. Menurut dr. Astrid, berat badan bayi di kandungan yang berlebihan ini bisa menyebabkan ibu sulit melahirkan secara normal. Umumnya, persalinan akan dilakukan secara caesar. </li><li>
Kadar gula darah bayi tidak terkontrol. “Saat lahir, bisa jadi ketika dicek kadar gula anak akan tinggi. Atau, bahkan bisa juga drop atau hipoglikemia,” ujar dr. Astrid. </li></ol>
<h2>Bagaimana Cara Mencegah Diabetes Selama Hamil?</h2>Supaya ibu hamil terhindar dari diabetes, dr. Astrid memberikan beberapa tips penting berikut:<h3>1. Lakukan skrining </h3>Skrining yang dimaksudkan di sini adalah pemeriksaan kadar gula darah. Tes ini harus dilakukan oleh dokter di rumah sakit, tidak boleh dilakukan secara mandiri. Skrining penting dilakukan sejak awal kehamilan untuk mengetahui kondisi sang ibu dan calon anaknya.Namun, menurut dr. Astrid, bumil jangan berhenti sampai di situ saja. Lakukan lagi skrining lanjutan ketika sudah masuk minggu ke-26 hingga 28 kehamilan.<h3>2. Rajin berolahraga</h3>Olahraga tetap perlu dilakukan saat hamil. Apalagi, jika bumil diketahui mengalami diabetes gestasional. Beberapa penelitian menyebutkan, olahraga dapat mempermudah proses persalinan. Selain itu, berolahraga secara rutin juga bisa mengendalikan kadar gula darah agar selalu dalam ambang batas normal.Tentu saja, ibu hamil sebaiknya tidak berolahraga yang berat-berat, ya. Dokter Astrid menyarankan bumil untuk melakukan jenis olahraga seperti yoga, joging, dan berenang. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/8-olahraga-ringan-yang-bisa-dilakukan-di-rumah-gampang-1650626741965" target="_blank">8 Olahraga Ringan Yang Bisa Dilakukan di Rumah. Gampang!</a><h3>3. Perhatikan asupan makanan</h3>Salah satu pertanyaan yang diajukan dalam AlteaTalk lalu adalah apakah ibu hamil aman untuk makan nasi merah.Menurut dr. Astrid, pilihan makanan sebenarnya bergantung pada bumil. Sebab, nasi merah rasanya hambar dan dikhawatirkan bisa menurunkan nafsu makan. Akibatnya, bumil bisa kehilangan nutrisi dan akhirnya bisa berdampak buruk pada perkembangan janin. Apabila bumil memang ingin makan nasi merah, padukan dengan sayuran yang tinggi serat dan gizi, sehingga bisa menambah nafsu makan.Sementara jika bumil mengalami keluhan terkait dengan diabetes maupun kehamilan, segera lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>di sini dan buat janji dengan dokter andalan!

Cegah Diabetes Kehamilan, Bumil Perlu Lakukan 3 Hal Ini!

Kehamilan yang sehat bisa menjauhkan bayi dari risiko akibat diabetes gestasional - AlteaCare | Foto: Envato

Kondisi diabetes gestasional yang dialami saat hamil tidak boleh diremehkan. Sebab, baik ibu hamil maupun janin yang dikandungnya berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi. 
Diabetes gestasional adalah gangguan diabetes yang dialami ibu saat sedang hamil. Gangguan ini biasanya mulai terdeteksi saat ibu hamil memasuki trimester kedua, tepatnya antara usia kehamilan 24-28 minggu.
<h2>Kenapa Ibu Hamil Bisa Terkena Diabetes? </h2>
Saat hamil, ibu dapat mengalami berbagai perubahan, termasuk pada hormon dan berat badan. Akibatnya, ada kemungkinan tubuh bumil tidak bisa menggunakan insulin dengan baik, sehingga mengalami yang disebut resistensi insulin. 
Ketika tubuh bumil tidak bisa membuat insulin untuk mengatasi resistensi insulin, kadar gula darah terus meningkat. Diabetes gestasional pun bisa terjadi.
Diabetes kehamilan tidak hanya berisiko bagi ibu hamil, melainkan juga bagi janin yang dikandungnya.
Apa saja risiko diabetes kehamilan bagi bayi? 
Yuk simak penjelasannya!
<h2>6 Risiko Pada Bayi Jika Ibu Alami Diabetes Gestasional</h2>
Berikut ini adalah sejumlah risiko yang bisa dialami bayi jika ibu hamil mengalami diabetes gestasional:
<h3>1. Lahir dengan berat badan berlebihan</h3>
Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional dapat berukuran sangat besar karena berat badannya berlebihan. Kondisi ini disebut juga makrosomia. 
Seorang bayi termasuk makrosomia bila lahir dengan berat badan di atas 4 kg.
Mengutip dariAmerican Diabetes Association, ukuran besar dan berat badan berlebihan bisa menyebabkan komplikasi pada ibu saat bersalin. Selain itu, bayi juga bisa mengalami cedera pada bahunya saat proses kelahiran. 
Saat besar, si Kecil juga dapat mengalami obesitas dan sindrom metabolik. Kedua kondisi ini bisa menyebabkan anak mengalami diabetes di kemudian hari.
Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/seperti-ini-perbedaan-prediabetes-dan-diabetes-1648005188999" target="_blank">Seperti Ini Perbedaan Prediabetes dan Diabetes</a> 

<h3>2. Bayi lahir prematur</h3>
Ibu dengan diabetes gestasional punya kemungkinan melahirkan bayi secara prematur. 
Hal ini telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, salah satunya dipublikasikan di jurnal Diabetologia.
Menurut studi tersebut, ibu yang alami diabetes kehamilan dan memiliki tingkat resistensi insulin yang tinggi punya risiko tinggi untuk mengalami persalinan prematur. Ini bila dibandingkan ibu hamil yang memiliki kadar gula darah normal.
<h3>3. Gangguan pernapasan</h3>
Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes saat hamil juga bisa menderita masalah pernapasan. 
Menurut American Journal of Perinatology, gangguan pernapasan saat kelahiran banyak ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional.
Hal ini dapat terjadi karena bayi berkembang dalam tubuh ibu yang kondisi kadar gula darah dan resistensi insulinnya tinggi selama hamil. Hal ini kemudian bisa berdampak pada kondisi paru-paru janin, yang umumnya mulai sempurna pada akhir masa kehamilan.
Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional dapat memiliki kondisi paru yang belum sempurna. Gangguan pernapasan yang dapat dialami antara lain adalah sulit bernapas dan irama napasnya cepat
<h3>4. Kadar gula darah rendah saat baru lahir</h3>
Bayi dari ibu dengan diabetes gestasional dapat memiliki kadar gula darah yang rendah saat baru dilahirkan. Ini dikarenakan bayi terbiasa mendapatkan asupan gula lebih banyak dari seharusnya saat masih dalam kandungan.
Dengan kondisi ini, bayi tersebut juga punya kadar insulin yang lebih tinggi dibanding bayi normal. Insulin berlebih ini bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah.
Dibutuhkan waktu beberapa hari hingga akhirnya tubuh bayi bisa menyesuaikan kadar insulinnya.
<h3>5. Kulitnya kuning (jaundice)</h3>
Bayi yang lahir dari bumil yang mengalami diabetes bisa memiliki kulit yang kekuningan atau disebut juga jaundice. Kondisi ini disebabkan terlalu banyaknya bilirubin dalam aliran darah.
Untuk mengantisipasi kondisi bayi kuning, dokter akan memeriksa kesehatan bayi dan merekomendasikan fototerapi untuk memecah struktur bilirubin agar lebih mudah dikeluarkan tubuh.
Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/bayi-kuning-bisa-dialami-bayi-baru-lahir-ini-alasannya-1645430286073" target="_blank">Bayi Kuning Bisa Dialami Bayi Baru Lahir, Ini Alasannya</a>
<h3>6. Lahir dalam kondisi meninggal (stillbirth)</h3>
Diabetes gestasional juga dapat membuat ibu melahirkan bayi dalam kondisi meninggal (stillbirth). Hal ini dikarenakan janin sudah meninggal saat masih dalam kandungan.
Menurut studi dari University of Leeds dan University of Manchester, risiko stillbirth empat kali lebih tinggi pada ibu dengan gestasional diabetes dibanding ibu dengan kadar gula darah normal.
Namun, Sobat Altea yang sedang hamil tidak perlu terlalu khawatir.
Sebab, dengan penanganan yang tepat risiko terburuk pada bayi dapat dihindari.
<h2>Begini Cara Menjaga Kesehatan Bayi Dalam Kandungan</h2>
Bila Anda mengalami diabetes selama kehamilan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan bayi selama dalam kandungan dan setelah persalinan:
<ul>
 <li> Konsumsi makanan yang sehat selama hamil</li>
 <li>
 Periksa kadar gula darah secara rutin, hingga minggu ke-6 setelah melahirkan</li>
 <li>
 Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak skin-to-skin setelah persalinan untuk mencegah hipoglikemia pada bayi</li>
 <li>
 Saat menjalani program hamil berikutnya, informasikan riwayat diabetes gestasional Anda pada dokter agar bisa mendapatkan perawatan yang tepat</li>
</ul>
Itulah sejumlah risiko kesehatan pada bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional.
Ibu hamil yang mengalami masalah selama kehamilan atau ingin menjalani program hamil yang sehat bisa mendapatkan saran dan rekomendasi dari dokter spesialis kehamilan dan kandungan di AlteaCare. 
Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat janji telekonsultasi dengan dokter andalan!
 
 
Sumber:
<ul>
 <li>National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Diakses pada Mei 2022. Gestational Diabetes</li>
 <li>
 WebMD. Diakses pada Maret 2022. Gestational Diabetes</li>
 <li>
 Mayo Clinic. Diakses pada Mei 2022. Fetal Macrosomia</li>
 <li>American Diabetes Association. Diakses pada Mei 2022. How Gestational Diabetes Can Impact Your Baby</li>
 <li>
 Benhalima, K., Van Crombrugge, P., Moyson, C., Verhaeghe, J., Vandeginste, S., Verlaenen, H., ... &amp; Mathieu, C. (2019). Characteristics and pregnancy outcomes across gestational diabetes mellitus subtypes based on insulin resistance. Diabetologia, 62(11), 2118-2128.</li>
 <li>
 Kawakita, T., Bowers, K., Hazrati, S., Zhang, C., Grewal, J., Chen, Z., ... &amp; Grantz, K. L. (2017). Increased neonatal respiratory morbidity associated with gestational and pregestational diabetes: a retrospective study. American journal of perinatology, 34(11), 1160-1168.</li>
 <li>
 American Journal of Perinatolgy. Diakses pada Maret 2022. Increased Neonatal Respiratory Morbidity Associated With Gestational and Pregestational Diabetes: a retrospective study</li>
 <li>
 MedlinePlus. Diakses pada Maret 2022. Infant of Diabetic Mother</li>
 <li>
 American Family Physician. Diakses pada Maret 2022. Gestational Diabetes: What It Means for You and Your Baby</li>
 <li>
 Sands. Diakses pada Maret 2022. New study reveals stillbirths are more likely if diabetes in pregnancy is not diagnosed</li>
 <li>
 Gestational Diabetes UK. Diakses pada Maret 2022. After Baby is Born</li>
 <li>
 Diabetes UK. Diakses pada Maret 2022. Gestational Diabetes: Care to Expect Before and After Birth</li>
 <li>
 National&nbsp;Health Service UK. Diakses pada Maret 2022. Gestational Diabetes</li>
</ul>

Ibu Hamil Alami Diabetes Gestasional, Ini 6 Risikonya Pada Bayi

Melakukan pemeriksaan rutin bisa mendeteksi potensi gangguan penyakit kronis - AlteaCare | Foto: Envato

Mungkin Anda termasuk orang yang baru akan melakukan pemeriksaan kesehatan saat mengalami gejala penyakit tertentu. Saat leher sering tegang, misalnya, Anda baru buru-buru cek tekanan darah atau kolesterol. Padahal, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bisa membantu mencegah berbagai risiko gangguan kesehatan, terutama yang sifatnya kronis. Lalu, jenis pemeriksaan apa saja yang harus kita lakukan?Simak berikut ini! <h2>Pemeriksaan Kesehatan Penting Untuk Dilakukan Rutin</h2>Inilah beberapa jenis pemeriksaan dasar yang umumnya dilakukan. Sebaiknya, Anda pun sempatkan untuk cek secara berkala tanpa perlu tunggu muncul keluhan terlebih dulu.<h3>1. Tekanan darah</h3>Mereka yang sudah berusia di atas 18 tahun sebaiknya melakukan cek tekanan darah setidaknya setiap dua tahun. Dengan begitu, kita bisa deteksi sejak awal apakah tekanan darah kita termasuk normal atau tidak. Sebab, tekanan darah yang tinggi bisa membuat kita lebih berisiko terhadap beberapa penyakit. Misalnya saja, stroke, hipertensi, atau penyakit jantung.Panduan: Mengutip dari Kementerian Kesehatan RI, tekanan darah Anda termasuk normal apabila di bawah 140/90 mmHg.<h3>2. Kadar kolesterol dalam darah</h3>Kementerian Kesehatan RI menganjurkan kita untuk rajin memeriksakan kadar kolesterol saat melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Pasalnya, kadar kolesterol yang tinggi antara lain bisa memicu serangan jantung dan stroke.Mereka yang berusia 45 tahun ke atas disarankan melakukan check up setiap 1-2 tahun sekali, sementara yang berusia di atas 65 tahun periksa setiap tahun. Anak-anak usia 9-11 juga disarankan untuk cek kolesterol pertama kali, dilanjutkan dengan cek rutin setiap 5 tahun.Panduan: Menurut Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2019 dari Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, kadar kolesterol Anda termasuk normal bila: <ul><li>
	Kolesterol total: di bawah 200 mg/dL</li><li>
	Kolesterol LDL: sebaiknya di bawah 100 mg/dL</li><li>
	Kolesterol HDL: minimal 60 mg/dL, semakin tinggi, semakin baik</li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/mitos-dan-fakta-seputar-kolesterol-tidak-semua-orang-tahu-1652460663658" target="_blank">Mitos dan Fakta Seputar Kolesterol. Tidak Semua Orang Tahu!</a> 
<h3>3. Kadar gula darah</h3>Sekarang ini, jumlah orang yang mengalami gangguan diabetes mellitus, terutama tipe 2, semakin banyak, termasuk di kalangan usia muda. Maka dari itu, kita juga perlu memeriksakan kadar gula darah.Ada beberapa jenis tes yang bisa kita lakukan:<ul><li>	Tes kadar gula darah sewaktu. Tes ini sering ditawarkan saat kita datang ke klinik tanpa perjanjian atau di saat ada acara kesehatan.</li><li>
	Tes kadar gula darah puasa. Tes ini umumnya dilakukan di laboratorium pada pagi hari, sebelum makan. Kita juga harus puasa sebelumnya. </li><li>
	Tes toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance test /OGTT). Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah di awal. Setelahnya kita diminta minum minuman mengandung glukosa, lalu kadar glukosa darah akan diperiksa setiap 30 hingga 60 menit hingga 3 jam. </li><li>
	Tes A1c. Tes darah ini akan memperlihatkan profil kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir. Anda bisa melakukannya di laboratorium</li></ul>Panduan: Dari beberapa tes di atas Anda perlu segera konsultasi dengan dokter bila:<ul><li>	Tes kadar gula darah sewaktu: hasil tes menunjukkan 200 mg/dL atau lebih</li><li>
	Tes kadar gula darah puasa: jika hasilnya di atas 126 mg/dL</li><li>
	Tes toleransi glukosa oral: Jika kadar glukosa 200 mg/dL atau lebih tinggi dalam 2 jam</li><li>
	Tes A1c: Kalau tingkat A1c 6,5% atau lebih tinggi</li></ul><h3>4. Kadar trigliserida </h3>Mengutip Medline Plus, kita sebaiknya melakukan tes trigliserida setiap 4-6 tahun. Saat menjalani tes, sampel darah kita diambil lalu diukur untuk melihat jenis lemak di dalamnya. Bila hasil tes trigliserida tinggi, besar risiko kita mengalami serangan jantung atau stroke.Panduan: Normalnya, kadar trigliserida di dalam tubuh kita kurang dari 150mg/dL. Jika lebih dari standar normal, sebaiknya kita berkonsultasi dengan dokter spesialis.<h3>5. Kepadatan tulang</h3>Tes kepadatan tulang dapat dilakukan sedini mungkin. Menunggu sampai usia sudah lanjut sebenarnya sudah terlambat, mengingat tes ini bertujuan untuk mengetahui risiko kita mengalami osteoporosis atau pengeroposan tulang. Melansir dari Medical News Today, ada beberapa alat yang bisa digunakan untuk memeriksa kepadatan tulang. Antara lain adalah X-ray, CT, dan pemindaian ultrasound. <h3>6. Mammografi</h3>Tes yang satu ini perlu dilakukan oleh perempuan, terutama yang sudah berusia di atas 40 tahun. Atau, bisa lebih dini bila Anda termasuk memiliki risiko tinggi terhadap kanker payudara. Misalnya, ada anggota keluarga yang pernah terkena kanker payudara.Mamografi adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya benjolan di payudara, dengan menggunakan sinar-X. Apabila terdapat benjolan yang mencurigakan, Anda dapat dirujuk ke dokter spesialis.Panduan: Lakukan mamografi secara rutin setiap dua tahun untuk usia 40-50 tahun, dan setahun sekali bila sudah berusia di atas 50 tahun, kecuali yang memiliki faktor risiko.<h3>7. Skrining kanker serviks</h3>Kanker serviks yang disebabkan oleh virus HPV dapat dicegah jika para perempuan rajin melakukan pemeriksaan dini. Mereka yang termasuk berisiko terkena kanker serviks antara lain adalah:<ul><li>	Melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia kurang dari 20 tahun</li><li>
	Berganti-ganti atau memiliki lebih dari satu pasangan seksual</li><li>
	Melahirkan banyak anak</li><li>
	Ada riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul</li><li>
	Perokok aktif maupun pasif</li></ul>Ada beberapa jenis deteksi dini yang bisa dilakukan:<ol><li>	Tes IVA (inspeksi visual dengan asam asetat). Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengusap area leher rahim dengan asam asetat dan mengamati apakah terdapat lesi prakanker.</li><li>
Papsmear. Dalam tes ini akan diambil sampel dari leher rahim, yang kemudian diperiksa di laboratorium untuk melihat apakah ada sel prakanker atau kanker.</li></ol>Panduan: Jika hasil IVA negatif, Anda dapat lakukan skrining setiap 3-5 tahun. Namun jika hasilnya positif dan melakukan pengobatan, Anda perlu jalani tes lagi enam bulan kemudian. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/cara-efektif-cegah-kanker-serviks-1644892839223" target="_blank">Cara Efektif Cegah Kanker Serviks</a> 
<h3>8. Pemeriksaan gigi</h3>Sebaiknya kita tidak menunggu sampai gigi bermasalah baru ke dokter. Supaya kondisi gigi tetap sehat, lakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan.Melansir dari Kementerian Kesehatan RI, pemeriksaan gigi secara berkala bisa membantu mengetahui adanya masalah pada rongga mulut dan gigi. Itulah beberapa pemeriksaan kesehatan penting yang perlu Anda lakukan.Bila Anda mengalami keluhan kesehatan, segera lakukan telekonsultasi di AlteaCare. Anda bisa dapatkan saran dan rekomendasi dari dokter spesialis, juga rujukan pemeriksaan yang dibutuhkan.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Mei 2022. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Berkala untuk Cek Kondisi Tubuh Anda</li><li>
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Mei 2022. Diabetes Tests</li><li>
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34/2015 Tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Mei 2022. Pentingnya Cek Kesehatan Gigi Berkala</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Mei 2022. Cholesterol test</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Mei 2022. Type 2 diabetes</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Mei 2022. What to know about bone density testing</li><li>
Medline Plus. Diakses pada Mei 2022. Triglycerides Test</li><li>
Web MD. Diakses pada Mei 2022. Checkups and Tests You Shouldn't Miss</li></ul>

8 Pemeriksaan Kesehatan Penting. Perlu Cek Secara Rutin!

Kerja lembur sampai begadang bisa meningkatkan kadar gula darah - AlteaCare | Foto: Envato

Kadar gula darah normal dan selalu stabil adalah harapan para pengidap diabetes. Tentu saja, butuh perjuangan yang tidak mudah untuk mencapainya. Yang jelas, orang dengan diabetes harus mau memperbaiki pola hidupnya.Penelitian di Inggris menemukan bahwa perubahan gaya hidup adalah kunci untuk menstabilkan gula darah dan mengatasi sindrom metabolik. Kondisi ini antara lain dapat menyebabkan diabetes, di samping penyakit jantung dan stroke. Maka dari itu, menjaga kadar gula darah normal sangat penting. Sebab, bila tidak stabil, pengidap diabetes bisa mengalami komplikasi.Kalau Anda ingin kadar gula darah stabil, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengubah kebiasaan hidup sehari-hari yang tidak sehatYuk, cari tahu apa saja kebiasaan itu!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/pola-hidup-sehat-jauhkan-anda-dari-penyakit-diabete-1637750941616" target="_blank">Pola Hidup Sehat Jauhkan Anda Dari Penyakit Diabetes	</a> 
<h2>Stop Kebiasaan Ini Supaya Kadar Gula Darah Normal</h2>Berikut ini adalah kebiasaan yang perlu kita stop supaya kadar gula darah normal bisa tercapai.<h3>1. Begadang</h3>Sering lembur menyelesaikan pekerjaan sampai harus begadang dan kurang tidur? Segera koreksi kebiasaan ini.Pasalnya, menurut Sleep Foundation kondisi kurang tidur bisa berpengaruh pada kadar gula darah Anda. Bahkan, kurang tidur hanya satu malam saja bisa mengganggu kinerja insulin, sehingga kadar gula darah naik. Solusi: Atur pekerjaan dengan lebih baik sehingga Anda bisa tidur 7-9 jam setiap malamnya. <h3>2. Telat makan</h3>Melansir dari Cleveland Clinic, sesekali melewatkan makan bukan masalah besar. Namun, jika dilakukan oleh mereka yang mengidap diabetes, dampaknya bisa berbahaya. Sebab, kondisi perut kosong membuat kadar gula darah turun drastis.Dan, saat akhirnya mereka makan, kadar gula darah dapat melonjak cepat. Kondisi kadar gula darah yang tidak stabil ini harus dihindari.Solusi: Orang dengan diabetes harus punya jadwal waktu makan yang teratur. Usahakan juga untuk makan pada jam yang sama setiap harinya.<h3>3. Terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat</h3>Banyak dari kita yang menganggap, kalau belum makan nasi berarti belum makan. Porsinya pun bisa hampir sepiring penuh. Padahal, nasi adalah salah satu sumber karbohidrat tinggi.Menurut penelitian School of Public Health, Harvard University, orang yang makan nasi tiga hingga empat porsi sehari berpeluang1,5 kali mengalami diabetes. Ini dibandingkan orang yang makan nasi sangat sedikit. Penelitian ini juga menyebutkan, setiap tambahan semangkuk besar nasi putih dalam satu hari bisa meningkatkan risiko diabetes hingga 10%.Solusi: Cari alternatif sumber karbohidrat lain selain nasi, seperti jagung dan kentang. Dan, makan secukupnya saja, ya!<h3>4. Makan di tengah malam</h3>Sejumlah penelitian memperlihatkan, kebiasaan makan larut malam memicu kita untuk memilih jenis makanan yang kurang sehat. Ini bisa membuat berat badan tambah naik, sehingga risiko diabetes dan penyakit jantung pun makin dekat. Studi lain juga menunjukkan, makan tengah malah bisa mengganggu stabilnya kadar gula darah normal. Akibatnya, risiko diabetes tipe 2 meningkat.Solusi: Atur jadwal dan porsi makan dengan benar sehingga kita tidak terbangun di tengah malam karena kelaparan. Dengan begitu, tidur pun juga optimal.<h3>5. Merokok</h3>Berhenti dari suatu kebiasaan adalah hal sulit, apalagi kebiasaan merokok. Fakta yang dipaparkan Centers for Disease Control and Prevention mungkin bisa menyemangati Anda untuk berhenti merokok. Disebutkan, kandungan nikotin dalam rokok dalam mempengaruhi respon insulin, sehingga dapat menyebabkan naiknya kadar gula darah.Tak hanya diabetes, merokok juga dapat memicu penyakit berbahaya lainnya. Jadi, tinggalkan kebiasaan buruk ini demi kebaikan Anda. <h3>6. Terlalu banyak rebahan</h3>Kalau mau terhindar dari risiko diabetes maupun menjaga agar kondisi kadar gula darah normal, Anda dilarang mager!Studi jangka panjang yang dilakukan di Norwegia menunjukkan, kebiasaan rebahan dalam waktu lama setiap hari bisa meningkatkan risiko diabetes. Bahkan, ini dapat terjadi pada kaum muda dan paruh baya, demikian seperti dimuat di jurnal BMJ Open.Kebiasaan rebahan ini dihubungkan dengan perilaku sedentari, yang oleh Kementerian Kesehatan RI disebut sebagai aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur, dengan keluaran kalori sangat sedikit. Selain bisa jadi penyebab diabetes, perilaku sedentari juga bisa bikin orang mengalami obesitas. Solusi: Stop mager dan perbanyak aktivitas fisik. Rutinlah berolahraga setiap hari untuk menjaga kebugaran tubuh.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/hobi-mager-bisa-jadi-penyebab-kolesterol-tinggi-ini-alasannya-1640333244466" target="_blank">Hobi Mager Bisa Jadi Penyebab Kolesterol Tinggi, Ini Alasannya</a> 
<h3>7. Hobi ngopi</h3>Saat sedang banyak pikiran atau butuh bantuan supaya fokus kerja, secangkir kopi sering jadi andalan. Dan, lama-lama ngopi pun jadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.Namun, melansir dari WebMD, kafein dalam kopi juga dapat pengaruhi kadar gula darah. Selain dapat meningkatkan kemungkinan komplikasi diabetes, asupan kafein berlebihan bisa menyebabkan kerusakan saraf atau penyakit jantung.Itulah beberapa kebiasaan yang perlu distop supaya kadar gula darah normal dan stabil. Bila Anda memiliki gangguan diabetes atau mengalami keluhan yang berkaitan dengan diabetes, segera berkunjung ke dokter. Anda bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di AlteaCare untuk mendapat solusi masalah kesehatan Anda.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan buat janji dengan dokter andalan! 
 Sumber:<ul><li>Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Maret 2022. Smoking and Diabetes</li><li>
Cleveland Clinic. Diakses pada Maret 2022. Missing Meals? Avoid Dangerous Blood Sugar if You Have Diabetes</li><li>
Everyday Health. Diakses pada Maret 2022. 10 Bad Habits That Raise Your Diabetes Risk</li><li>
Harvard School of Public Health. Diakses pada Maret 2022. Eating white rice regularly may raise type 2 diabetes risk</li><li>
Healthline. Diakses pada Maret 2022. How Eating at Night Affects Your Health, Risk for Diabetes</li><li>
Asante, E. O., Sun, Y. Q., Nilsen, T. I. L., Åsvold, B. O., Sørgjerd, E. P., &amp; Mai, X. M. (2020). Hours lying down per day, as a proxy for sedentary behaviour and risk of diabetes in young and middle-aged adults in Norway: an 11-year follow-up of the HUNT study. BMJ open, 10(3), e035010.</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Mei 2022. Yuk, Mengenal Apa Itu Kegiatan Sedentari?</li><li>
Sleep Foundation. Diakses pada Maret 2022. Sleep and Blood Glucose Levelss</li><li>
Web MD. Diakses pada Maret 2022. Diabetes and Caffeine</li></ul>

Mau Kadar Gula Darah Normal dan Stabil? Stop 7 Kebiasaan Ini!

Makanan dan minuman yang kita kira sudah sehat ternyata punya kadar gula yang tinggi - AlteaCare | Foto: Envato

Saat ingin hidup lebih sehat, mungkin Anda langsung mengganti makanan dan minuman di rumah dengan yang sehat. Tapi, ternyata banyak produk yang kita beli itu masih tinggi kadar gulanya. 
Tidak hanya makanan, minuman atau camilan yang berlabel sehat juga menyimpan gula tambahan yang tidak sedikit. Sementara, mengutip dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah gula yang dianjurkan dalam satu hari hanyalah 50 gram saja. 
Berhenti total makan gula bukan pilihan bijak. Sebab, bila dikonsumsi secukupnya, gula dapat mendukung fungsi otak, sistem saraf pusat, serta sel darah merah. 
Melansir Medical News Today, tubuh mengubah makanan yang mengandung karbohidrat menjadi glukosa atau gula. Selanjutnya, gula diserap oleh usus halus dan diedarkan ke seluruh tubuh dalam aliran darah. 
Semakin banyak karbohidrat yang dikonsumsi, semakin banyak juga glukosa dalam tubuh kita. Bila kadar gula terlalu tinggi, kita berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker.Karena itu, kita harus lebih teliti memilih makanan dan minuman sehat yang ingin dikonsumsi. Yuk, cari tahu produk makanan sehat apa saja yang ternyata masih tinggi gulanya berikut ini!Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/bagaimana-cara-mencegah-penyakit-diabetes-lewat-makanan-1638202293191" target="_blank">Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Diabetes Lewat Makanan?</a> 
<h2>6 Makanan Sehat yang Ternyata Masih Tinggi Gula</h2>Berikut ini adalah beberapa makanan dan minuman yang sering kita kira sehat, tapi ternyata tetap mengandung gula berlebihan.<h3>1. Sereal </h3>Para ibu sering menyediakan sereal untuk sarapan anak-anaknya karena mengiranya sehat. Salah satu alasannya adalah karena kandungan vitamin dan gandum utuh di dalamnya.Namun, sebaiknya jangan terlalu sering mengonsumsi jenis makanan ini, ya! Pasalnya, kandungan gandum utuh di dalam sereal sebenarnya cukup minim, sementara kandungan gulanya cukup banyak.Selain itu, memulai hari dengan makanan berkandungan gula tinggi bisa bikin kadar gula darah dan insulin meningkat. Beberapa jam kemudian, gula darah akan turun, lalu kita akan merasa lapar dan kepingin makananan yang tinggi karbohidrat lagi.
 
<h3>2. Yogurt rendah lemak</h3>Banyak orang menyarankan makan yogurt karena sehat dan bernutrisi. Namun, sebelum mengonsumsinya, sebaiknya Anda perhatikan label kemasannya.Pasalnya, banyak produk yogurt ternyata tinggi gula, termasuk yogurt rendah lemak yang sering dianggap sebagai pilihan paling sehat. Seringkali kandungan gula dalam yogurt tersamar dalam tambahan rasa buah. 
Melansir Healthline, sebenarnya buah yang ditambahkan ke yogurt sudah mengandung gula alami. Tetapi, beberapa produsen menambahkan gula lagi supaya produknya lebih lezat. 
Tips: Cari produk dengan tambahan gula paling sedikit. Dan, pilih yang plain atau polos tanpa tambahan rasa buah. Anda bisa tambakan buah secara terpisah. Lebih sehat!<h3>3. Jus Buah</h3>Seperti halnya dalam bentuk utuh, buah yang dijus juga mengandung vitamin dan mineral. Tapi, kalau Anda mau beli jus buah, pastikan produk tersebut mengandung 100% buah tanpa tambahan gula. Pasalnya, jus buah yang tidak murni dan rasanya manis biasanya sudah diberi tambahan cukup banyak gula dan hanya mengandung sedikit serat.Studi yang dimuat di jurnal PloS One menyebutkan, mengonsumsi jus buah yang diberi tambahan gula dalam jumlah banyak bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Sementara kebiasaan mengonsumsi jus murni tanpa gula tidak berkaitan dengan risiko diabetes tipe 2. <h3>4. Minuman olahraga</h3>Sering mengonsumsi minuman olahraga setelah latihan? Produk yang satu ini memang sering diiklankan untuk para atlet yang baru menjalani sesi latihan panjang dan melelahkan. Karena kebutuhan seperti inilah, minuman olahraga pun dibuat dengan tambahan sugar yang sangat tinggi, sehingga bisa cepat diserap dan jadi tambahan energi.Kecuali Anda seorang atlet atau mau lari maraton, sepertinya produk ini tidak perlu dikonsumsi secara rutin. Saat merasa lelah setelah olahraga, Anda cukup minum air saja. Sebab, mengutip dari Healthline, tingginya gula dalam minuman olahraga ini bisa menyebabkan obesitas dan gangguan pada metabolisme tubuh. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/8-manfaat-minum-air-putih-untuk-kesehatan-tak-cuma-atasi-haus-1650535498907" target="_blank">8 Manfaat Minum Air Putih Untuk Kesehatan. Tak Cuma Atasi Haus</a> 
<h3>5. Granola</h3>Makanan yang satu ini banyak dikonsumsi orang karena dianggap kaya serat dan rendah lemak. Tapi, faktanya, produk ini juga tinggi kalori dan gula. Memang benar, bahan utama granola adalah oats yang kaya protein dan serat. Tapi, kalau kita cermati, ada juga tambahan kacang-kacangan, madu, atau pemanis tambahan lain. Tujuannya supaya granola terasa manis. Tips: Pilih granola yang kandungan gulanya paling kecil. Atau, buat sendiri di rumah supaya takarannya bisa Anda atur sesehat mungkin!<h3>6. Protein bar</h3>Produk ini sering jadi solusi cepat saat kita lapar tapi belum sempat makan. Ada juga yang menjadikan protein bar sebagai camilan, dengan berpikir ini lebih sehat ketimbang makan biskuit.Seperti namanya, protein bar mengandung protein yang bisa bikin kita kenyang lebih cepat. Masalahnya, produk yang ada di pasaran seringkali tinggi gula. Jadi, sebaiknya Anda teliti dulu dan pilih yang kandungan gulanya paling rendah. Nah, itulah sejumlah makanan dan minuman sehat yang ternyata masih tinggi gula.Kalau Anda punya keluhan terkait dengan pola makan, mintalah saran dari ahli. Lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis gizi di AlteaCare untuk dapat rekomendasi menu makanan sehat sesuai dengan kondisi kesehatan. 
Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat janji dengan dokter andalan! 
 
 Sumber:<ul><li>Medical News Today. Diakses pada Maret 2022. Does the body need sugar? How much to consume</li><li>
Healthline. Diakses pada Maret 2022. Breakfast Cereals: Healthy or Unhealthy?</li><li>
Healthline. Diakses pada Maret 2022. Your 'Healthy' Yogurt Might Be Full of Sugar</li><li>
Healthline. Diakses pada Mei 2022. 17 Foods and Drinks That Are Surprisingly High in Sugar</li><li>
Xi, B., Li, S., Liu, Z., Tian, H., Yin, X., Huai, P., Tang, W., Zhou, D., &amp; Steffen, L. M. (2014). Intake of fruit juice and incidence of type 2 diabetes: a systematic review and meta-analysis. PloS one, 9(3), e93471.</li></ul>

6 Makanan Sehat yang Ternyata Masih Tinggi Gula

Kondisi kadar gula darah, tekanan darah, hingga kolesterol bisa pengaruhi faktor risiko terhadap penyakit jantung - AlteaCare  | Foto: Envato

Penyakit jantung adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia WHO pada 2019, lebih dari lebih dari 17 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular. Sayangnya, masih banyak orang kurang sadar akan faktor risiko penyakit jantung.Akibatnya, mereka tidak siap hingga akhirnya penyakit ini datang. Sementara jumlah kematian akibat penyakit jantung bisa mencapai 32% dari total kematian di seluruh dunia. Dan, 85% dari angka tersebut disebabkan oleh stroke dan serangan jantung.Ini bukan angka yang kecil. Jadi, kita sebaiknya tidak boleh lengah akan faktor risiko penyakit jantung, sehingga bisa mencegahnya. Beberapa kondisi kesehatan yang dialami ternyata bisa membuat kita lebih berisiko mengalami gangguan jantung di kemudian hari. Kondisi kesehatan ini bisa berkaitan dengan faktor keluarga, bisa juga investasi buruk yang berasal dari gaya hidup yang tidak sehat selama bertahun-tahun.Yuk, simak lengkap apa saja kondisinya dan bagaimana mengatasinya!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/profesi-ini-ternyata-berbahaya-buat-jantung-anda-termasuk-1646361116585" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Profesi Ini Ternyata Berbahaya Buat Jantung. Anda Termasuk?</a> 
<h2>5 Kondisi Yang Bisa Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung</h2>Berikut ini adalah beberapa kondisi kesehatan yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung:<h3>1. Ada riwayat penyakit jantung di keluarga</h3>Jika salah satu atau kedua orangtua Anda pernah alami serangan jantung, sebaiknya Anda waspada. Pasalnya, riwayat ini membuat risiko Anda makin tinggi untuk alami serangan jantung juga.Menurut Heart Foundation, setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan kenapa riwayat penyakit keluarga bisa menjadi faktor risiko penyakit jantung:<ul><li>	Gen yang diturunkan. Sebenarnya, yang diturunkan oleh orangtua bukanlah penyakit jantungnya. Namun, kecenderungan untuk mengalami kondisi yang bisa membuat Anda jadi mengidap penyakit jantung, seperti tekanan darah atau tingkat kolesterol yang tinggi.</li><li>
	Lingkungan hidup yang sama. Gaya hidup dan pola makan yang sama, akan memunculkan gejala penyakit yang sama. Yuk, amati seperti apa pola hidup orangtua Anda. Pangkas kebiasaan buruk mereka, adopsi gaya hidup sehat, supaya faktor risiko Anda pun bisa diturunkan.</li></ul><h3>2. Kolesterol tinggi</h3>Tingginya tingkat kolesterol saja sebenarnya tidak dapat memicu penyakit jantung. Namun, harus dibarengi dengan adanya faktor risiko lain. Contohnya seperti dalam faktor keturunan keluarga di atas.Untuk mencegah risiko penyakit jantung, sebaiknya kita memastikan agar kadar kolesterol berada pada batas normal. Menurut Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2019 dari PB Perkeni, tingkat kolesterol total kita termasuk tinggi bila berada di atas 240 mg/dL. Untuk itu, kita perlu berupaya menurunkan tingkat kolesterol total supaya di bawah 200 mg/dL. Selain itu, level kolesterol jahat atau LDL (low-density lipoprotein) pada kisaran 130-159 mg/dL sudah termasuk ambang batas (borderline), sehingga perlu diturunkan. Idealnya, level LDL harus berada di bawah 100 mg/dL agar Anda bisa terhindar dari penyakit jantung.<h3>3. Tekanan darah tinggi</h3>Selain mengecek kolesterol, Anda juga harus mengecek tekanan darah secara rutin. Pasalnya, tekanan darah yang tinggi juga menjadi salah satu faktor risiko penyakit jantung.Menurut jurnal Hypertension, tekanan darah yang tinggi antara lain bisa bikin kita berisiko mengalami: <ul><li>
	gagal jantung</li><li>
	gangguan fibrilasi atrium </li><li>
	penyakit ginjal kronis</li><li>
	penyakit katup jantung</li><li>
	sindrom aorta</li><li>
	penyakit jantung koroner</li><li>
	stroke</li><li>
	demensia</li></ul>Nah, makanya dari sekarang kita harus lakukan hal-hal preventif untuk mencegah hipertensi. Misalnya, mengonsumsi makanan yang sehat, membatasi asupan garam, mengurangi kafein, berhenti merokok, rutin berolahraga, dan mengurangi minuman beralkohol.<h3>4. Kadar gula darah tinggi</h3>Kondisi kadar gula darah yang tinggi bisa membuat Anda mengalami prediabetes maupun diabetes. Ketika kondisi kadar gula darah Anda tinggi, faktor risiko terhadap penyakit jantung juga tinggi. Pada orang dengan prediabetes, kadar gula darahnya memang masih di ambang batas tertinggi dan belum dapat digolongkan sebagai diabetes. Namun, menurut American Diabetes Association, sekitar 70% orang prediabetes pada akhirnya akan mengalami diabetes juga.Studi yang dimuat di jurnal BMJ menyebutkan, kondisi prediabetes dapat meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sementara itu, orang dengan diabetes juga berpeluang lebih besar terkena serangan jantung. Hal ini dikarenakan kondisi diabetes membuat tubuh tidak dapat membuat insulin untuk menekan tingginya kadar gula darah. Tingginya kadar gula darah pada akhirnya bisa merusak pembuluh darah dan saraf yang mengendalikan jantung. Apalagi bila ditambah adanya kondisi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan kadar trigiliserida yang tinggi. <h3>5. CT&nbsp;calcium score yang tinggi</h3>CT calcium score adalah pemindaian untuk melihat tingkat keparahan gangguan terhadap jantung. Hasil skor akan memperlihatkan risiko Anda, seperti:<ul><li>	CT Calcium Score berada pada angka nol: risiko untuk terkena serangan jantung sangat rendah</li><li>
	 Skor mencapai 400 atau lebih: Anda sangat berisiko terkena serangan jantung dalam waktu 10 tahun ke depan</li><li>
	Skor mencapai 1.000: artinya Anda berpeluang 25% terkena serangan jantung dalam kurun waktu satu tahun jika tidak menjalani perawatan medis</li></ul>
Usia juga dapat memengaruhi besar-kecilnya CT calcium score. Sebagai contoh, jika pada usia 40 tahun skor Anda sudah mencapai 50, berarti Anda berisiko mengalami serangan jantung. Namun, jika Anda berusia 80 tahun dan skornya di kisaran 50, itu berarti risiko Anda tergolong rendah, karena proses penyempitan pembuluh darah berjalan sangat lambat.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/hati-hati-5-kebiasaan-ini-bisa-jadi-penyebab-hipertensi-1643080725756" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Hati-hati, 5 Kebiasaan Ini Bisa Jadi Penyebab Hipertensi</a>
 
Itulah 5 kondisi yang bisa jadi faktor risiko penyakit jantung.Supaya bisa terhindar dari kemungkinan terburuk, kita harus menjaga kondisi kesehatan secara menyeluruh agar selalu normal dan stabil. Segera temui dokter spesialis jika Anda punya keluhan yang dapat mengarah gangguan jantung. Jangan sepelekan dan coba mengatasinya sendiri dengan minum obat yang dibeli tanpa rekomendasi dokter. Pastikan dulu kondisi Anda melalui telekonsultasi dengan dokter spesialis jantung koroner maupun penyakit dalam di AlteaCare. Setelah berkonsultasi lewat video call dari rumah, dokter bisa memberi rujukan buat Anda untuk melakukan pemeriksaan laboratorium lanjutan bila diperlukan.Yuk, mulai hidup lebih sehat. Unduh <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>sekarang juga dan buat janji dengan dokter andalan Anda! 
 Sumber:<ul><li>World Health Organization (WHO). Diakses pada Februari 2022. Cardiovascular diseases (CVDs)</li><li>
Heart Foundation. Diakses pada Februari 2022. Know your risk: Family history and heart disease</li><li>
Aman, A., Soewondo, P., &amp; Soelistijo, S. (2019). Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia 2019. Pb Perkeni.</li><li>
Fuchs, F. D., &amp; Whelton, P. K. (2020). High blood pressure and cardiovascular disease. Hypertension, 75(2), 285-292.</li><li>
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Februari 2022. Diabetes and Your Heart</li><li>
Cai, X., Zhang, Y., Li, M., Wu, J. H., Mai, L., Li, J., ... &amp; Huang, Y. (2020). Association between prediabetes and risk of all cause mortality and cardiovascular disease: updated meta-analysis. BMJ 370.</li><li>
Everyday Health. Diakses pada Februari 2022. The Single Best Predictor of a Heart Attack</li></ul>

5 Kondisi Yang Bisa Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung

Cek kadar gula darah secara teratur supaya puasa Anda aman - AlteaCare | Foto: Envato

Bisa dibilang, berpuasa adalah tantangan yang besar bagi orang dengan diabetes. Setiap tahun, mereka selalu dilanda dilema, apakah bisa berpuasa atau tidak. Ini tidak mengherankan, sebab orang dengan diabetes harus selalu mengontrol kadar gula darahnya. Bila terlalu tinggi atau terlalu rendah, tentunya tidak baik untuk kesehatannya.Data dari International Diabetes Federation pada 2021 memperkirakan, ada lebih dari 150 juta umat Muslim yang mengidap diabetes. Kondisi gangguan metabolisme yang dialami membuat penderita diabetes dapat mengalami komplikasi saat berpuasa, seperti:<ul><li>	Hipoglikemia atau kadar gula darah yang terlalu rendah</li><li>
	Hiperglikemia atau kadar gula darah yang terlalu tinggi</li><li>
	Dehidrasi</li><li>
	Ketoasidosis diabetik atau komplikasi yang disebabkan tingginya kadar keton dalam tubuh—ini dapat dialami oleh orang dengan diabetes tipe 1</li></ul>Itu sebabnya, penting bagi pengidap diabetes untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter spesialis sebelum memutuskan untuk menjalankan ibadah puasa. 
Baca juga:<a href="https://alteacare.com/article-detail/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank"> 4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a> 
<h2>Waspadai kadar gula darah</h2>Tidak mengonsumsi makanan dan minum selama beberapa jam bisa menyebabkan adanya perubahan pada kadar gula darah kita. Saat sedang berpuasa, kadar gula darah akan turun, sementara saat kita makan untuk membatalkan puasa, gula darah bisa naik dengan cepat.Pada pengidap diabetes, kondisi yang harus diantisipasi adalah hipoglikemia dan hiperglikemia. Beberapa gejala yang dialami saat penderita diabetes mengalami hipoglikemia adalah:<ul><li>	Berkeringat dan gemetar</li><li>
	Pusing</li><li>
	Detak jantung cepat</li><li>
	Bibir seperti kesemutan</li><li>
	Emosi tidak stabil</li><li>
	Lelah</li></ul>Sementara kondisi hiperglikemia dapat membuat pengidap diabates mengalami keluhan berikut:<ul><li>	Sangat lelah</li><li>
	Penglihatan kabur</li><li>
	Rasa haus berlebihan</li><li>
	Sakit kepala</li><li>
	Sering buang air kecil</li><li>
	Napas beraroma seperti buah</li></ul>
<h2>Panduan berpuasa buat pengidap diabetes</h2>Supaya bisa berpuasa dengan aman dan tetap sehat, orang dengan diabetes harus benar-benar memahami dan memantau kondisinya. Idealnya, pengidap diabetes direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan dokter 6-8 minggu sebelum mulai berpuasa. Dokter akan memeriksa kondisi kemudian menyarankan apakah Anda bisa berpuasa atau tidak. Kemudian, apa saja yang perlu dilakukan apabila Anda boleh berpuasa. Ketika sinyal lampu hijau sudah didapat, Anda juga tidak boleh lengah. Ikuti panduan berpuasa ini supaya kondisi Anda bisa terpantau dari waktu ke waktu:<h3>1. Cek kadar gula darah secara berkala</h3>Taat melakukan tes gula darah maupun suntik insulin sangat penting dilakukan serta tidak membatalkan puasa Anda. Justru keduanya bisa membantu Anda mengetahui dan mengendalikan kadar gula darah Anda.Perubahan pola makan selama bulan Ramadan bisa berpengaruh terhadap kadar gula darah Anda, sehingga perlu selalu diperiksa secara berkala:<ul><li>	Orang dengan diabetes yang berisiko sangat tinggi perlu mengecek kadar gula darahnya 3-4 kali sehari</li><li>
	Orang dengan risiko rendah dan sedang sebaiknya mengecek 1-2 kali sehari</li></ul>Lalu, kapan waktu yang tepat untuk cek kadar gula darah? Anda bisa memilihnya dari enam waktu berikut:<ul><li>	Saat sahur</li><li>
	Pagi hari</li><li>
	Tengah hari (Pk. 12.00 siang)</li><li>
	Sore hari</li><li>
	Sesaat sebelum buka puasa</li><li>
	Dua jam setelah buka puasa</li><li>
	Kapan pun Anda mengalami gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, atau saat Anda merasa tidak enak badan</li></ul><h3>2. Tahu kapan harus membatalkan puasa</h3>Jika di tengah berpuasa Anda merasa tidak sehat, segera batalkan. Mengutip dari International Diabetes Federation, Anda perlu membatalkan puasa apabila mengalami:<ul><li>	Kadar gula darah di bawah 70mg/dl (3,9mmol/L). Bila hasilnya antara 70-90 mg/dl (5,0-3,9 m mol/L), cek lagi kadar gula darah Anda satu jam kemudian.</li><li>
	Kadar gula darah lebih dari 300 mg/dl (16,6 m mol/L)</li><li>
	Gejala yang mengarah ke hipoglikemia, hiperglikemia, dehidrasi, atau gangguan penyakit akut lainnya</li></ul><h3>3. Sesuaikan juga pengobatan </h3>Selama berpuasa, pengidap diabetes dapat mengalami perubahan terkait dengan pengobatannya. Konsultasikan dengan dokter seputar dosis, waktu, hingga jenis obat yang perlu dikonsumsi untuk menurunkan risiko kadar gula darah turun drastis.<h3>4. Perhatikan menu sahur dan berbuka</h3>Bagi kebutuhan kalori dalam satu hari ke dalam waktu makan sahur dan buka puasa, kemudian tambahkan 1-2 kali makanan camilan sehat di antaranya. Pola makan berikut ini dapat diikuti supaya kadar gula darah stabil selama bulan Ramadan:<ul><li>	Seimbangkan menu makanan, mulai dari porsi karbohidrat, protein, hingga lemaknya. </li><li>
	Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan agar asupan serat pun tinggi</li><li>
	Kurangi jenis makanan yang mengandung banyak lemak jenuh</li><li>
	Saat memasak gunakan sedikit minyak saja</li><li>
	Penuhi asupan cairan antara waktu buka puasa hingga sahur di hari berikutnya supaya tidak mengalami dehidrasi. </li><li>
	Hindari konsumsi minuman berkafein dan minuman manis secara berlebihan. Kurangi juga pilihan takjil yang terlalu manis.</li></ul>
Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/infografik-7-jurus-anti-dehidrasi-selama-berpuasa-catat-supaya-puasa-lancar-1650270546641" target="_blank">INFOGRAFIK: 7 Jurus Anti Dehidrasi Saat Berpuasa. Catat supaya Puasa Lancar!</a> 
<h3>5. Dapatkan dukungan</h3>Pastikan orang terdekat mengetahui seperti apa kondisi diabetes yang dialami, sehingga dapat membantu memantau selama bulan puasa. Para pengidap diabetes juga bisa bergabung dengan komunitas para diabetesi untuk bisa mendapatkan informasi seputar gangguan yang dialami dan tips untuk hidup lebih sehat. Itulah panduan berpuasa buat pengidap diabetes.Buat Sobat Altea hingga kini masih ragu-ragu dalam menjalankan ibadah puasa karena khawatir akan kondisi gula darahnya, jangan khawatir. Segera lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare untuk mendapatkan saran dan rekomendasi ahli.Yuk, download <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan atur jadwal telekonsultasi segera! 
 Sumber:<ul><li>WebMD. Diakses pada Maret 2022. Can You Fast If You Have Diabetes?</li><li>
Everyday Health. Diakses pada Maret 2022. Is Intermittent Fasting Safe for People With Diabetes?</li><li>
Healthline. Diakses pada Maret 2022. Intermittent Fasting and Type 2 Diabetes: Is It Safe?</li><li>
International Diabetes Federation. Diakses pada April 2022. Diabetes and Ramadan: Guide to a Safe Fast</li><li>
International Diabetes Federation. Diakses pada April 2022. Guidelines for people with diabetes</li></ul>

Panduan Berpuasa Buat Pengidap Diabetes. Selalu Cek Kondisi!

Gula tersembunyi banyak terdapat pada minuman kekinian yang  banyak digemari - AlteaCare | Foto: Envato

Meski rasanya tidak manis, sejumlah makanan yang Anda konsumsi setiap hari, ternyata mengandung gula, lo! Inilah yang sering disebut sebagai hidden sugar atau gula yang tersembunyi dalam produk makanan.
Keberadaan gula ini sering kurang disadari. Namun, jika produk mengandung hidden sugar ini dikonsumsi berlebihan, tentu bisa berdampak buruk pada kadar gula darah dalam tubuh.&nbsp;Beberapa jenis penyakit bisa mampir, misalnya: 
<ul>
 <li> diabetes mellitus</li>
 <li>
 penyakit jantung</li>
 <li>
 perlemakan hati non-alkohol</li>
 <li>
 penurunan fungsi kognitif</li>
 <li>
 kanker</li>
 <li>
 obesitas</li>
</ul>
Untuk mencegah dampak buruk tersebut, kita harus kendalikan konsumsi gula sehari-hari, termasuk gula yang tersembunyi. 
Dalam live streaming AlteaTalk Episode 18 bertajuk "Mengenal Hidden Sugar: Penderita Diabetes Perlu Waspada", pada 18 Maret 2022, dr. Adrianus Gatot Sugiharto, Sp.PD dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, Jawa Timur, membagikan tips mengenali hidden sugar pada makanan dan minuman yang sering kita konsumsi.
Menurut dr. Gatot, demikian sapaannya, kita perlu mewaspadai kandungan gula dalam produk-produk makanan, meski kadarnya kecil. "(Kandungan) gula itu mungkin jumlahnya kecil, tapi kalau secara akumulatif dalam jumlah besar, tentu itu akan menjadi sumber gula yang diperhitungkan juga," jelasnya.
Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/ini-dia-bahaya-hidden-sugar-hati-hati-bisa-diabetes-1648037626831" target="_blank">Ini Dia Bahaya Hidden Sugar. Hati-hati Bisa Diabetes!</a> 

<h2>6 Contoh produk yang mengandung hidden sugar</h2>
Sobat Altea ingin tahu, produk favorit apa saja yang ternyata bisa mengandung gula tersembunyi? Ini dia beberapa di antaranya:
<h3>1. Saus sambal dan tomat</h3>
Rasa pedas mungkin membuat kita tidak sadar kalau sebenarnya ada tambahan gula. Produsen pun tidak menyembunyikan fakta tersebut, karena sudah tertera di label keterangan di kemasan produk.
Dalam AlteaTalk, dr. Gatot memberi contoh produk saus sambal dalam kemasan botol. Pada label kemasan tertulis kandungan gulanya sebanyak 6 gram.
"(Enam gram) Bukan dalam satu botol. Ini di dalam 10 cc. Jadi, kalau kita mengambil saus sambal 10 cc saja, kita sudah memakan 6 gram gula," ujarnya.
<h3>2. Minuman vitamin C berdosis tinggi</h3>
Kita setuju, vitamin C sangat baik untuk tubuh. Tapi, menurut dr. Gatot, produk minuman vitamin C berdosis tinggi yang banyak dijual di pasar punya kandungan gula yang lumayan tinggi. 
"Dalam 500 cc (minuman vitamin C), bahkan terdapat 40 gram gula," kata dr. Adrianus. Wow! Sementara mengutip anjuran dari Kementerian Kesehatan RI, asupan gula yang dianjurkan dalam satu hari adalah 50 gram. 
<h3>3. Saus Barbeku</h3>
Sering pesta barbeku bersama teman-teman? Anda juga harus memperhatikan jumlah gula dalam saus yang digunakan.
Ternyata, jika meneliti label kemasannya ada tulisan bahwa produk tersebut mengandung gula. Sayangnya, beberapa merek saus barbeku tidak menuliskan secara jelas berapa besarannya.
<h3>4. Kecap Asin</h3>
Produk ini pasti sering Anda gunakan untuk menambah rasa pada beberapa jenis makanan, 'kan? Meski rasanya asin, ternyata mengandung gula juga, lo! "Di dalam kecap asin, terkandung gula 2 gram per satu sendok makan," ujar dr. Gatot.
<h3>5. Soft Drink</h3>
Suka minuman berperisa, seperti rasa melon, leci, atau sirsak? Dokter Gatot kembali mengingatkan kita berhati-hati. Pasalnya, minuman berperisa ini sebenarnya manis rasanya. Namun, produsen menambahkan gula lagi untuk memperkuat rasanya. Jadi, sebisa mungkin kurangi konsumsinya, ya!
<h3>6. Minuman boba</h3>
Beberapa tahun terakhir berkembang minuman kekinian dengan tambahan boba atau bola-bola kecil dari tepung tapioka yang teksturnya kenyal. "Minuman seperti itu pun terdapat kandungan gula yang lumayan (banyak). Kalau kita konsumsi berlebihan tentu tidak baik," ujar dr. Gatot.
<h2>Tips kendalikan konsumsi gula</h2>
Supaya tidak sampai diabetes, kita harus cermat kendalikan asupan gula maupun hidden sugar dari produk yang dikonsumsi setiap hari. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan: 
<ul>
 <li> Selalu baca label kemasan. Cari tahu jumlah kandungan gula yang terkandung dalam produk yang ingin Anda konsumsi.</li>
 <li>
 Hindari bila tidak perlu. Bila ada makanan atau minuman yang bisa dikonsumsi tanpa gula, lakukan. "Misalnya, kenapa teh harus manis? Kalau bisa tanpa gula, kenapa tidak? Kalau bisa hindari gula, hindari!" ujar dr. Gatot.
 </li>
 <li>
 Bila tidak bisa dihindari, batasi jumlahnya. Jika setiap hari Anda minum kopi dengan dua sendok gula, kurangi jadi satu sendok saja.
 </li>
 <li>
 Ganti konsumsi gula dengan asupan lain. Bila Anda senang yang manis-manis, beralihlah dari makanan atau minuman tinggi gula ke buah-buahan yang juga manis namun tinggi serat.
 </li>
</ul>
Tujuan mengerem konsumsi gula adalah menghindari diabetes. Namun, perlu diingat bahwa penanganan diabetes harus dilakukan secara menyeluruh.
Kalau kita mengatasi gula, perhatikan kolesterolnya bagaimana, tensinya bagaimana, atau ada penyakit lainnya bagaimana," ujar dr. Gatot.
Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/seperti-ini-perbedaan-prediabetes-dan-diabetes-1648005188999" target="_blank">Seperti Ini Perbedaan Prediabetes dan Diabetes</a> 

Lakukan pemeriksaan kesehatan dan konsultasikan hasilnya dengan dokter spesialis supaya bisa dapat rekomendasi makan yang sesuai. "(Termasuk) Diet mana yang harus diatur, obat mana yang dikurangi, jadwal konsumsi jam berapa," kata dr. Gatot.
Anda bisa lakukan telekonsultasi di AlteaCare untuk bicara dengan dokter spesialis diabetes yang berpengalaman. Sudah unduh AlteaCare di ponsel hari ini? Klik <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">di sini</a>! 
 
 
Sumber: 
 Rippe, J. M., &amp; Angelopoulos, T. J. (2016). Relationship between Added Sugars Consumption and Chronic Disease Risk Factors: Current Understanding. Nutrients, 8(11), 697.

6 Produk Mengandung "Hidden Sugar", Mana Favorit Anda?

Konsumsi gula secara berlebihan bisa pengaruhi kadar gula darah dalam tubuh - AlteaCare | Foto: Envato

Segala hal yang tersembunyi bisa bikin orang jadi penasaran ingin mengetahuinya. Namun, hal yang tersembunyi ini juga mungkin seringkali kurang diketahui banyak orang. Seperti halnya dengan hidden sugar. Apa, sih, itu?Secara sederhana, hidden sugar adalah kandungan gula yang ada dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari, tapi bentuknya tidak secara jelas berupa gula. Yang jadi penanda hanyalah manis yang terasa di lidah. Buat mereka yang mengidap diabetes tipe 2, bisa jadi hidden sugar adalah tantangan tersendiri. Apalagi mengingat jumlah orang yang hidup dengan diabetes semakin lama semakin bertambah saja. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RS Mitra Keluarga Waru, Jawa Timur, dr. Adrianus Gatot Sugiharto, Sp.PD, memaparkan, cepat atau lambat, diabetes bisa menjadi komplikasi penyakit yang berbahaya seperti ginjal dan jantung. Hal ini disampaikan dr. Gatot, demikian sapaannya, dalam acara live streaming AlteaTalk Episode 18 pada 18 Maret 2022 lalu, yang bertajuk “Mengenal Hidden Sugar: Penderita Diabetes Perlu Waspada”Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank">4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a> 
<h2>Jangan abai soal makanan</h2>Ada berbagai macam faktor pemicu yang bisa membuat seseorang mengalami diabetes. Namun, salah satu yang paling berpengaruh adalah asupan makanan berkadar gula tinggi yang dikonsumsi setiap hari.Sekarang ini ada banyak makanan atau minuman yang mengandung hidden sugar di sekitar kita. Menurut dr. Gatot, hampir sebagian besar makanan memiliki potensi hidden sugar. Bisa jadi, ada beberapa yang jadi favorit Sobat Altea! Anda suka makan bakmi dan minum soft drink? Nah, ini salah satu contohnya! Yang menarik, buah-buahan tertentu yang mengandung fruktosa atau gula buah alami juga perlu diatur konsumsinya. Kalau kita makan secukupnya, buah-buahan jenis ini bisa memberi manfaat vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan bagi tubuh. Tapi, kalau dikonsumsinya secara berlebih, menurut dr. Gatot buah-buahan tersebut bisa meningkatkan kadar gula di dalam darah. Baik sudah didiagnosis mengidap diabetes maupun belum, kewaspadaan terhadap jenis makanan dan minuman yang mengandung hidden sugar tidak boleh kendur! Jadi, mulai sekarang sebaiknya dikurangi atau bahkan dihindari, ya. Meski sulit karena begitu enak di lidah, ingat-ingat kalau Anda kebablasan maka kadar gula darah di tubuh bisa naik tak terkontrol!<h2>Kadar gula darah aman, puasa Ramadan lancar!</h2>Urusan kadar gula darah juga sering jadi keresahan mereka yang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Untuk itu, dr. Gatot mengingatkan para diabetesi atau orang dengan diabetes untuk terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter spesialis dan melakukan pemeriksaan. Ini untuk memastikan kondisi kesehatan Anda aman untuk berpuasa. Beberapa tips disampaikan oleh dr. Gatot untuk para diabetesi yang akan berpuasa di bulan Ramadan mendatang. Pertama, rajin pantau gula darah secara berkala. Waspadai kondisi hipoglikemia atau kadar gula darah yang rendah, yang bisa bikin tubuh jadi lemas, bahkan gemetaran. “Kalau sudah begini, lebih baik puasanya distop,” anjur dr. Gatot.Selain itu, kendalikan juga kadar gula darah dengan mencermati menu makanan yang disantap. Pada dasarnya, tubuh kita tetap perlu gula sebagai sumber energi. Tapi, takarannya perlu dikontrol, tidak boleh kurang ataupun lebih.Yang tidak kalah penting adalah mengonsumsi obat dan suntik insulin bagi penderita diabetes tipe 2. Lakukan ini sesuai anjuran dan pemantauan dokter dan hindari mengobati diri sendiri, ya!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/3-cara-cegah-diabetes-mulai-hari-ini-1636949766741" target="_blank">3 Cara Cegah Diabetes Mulai Hari Ini</a> 
Bila Anda mengalami beberapa keluhan yang mungkin mengarah ke diabetes, memiliki berat badan berlebih, atau punya kebiasaan makan dan minum manis yang tidak terkontrol, sebaiknya mulai cek kondisi. Anda bisa lakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, sehingga bisa mengetahui risiko diabetes Anda. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh ini juga bisa menemukan apabila Anda baru berada pada tahap prediabetes. Kondisi prediabetes ini umumnya tanpa gejala, sehingga sering luput dari pemeriksaan gula darah biasa. Namun, pada tahap prediabetes, kadar gula darah Anda sebenarnya sudah tinggi, tapi belum setinggi orang dengan diabetes. Perbaikan pola hidup dapat dilakukan untuk menjaga agar kondisi Anda tidak menjadi diabetes. Lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis diabetes di AlteaCare untuk mengetahui lebih lanjut cara pencegahan diabetes. Sementara, bagi yang sudah terkena diabetes, Anda bisa dapat saran seputar pengaturan pola makan untuk menjaga kadar gula darah. Yuk, download <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>di ponsel Anda sekarang!

Ini Dia Bahaya "Hidden Sugar". Hati-hati Bisa Diabetes! 

Kondisi prediabetes perlu dicegah dengan pola hidup sehat supaya tidak menjadi diabetes - AlteaCare | Foto: Envato

Merasa masih muda dan sehat, bukan berarti Anda tidak berisiko mengalami diabetes. Anda mungkin tak sadar, tapi sebelum terkena diabetes sebenarnya ada kondisi pendahulu yang perlu diwaspadai, yaitu prediabetes. Apa perbedaan prediabetes dan diabetes?Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan adanya peningkatan angka prediabetes, terutama di area perkotaan. Bila kondisi prediabetes tidak segera diatasi, Anda dapat mengalami diabetes.Centers for Disease Control and Prevention memaparkan, beberapa hal ini merupakan ciri-ciri orang yang berisiko menderita diabetes:<ul><li>	Punya berat badan berlebih</li><li>
	Berumur lebih dari 45 tahun </li><li>
	Memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengidap diabetes tipe 2</li><li>
	Berolahraga kurang dari tiga kali seminggu</li><li>
	Pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg</li><li>
	Pernah mengalami diabetes saat hamil</li></ul>Sebenarnya, beberapa kondisi ini pun bisa dialami saat Anda masih dalam taraf prediabetes. Namun, bila Anda lakukan pemeriksaan kadar gula darah, hasilnya tidak setinggi orang dengan diabetes. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/6-pertanyaan-seputar-diabetes-gestasional-yang-dialami-bumil-1636516417518" target="_blank">6 Pertanyaan Seputar Diabetes Gestasional yang Dialami Bumil</a> 
<h2>Apa perbedaan prediabetes dan diabetes?</h2>Prediabetes adalah kondisi ketika kadar gula darah Anda sudah terbilang tinggi, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Ada beberapa hal yang dapat jadi patokan untuk membedakan kedua kondisi ini: <h3>1. Tes gula darah sewaktu</h3>Tes gula darah sewaktu atau tes gula darah plasma acak (RPG) adalah tes yang bisa dilakukan tanpa berpuasa. Jika menurut hasil tes kadar gula darah berada di angka 200 mg/dL atau lebih tinggi, berarti Anda mengidap diabetes. Namun, tes gula darah sewaktu ini saja tidak cukup untuk mendiagnosis kondisi prediabetes maupun diabetes. Anda butuh melakukan tes lainnya. <h3>2. Kadar gula darah puasa</h3>Tes gula darah puasa dilakukan untuk melihat kondisi diabetes maupun prediabetes. Sebelum melakukan tes ini, kita harus berpuasa dulu dengan tidak makan semalaman (minimal 10 jam).Berdasarkan Journal of Diabetes Research, Anda dianggap prediabetes jika kadar gula darah puasanya berada di antara 100-125 mg/dL. Sementara jika kadar gula darah puasanya lebih dari 126 mg/dL, dapat dikategorikan sebagai diabetes.<h3>3. Tes toleransi glukosa oral</h3>Pada tes ini, Anda akan diminta puasa semalaman. Kemudian dokter akan mengambil sampel darah Anda. Setelah itu, Anda akan diminta meminum segelas air dengan kadar gula tinggi. Lalu, dokter akan mengambil sampel darah lagi.Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, Anda termasuk prediabetes jika kadar gula darah dalam tes ini mencapai 140-199 mg/dL. Sedangkan bila lebih dari 200 mg/dL, Anda bisa dianggap terkena diabetes.<h3>4. Kondisi kadar gula darah dalam kurun waktu tertentu</h3>Orang yang prediabetes umumnya tak alami gejala khas. Mereka bahkan tak sadar kondisinya hingga akhirnya melakukan pemeriksaan, seperti medical checkup. Salah satu acara untuk mengetahui prediabetes adalah pemeriksaan hemoglobin A1C (HbA1C). Pemeriksaan HbA1C bertujuan untuk mengukur kondisi gula darah selama tiga bulan terakhir. Hasil HbA1C pada orang dengan kondisi prediabetes berkisar antara 5,7–6,4% (39–47 mmol/mol), sementara kondisi diabetes bila di atas 6,5% (48 mmol/mol). 
<h2>Tips mencegah prediabetes menjadi diabetes</h2>Supaya tidak sampai berlanjut ke diabetes, mereka yang sudah dikategorikan prediabetes sebaiknya mulai mengubah pola hidup. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan:<h3>1. Ubah pola makan</h3>Kalau sudah mengalami prediabetes, Anda harus lebih selektif dalam memilih makanan. Perbanyak makanan rendah lemak dan rendah kalori. Selain itu, pastikan Anda juga makan buah dan sayuran setiap hari. Asupan bahan makanan dari gandum utuh yang tinggi serat juga baik untuk dikonsumsi.<h3>2. Olahraga</h3>Aktivitas fisik penting untuk pencegahan prediabetes menjadi diabetes. Menurut Journal of Applied Physiology, Anda perlu berolahraga dengan intensitas sedang selama 30 menit, lima kali seminggu.Beberapa aktivitas yang dapat Anda coba: jalan cepat, menari, berenang, bersepeda, dan olahraga permainan seperti sepakbola, basket, dan bulu tangkis. <h3>3. Turunkan berat badan</h3>Bila Anda termasuk kelebihan berat badan, kurangi hingga setidaknya sekitar 5-7% dari bobot tubuh Anda. Program penurunan berat badan ini bisa dilakukan dengan pola makan sehat dan berolahraga.<h3>4. Berhenti merokok</h3>Sementara, bagi Anda yang masih merokok, ini adalah saat yang tepat untuk berhenti! Pasalnya, merokok bisa meningkatkan risiko Anda mengalami diabetes tipe 2.<h3>5. Minum obat yang diresepkan dokter</h3>Bila Anda dianggap Jika Anda memiliki risiko tinggi terkena diabetes, biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat. Antara lain adalah obat untuk mengendalikan insulin, kolesterol, dan tekanan darah. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/3-cara-cegah-diabetes-mulai-hari-ini-1636949766741" target="_blank">3 Cara Cegah Diabetes Mulai Hari Ini</a> 
Namun, Anda sebaiknya tidak berinisiatif mengobati diri sendiri, ya, Sobat Altea! Bila mengalami keluhan atau gejala diabetes, Anda bisa langsung lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di AlteaCare!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat janji dengan dokter andalan Anda! 
 Sumber:<ul><li>Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengelolaan Prediabetes Untuk Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) (2021)</li><li>
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Februari 2022. About Prediabetes &amp; Type 2 Diabetes</li><li>
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses pada Februari 2022. Diabetes &amp; Prediabetes Tests</li><li>
Aekplakorn, W., Tantayotai, V., Numsangkul, S., Sripho, W., Tatsato, N., Burapasiriwat, T., ... &amp; Chaiyajit, K. (2015). Detecting prediabetes and diabetes: agreement between fasting plasma glucose and oral glucose tolerance test in Thai adults. Journal of diabetes research, 2015.</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Februari 2022. Prediabetes</li><li>
LaMonte, M. J., Blair, S. N., &amp; Church, T. S. (2005). Physical activity and diabetes prevention. Journal of applied physiology, 99(3), 1205-1213.</li><li>
American Diabetes Association. 2018. Classification and Diagnosis of Diabetes: Standards of Medical Care in Diabetes</li></ul>

Seperti Ini Perbedaan Prediabetes dan Diabetes

Jajanan snack yang manis perlu dibatasi supaya anak sehat - AlteaCare | Foto: Envato

Kalau si Kecil semangat makan, orangtua senang. Tapi kalau semangatnya jajanan snack manis-manis? Tunggu dulu. Ini justru bisa merugikan anak. Sebenarnya, anak cuma butuh gula sekitar 25 gram atau 6 sendok teh setiap hari. Kalau terlalu banyak, misalnya seperti dari jajanan snack yang manis, ia jadi lebih rentan terhadap gangguan kesehatan seperti diabetes dan obesitas. Bukan hanya itu. Asupan gula yang tinggi juga bisa pengaruhi mood dan perilaku anak. Banyaknya gula dalam tubuh bikin si Kecil super energik dan cenderung hiperaktif. Tapi, jangan senang dulu. Sebab setelahnya, insulin akan bereaksi dan menurunkan kadar gula yang melonjak di tubuhnya. Si Kecil pun jadi rewel dan susah fokus, termasuk untuk belajar. Sobat Altea pasti tidak mau buah hatinya kecanduan snack manis. Supaya bisa mengerem, nomor satu yang perlu dikoreksi adalah jajanannya. Berikut ini cara mengurangi kebiasaan jajan si Kecil! 
<h2>Cara agar anak kurangi jajanan snack manis</h2>Empat perubahan ini bisa Anda lakukan supaya anak tidak sampai kecanduan jajanan snack yang manis-manis: <h3>1. Ke warung? Mini market? Nanti dulu</h3>Anda termasuk orangtua yang sering ajak anaknya mampir ke warung atau mini market di dekat rumah? Di satu sisi, mengajak si Kecil berbelanja ada sisi positifnya. Menurut studi, melibatkan anak saat berbelanja bisa mengurangi kebiasaan pilih-pilih makanan. Sebab, mereka bisa melihat langsung apa yang dibeli. Dengan sendirinya, pola makannya pun bisa jadi lebih sehat. Tapi itu kalau belanjanya bahan makanan sehat. Pertanyaannya, kalau ke warung belinya apa, ya? Kalau orangtua terbiasa membelikan snack yang banyak gula, tentu anak akan selalu minta diajak ke sana lagi. Nah, ini yang harus dikurangi. Apalagi, jajanan snack yang sering dikonsumsi si Kecil umumnya adalah makanan olahan yang kurang bergizi, serta tinggi gula dan garam. Setelah makan jajanan, biasanya anak jadi cepat lapar lagi.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/bu-begini-cara-mengatasi-anak-susah-makan-1632553230924" target="_blank">Bu, Begini Cara Mengatasi Anak Susah Makan</a><h3>2. Sediakan snack sehat di rumah</h3>Selain dari makanan utama, kebutuhan gizi si Kecil juga berasal dari snack yang dimakan di sela-sela waktu makan. Jadi, sebenarnya menyediakan jajanan buat anak boleh-boleh saja. Pilih yang punya kandungan nutrisi tinggi agar bisa mendukung pertumbuhan anak. Ada beberapa jenis camilan sehat yang bisa disetok di rumah. Contohnya, buah, yogurt, kacang, keju, sereal rendah gula, atau puding. Sobat Altea bisa sediakan lebih dari satu jenis jajanan agar anak terlatih memilih sendiri snack sehat yang disukai.Sementara, jajanan snack manis-manis atau terlalu gurih ini perlu dibatasi: biskuit, permen, donat, kue kering, keripik, dan segala minuman kemasan yang manis.<h3>3. Bikin sendiri saja!</h3>Cari resep jajanan yang sering dimakan si Kecil, lalu ajak dia untuk bikin sendiri di rumah. Studi menyebutkan, melibatkan anak saat menyiapkan makanan bisa membuatnya lebih tahu soal bahan makanan dan kandungan gizinya. Ini bisa jadi momen pas buat orangtua buat mengajarinya soal makanan sehat.Memasak bersama orangtua juga pasti bakal jadi pengalaman seru buat si Kecil. Anda pun jadi punya kesempatan untuk bonding dengan anak. Jadwalkan secara berkala biar anak tambah semangat! Beberapa jenis jajanan snack yang bisa dikreasikan di rumah adalah pancake, waffle, croffle, donat, soft cookies, puding, es loli, es krim, sampai churros. <h3>4. Mau jajan? Sarapan dulu, yuk!</h3>Membiasakan anak sarapan tidak sebatas agar ia punya energi yang cukup untuk belajar dan beraktivitas. Sarapan juga bisa mengurangi kemungkinan anak jajan di luar rumah. Termasuk membeli jajanan yang tidak higienis, berkadar gula tinggi, dan mengandung zat-zat berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B, dan sebagainya.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/selain-hobi-makan-kebiasaan-ini-bisa-bikin-anak-gemuk-1639050424026" target="_blank">Selain Hobi Makan, Kebiasaan Ini Bisa Bikin Anak Gemuk</a> 
Mengubah kebiasaan jajan anak tidak mudah dan butuh waktu. Orangtua harus rajin-rajin kasih “pesan sponsor” setiap kali menemani anak jajan. Juga, tidak lelah menawarkan pilihan yang lebih sehat. Selain itu, orangtua juga perlu jadi teladan buat si Kecil.Bila kebiasaan&nbsp;beli jajanan snack bikin anak jadi malas makan atau malah jadi semakin gemuk, sebaiknya jangan dibiarkan. Anda bisa diskusi dengan dokter spesialis anak untuk mendapat saran untuk mengatasi kebiasaan makan tidak sehat anak. Coba lakukan telekonsultasi&nbsp;via video call dari rumah pakai AlteaCare. Ajak si Kecil ikut sesi konsultasi. Segera <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">download </a>AlteaCare di ponsel Anda! 

 Sumber:<ul><li>Cleveland Clinic. Diakses pada Desember 2021. What to Do When Your Child Eats Too Much Sugar.</li><li>Washington Post. Diakses pada Desember 2021. How to teach your kids about sugar.</li><li>Healthy Children. Diakses pada Desember 2021. Choosing Healthy Snacks for Kids.</li><li>National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Diakses pada Desember 2021.</li><li>Helping Your Child: Tips for Parents and Other Caregivers.</li><li>Badan POM RI. Diakses pada Desember 2021. Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang </li><li>Julia Broad, Laura Forbes, Gerarda Darlington, David W.L. Ma, and Jess Haines. Child involvement in meal preparation and grocery shopping is associated with lower levels of food fussiness among young children. Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism. 46(12): 1559-1562.</li></ul>

Tips Cegah Anak Kecanduan Jajanan Snack Manis

Rutin cek gula darah dan minum obat bisa membantu kondisi diabetes terkontrol - AlteaCare | Foto: Envato

Diabetes adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikendalikan. Bila Anda mengalaminya, mengonsumsi obat diabetes mungkin jadi bagian dari rutinitas Anda. Secara umum, diabetes berkaitan dengan gangguan insulin, yaitu ketika tubuh tidak bisa membuat atau menggunakan insulin untuk mengolah gula atau glukosa dari makanan. Hingga kini, setidaknya ada tiga tipe diabetes yang banyak dialami, yaitu diabetes tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional atau diabetes kehamilan. Ketika kondisi tidak dapat terkontrol, obat diabetes pun jadi solusi.Data terakhir di IDF Diabetes Atlas yang dikeluarkan International Diabetes Federation mengungkap, 1 dari 10 orang dewasa di dunia hidup bersama diabetes. Untuk bisa menjalani hidup yang berkualitas bersama diabetes dibutuhkan upaya dan konsistensi. Hal ini berlaku tidak hanya bagi orang dengan diabetes melainkan juga keluarga yang merawat. 
<h2>Kunci Hidup Bersama Diabetes</h2>Tiga kunci utama ini harus jadi pegangan untuk mengendalikan diabetes dan hidup lebih berkualitas bersama keluarga:<h3>1. Pemahaman Seputar Kondisi</h3>Baik orang dengan diabetes dan keluarga yang merawat harus punya satu persepsi, bahwa diabetes adalah gangguan kesehatan serius yang perlu dikendalikan. Dengan begitu, kondisi kadar gula darah yang tiba-tiba naik tidak dianggap sepele. Beberapa hal yang perlu dipahami seputar kondisi diabetes antara lain adalah:<ul><li>Orang dengan diabetes perlu punya pola makan sehat, menjaga berat badan, sering bergerak, menjalani perawatan, dan mengonsumsi obat diabetes setiap hari. </li><li>Menjaga kadar gula darah tetap normal dan stabil membuat orang dengan diabetes lebih leluasa beraktivitas. Risiko komplikasi akibat diabetes pun bisa diturunkan, seperti serangan jantung, stroke, hingga gagal ginjal.</li><li>Menghindari stres dapat membantu agar gula darah tetap stabil. Jangan ragu curhat dengan anggota keluarga atau minta bantuan profesional.</li></ul>Baca juga:&nbsp;<a href="https://alteacare.com/article-detail/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank">4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a><h3>2. Rutinitas Hidup Bersama Diabetes</h3>Hal-hal berikut perlu jadi bagian dari keseharian orang dengan diabetes:<ul><li>Periksa kadar gula darah Anda setiap hari dan catat dengan cermat agar bisa membantu memantau kondisi Anda. Periksa juga tekanan darah bila disarankan dokter.</li><li>Luangkan waktu untuk meneliti kondisi tubuh, terutama kaki, apakah terdapat luka atau bengkak. Segera hubungi dokter bila ada luka yang tak kunjung sembuh, sekecil apa pun.</li><li>Minum obat diabetes Anda secara teratur. Diskusikan dengan dokter apabila Anda butuh pengobatan lainnya.</li><li>Jangan lupa menggosok gigi dan gusi setiap hari agar tetap sehat dan bersih.</li><li>Tinggalkan kebiasaan buruk seperti merokok, mengonsumsi alkohol, hingga makanan atau minuman yang dapat membuat diabetes Anda memburuk.</li></ul>Bila Anda mengidap diabetes tipe 2 dan berencana untuk hamil, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter. Ada sejumlah hal penting yang perlu dipersiapkan bersama sebelumnya, agar perjalanan kehamilan Anda bisa lancar hingga persalinan:<ul><li>Anda juga perlu tes gula darah lebih sering untuk mengantisipasi lonjakan tiba-tiba.</li><li>Dokter akan menganjurkan menu makanan sehat dan aktivitas fisik yang baik untuk dilakukan selama hamil</li><li>Dokter juga dapat mengecek obat diabetes yang Anda konsumsi dan menggantinya apabila diperlukan. </li></ul><h3>3. Konsumsi Obat-obatan</h3>Pengobatan untuk diabetes dapat berbeda-beda pada setiap orang. Sebagian orang dapat mengendalikan kondisi dengan pola makan sehat dan rajin berolahraga, ada juga yang butuh obat. Sebagian lain mungkin butuh suntik insulin secara teratur. Sekarang ini, ada berbagai obat yang dapat diresepkan dokter sesuai dengan kondisi diabetes Anda. Yang perlu Anda perhatikan adalah mengonsumsi obat secara rutin, bahkan ketika kadar gula darah Anda kelihatannya stabil.Menurut dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, dalam&nbsp;live streaming AlteaTalk Episode 3, 11 November 2021 lalu, obat dapat diibaratkan sebagai tanggul yang menjaga agar kondisi gula darah tetap stabil. “Konsumsi obat diabetes penting karena kita tidak tahu kapan kadar gula darah tiba-tiba tinggi,” kata dokter yang juga berpraktik di RS Mitra Keluarga Bintaro ini. “Dan kalau selama ini diabetes sudah terkontrol dengan obat, sebaiknya dipertahankan. Kita tidak mungkin mengecek gula darah terus-menerus setiap waktu.”Baca juga:&nbsp;<a href="https://alteacare.com/article-detail/3-cara-cegah-diabetes-mulai-hari-ini-1636949766741" target="_blank">3 Cara Cegah Diabetes Mulai Hari Ini</a> Menjaga agar diabetes tetap terkendali di masa pandemi tentu tidak mudah. Studi di JAMA Internal Medicine&nbsp;menunjukkan, konsultasi lewat platform telemedisin dapat jadi alternatif bagi pengidap diabetes. Melakukan telekonsultasi dari rumah dengan dokter spesialis penyakit dalam menggunakan AlteaCare, sebagai contoh, dapat jadi solusi untuk dapatkan saran dokter serta resep obat diabetes yang Anda butuhkan. Nah, tunggu apa lagi, yuk langsung <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">download </a>AlteaCare sekarang! 
Sumber:<ul><li>International Diabetes Federation</li><li>
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Diakses pada Oktober 2021. 4 Steps to Manage Your Diabetes for Life</li><li>
WebMD. Diakses pada Oktober 2021. Women’s Top Diabetes Concerns</li><li>
American Diabetes Association. Diakses pada Oktober 2021. Get a handle on diabetes medication.</li><li>Patel, S. Y., McCoy, R. G., Barnett, M. L., Shah, N. D., &amp; Mehrotra, A. (2021). Diabetes care and glycemic control during the COVID-19 pandemic in the United States. JAMA Internal Medicine, 181(10), 1412-1414.</li></ul>

3 Kunci Utama Seputar Perawatan dan Obat Diabetes

Konsumsi makanan manis berlebihan bisa tingkatkan risiko diabetes - AlteaCare | Foto: Envato

Sering mengonsumsi minuman manis kekinian dan ngemil tiada henti? Ternyata kebiasaan ini tidak baik buat kesehatan. Pola makan seperti ini bisa bikin Anda berisiko mengalami diabetes. Bila Anda berpikir, “Ah, saya ‘kan masih muda”. Tapi, data menyatakan Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara di dunia dengan angka diabetes terbanyak. “Itu angka yang sudah tercatat, ya. Masih banyak yang belum terdiagnosis, jadi angkanya bisa lebih tinggi lagi,” kata dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD dalam sesi AlteaTalk Episode ke-3 dengan tema “Yuk Cegah Diabetes Mulai Hari Ini” pada Kamis, 11 November 2021. Baca juga:&nbsp;<a href="https://alteacare.com/article-detail/4-mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-gula-atau-diabetes-1635993385350" target="_blank">4 Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Gula atau Diabetes</a><h2>Apa yang salah dari gaya hidup kita?</h2>Dokter yang berpraktik di AlteCare dan RS Mitra Keluarga Bintaro ini menjelaskan mengapa kita perlu memperbaiki gaya hidup jika ingin mencegah diabetes sejak hari ini. Konsumsi gula yang berlebihan, antara lain dari minuman manis yang kita minum, bisa menimbulkan kondisi yang disebut resistensi insulin. Kondisi ini terjadi ketika hormon insulin sudah tidak sanggup lagi mengolah gula yang ada dalam aliran darah kita. “Kalau diibaratkan, insulinnya capek karena kerjanya tidak selesai-selesai, akhirnya ngambek. Akibatnya, gula pun bergelimpangan di mana-mana, terutama di darah. Saat cek kadar gula darah, hasilnya tinggi sekali. Nah, inilah yang bisa berbahaya di kemudian hari,” dr. Jeffri.<h2>Bagaimana cara mengenali tanda-tanda diabetes?</h2>Menurut dr. Jeffri, sebenarnya diabetes bisa dikenali dengan mudah, yaitu melalui gejala-gejala yang disingkat menjadi 3P. <ul><li>Polifagia atau lapar berlebihan padahal baru saja makan</li><li>Poliuria atau sering buang air kecil</li><li>Polidipsia atau haus berlebihan padahal sudah banyak minum</li></ul>


Bila tidak segera ditangani, diabetes bisa membuat kita mengalami berbagai komplikasi di sejumlah organ tubuh. Karena itu, cara terbaik supaya bisa mencegah diabetes adalah melakukan hal berikut:<h3>1.	Jaga pola makan </h3>Kalau Anda sudah terkena diabetes, kurang mengontrol makanan bisa membuat kadar gula darah tidak stabil, bisa naik-turun secara drastis. Risiko terhadap komplikasi dan kematian pun jadi lebih tinggi. <h3>2.	Cek kadar gula darah secara teratur</h3>Kalau Anda sudah merasakan gejala 3P yang disebutkan di atas, sebaiknya segera cek sejak sekarang. “Ini juga penting jika Anda ada keturunan diabetes di keluarga, meski sekarang tidak ada gejala. Apalagi kalau punya pola makan berlebihan, baiknya cek gula darah teratur, minimal 1-3 bulan sekali,” anjur dr. Jeffri.<h3>3.	Mengonsumsi obat jika sudah diabetes</h3>“Obat itu fungsinya seperti tanggul yang menjaga supaya gula darah tidak naik turun tidak terkendali,” kata dr. Jeffi. <h2>Apa manfaat obat untuk diabetes?</h2>Diabetes tidak bisa disembuhkan, sehingga peran obat adalah untuk menjaga gula darah dan bukan untuk menyembuhkan penyakit. Menurut dr. Jeffri, orang dengan diabetes tidak bisa tahu pasti kapan gula darahnya akan tinggi. “Kalau ada obat, Anda bisa lebih tenang. Sekarang ini ada beberapa jenis obat diabetes, yang lebih praktis dan lebih efektif,” katanya. Tentu saja, Anda perlu konsultasikan kondisi terlebih dulu dengan dokter spesialis jika ingin menggunakan obat sebagai solusi diabetes. Dokter pun akan memberikan informasi secara lengkap seputar dosis obat, cara konsumsi, serta perbaikan pola hidup lain yang perlu dilakukan agar diabetes dapat terkendali. Bila Anda merasakan gejala diabetes, hasil tes gula darah tinggi, atau ada riwayat diabetes dalam keluarga, Anda bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di AlteaCare. Yuk, langsung <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">download </a>AlteaCare di ponsel dan buat jadwal dengan dokter spesialis pilihan Anda!

3 Cara Cegah Diabetes Mulai Hari Ini

Tidak semua informasi yang kita dengar seputar diabetes itu benar - AlteaCare | Foto: Envato

Sering disebut “penyakit gula”, penyakit diabetes tidak semata-mata karena suka makan gula. Banyak hal lain yang bisa jadi penyebab diabetes. Sayangnya, yang berkaitan dengan mitos adalah yang sering kita dengar di luaran.Munculnya mitos dan pandangan keliru seputar diabetes, baik terkait penyakit maupun perawatannya, dapat dipengaruhi faktor budaya. Menurut penelitian yang dimuat di Journal of Diabetes Research, miskonsepsi seputar diabetes juga terkait faktor usia, tingkat pendidikan, serta status ekonomi. Sementara itu, jumlah orang dengan diabetes semakin lama semakin meningkat. Pada 2019 tercatat sekitar 463 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun hidup bersama diabetes. Oleh International Diabetes Federation (IDF), jumlahnya diperkirakan bertambah hingga 700 juta orang pada 2045. Data dari IDF juga menyebutkan, sekitar 374 juta orang berisiko tinggi mengalami diabetes tipe 2. Penyebab diabetes jenis ini banyak dipengaruhi faktor gaya hidup yang kurang sehat. 
<h2>Pahami Faktanya, Tepis Mitosnya!</h2>Cara terbaik melawan mitos adalah mengetahui kebenarannya. Yuk, Sobat Altea, simak informasi akurat seputar Si Penyakit Gula supaya bisa hidup lebih sehat! 
<h3>Mitos 1: Berhenti konsumsi gula, nanti kena diabetes!</h3>Fakta: Mengonsumsi gula tidak lantas bikin Anda terkena diabetes. Yang penting adalah asupannya seimbang alias tak berlebihan. Salah satu penyebab diabetes tipe 2 adalah kadar gula darah yang tinggi tidak terkendali, seperti mengonsumsi minuman terlalu manis, terlalu sering, dan terlalu banyak. Kebiasaan ini bisa meningkatkan kadar gula darah dan bila semakin lama semakin tak terkontrol, diabetes tak terelakkan lagi.Tips: American Diabetes Association menyarankan kita menghindari terlalu banyak minuman manis dan minum lebih banyak air putih, supaya mencegah penyakit gula. Jadi, mulai besok, kurangi yuk minum soda, kopi kekinian, bobba drink, bahkan jus buah kemasan yang ternyata juga tinggi gula. 
<h3>Mitos 2: Jangan khawatir, diabetes itu penyakit biasa</h3>Fakta: cara pikir yang juga sering jadi mitos adalah menganggap diabetes penyakit sepele. Padahal, diabetes adalah gangguan kesehatan serius yang tidak dapat disembuhkan. IDF menempatkan Indonesia pada peringkat ke-7 di antara negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, yaitu 10,7 juta orang. Posisi ini menjadikan Indonesia satu-satunya negara di Asia Tenggara dalam daftar. Mengabaikan penyebab diabetes dan tidak menjalani pengobatan bisa membuat kondisi Anda tidak terkendali. Sejumlah komplikasi pun menanti, mulai dari gangguan pada jantung, kulit, pendengaran, hingga kerusakan pada saraf, ginjal, dan daya penglihatan. 
<h3>Mitos 3: Diabetes disebabkan badan kelewat gemuk</h3>Fakta: Media yang kita lihat banyak mengaitkan faktor kegemukan dengan penyakit gula. Namun, sebenarnya sekitar 20% orang yang mengalami diabetes tipe 2 memiliki berat badan normal, bahkan di bawah normal. Sementara itu, diabetes tipe 1 tidak ada kaitannya dengan berat badan. 
<h3>Mitos 4: Kalau sakit diabetes, tidak boleh berolahraga</h3>Fakta: Aktivitas fisik justru adalah salah satu kunci dalam mencegah dan mengendalikan diabetes. Pemahaman keliru lainnya yang sering jadi mitos adalah olahraga bisa bikin orang dengan diabetes pingsan tiba-tiba.Rutin berolahraga bisa membantu tubuh menggunakan insulin dengan lebih baik, serta mencegah kenaikan berat badan dan tekanan darah. Dua yang terakhir ini dapat menjadi faktor risiko penyebab diabetes. Tips: jika Anda mengalami diabetes, jangan lupa selalu cek dan catat kadar gula darah sebelum olahraga, agar bisa dipantau bersama dokter. Sesuaikan aktivitas dengan kemampuan dan kombiinasikan dengan asupan makanan. 
Demikianlah empat dari sebagian mitos seputar penyakit gula serta penyebab&nbsp;diabetes yang penting kita ketahui. Bila Anda punya pertanyaan ataupun keluhan terkait dengan gangguan diabetes, tidak ada salahnya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Lakukan telekonsultasi dari rumah saja dengan AlteaCare, agar bisa segera dapat saran dari ahli.Yuk, segera <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">unduh </a>AlteaCare di ponsel Anda! 
 

Sumber: <ul><li>Journal of Diabetes Research. Diakses pada Oktober 2021.The Misconceptions and Determinants of Diabetes Knowledge in Patients with Diabetes in Taiwan</li><li>
American Diabetes Association. Diakses pada Oktober 2021. Myths About Diabetes</li><li>
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Oktober 2021. Infodatin "Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus"</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Oktober 2021.Medical myths: All about diabetes</li><li>
Diabetes.Co.Uk. Diakses Pada Oktober 2021. Diabetes Myths</li></ul>